eSports
Kontroversi Blokir PUBG, Pernyataan MUI, Pengamat, hingga Pengembang PUBG Mobile
Simak kontroversi Player Unknown's Battlegrounds atau PUBG yang hangat dibicarakan. Berikut penjelasan MUI, pengamat, hingga pengembang PUBG Mobile
Simak kontroversi Player Unknown's Battlegrounds atau PUBG yang hangat dibicarakan. Berikut penjelasan MUI, pengamat, hingga pengembang PUBG Mobile
TRIBUNNEWS.COM - Kabar mengenai blokir game aplikasi Player Unknown's Battlegrounds atau PUBG telah beredar luas.
Permainan atau game aplikasi tembak-menembak ini menjadi sorotan usai insiden penembakan di Christchurch, Selandia Baru menewaskan 50 orang beberapa waktu lalu.
Berikut sejumlah fakta yang dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber terkait kontroversi game PUBG dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), pengamat hingga pengembang PUBG Mobile.
Baca: Wacana PUBG Haram, 8 Artis yang Justru Ketagihan Main Mobile Game Ini
1. PUBG perlu diteliti
Diberitakan Tribunnews.com pada Senin (25/3/2019), Wasekjen MUI Muhammad Zaitun Rasmin mengatakan game PUBG perlu diteliti karena dikhawatirkan menimbulkan perilaku teroris.
"Kalau itu jelas-jelas mempunyai efek yang besar terhadap perilaku teroris, itu pasti akan dikeluarkan fatwa yang melarang," kata Zaitun Zaitun di Kantor MUI Pusat, Jalan Proklamasi No 15, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
"Tentu akan melarang kaum muslimin menggunakan game itu," imbuhnya.
2. Butuh waktu sebulan penelitian
Masih dari laman yang sama, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Amirsyah Tambunan mengatakan, MUI memerlukan waktu sekitar 1 bulan untuk mengkaji game Player Unknowns Battlegrounds (PUBG), sebelum mengeluarkan fatwa tertentu.
"Paling lama satu bulan bisa kita (keluarkan fatwa) bahkan lebih cepat lebih baik kan. Supaya orang tidak bingung. Tidak ada keraguan, justru harus ada kepastian," dia saat ditemui, di Kantor Wakil Presiden RI, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (25/3/2019).
Ia menerangkan, sejauh ini MUI masih meminta masukan dari berbagai pihak, agar menghasikan kajian yang menyeluruh.
Menurutnya, ada game yang berkategori positif seperti mengedukasi anak-anak.
Namun pula ada game yang berkategori negatif, di mana para pemainnya dapat menghabiskan waktu, membuat pikiran orang ketergantungan, dan juga melalaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa dan pelajar.
"Sesungguhnya ya lebih banyak mudharat. Oleh karena itu apakah fatwanya segera akan diterbitkan, itu tergantung pada kajian akademik yang diberikan masukan oleh berbagai pihak. Aspek kesehatan, psikologi, semua pihak kita minta masukan," jelas Amirsyah.

3. MUI juga kaji game lain tak hanya PUBG
Amirsyah Tambunan menyatakan pihaknya tak hanya mengkaji game online PUBG untuk diberi fatwa.
Ia mengatakan MUI juga tak menutup kemungkinan untuk mengkaji game online lain yang membawa dampak negatif.
"Kami akan list supaya lebih lengkap. Game itu ada yang positif dalam konteks edukasi. Iya kan. Untuk matematika, untuk pengembangan ilmu pengetahuan," ujar Amirsyah seperti dikutip dari Kompas.com.
"Tapi dalam bentuk substansi yang kekerasan, pornografi, horor, saya kira itu sangat jelas.Merusak pikiran-pikiran dari generasi muda kita. Bahkan tertanam sikap radikal teroris bagi mereka itu. Ini harus ditolak sesungguhnya," lanjut dia.
Amirsyah menambahkan saat ini MUI masih mengkaji dampak positif dan negatif yang muncul dari PUBG dan game lain.
Kajian itu, kata dia, melibatkan sejumlah ahli mulai dari bidang kesehatan hingga psikologi.
Nantinya, Amirsyah melanjutkan, fatwa yang dikeluarkan MUI bergantung pada kajian yang melibatkan para ahli tersebut.
4. Pengembang PUBG Mobile lakukan bertindak
Tencent, selaku pengembang dan pemilik PUBG Mobile, merilis sebuah fitur yang dapat membatasi waktu bermain.
Fitur ini diketahui telah mulai diuji coba sejak 21 Maret lalu di India.
Para pemain melaporkan bahwa mereka mendapatkan pesan peringatan terkait waktu bermain ketika melakukan proses login pada akun masing-masing.
Pesan tersebut akan muncul ketika pemain telah bermain PUBG Mobile selama 6 jam di hari yang sama.
Jika pemain sudah melewati batas waktu tersebut, ia baru bisa kembali melakukan login di hari berikutnya.
Menurut pihak Tencent, fitur ini memang sengaja dibuat agar PUBG Mobile tetap dapat dimainkan secara sehat dan bertanggung jawab.
Tencent pun mengakui bahwa fitur ini dirilis karena adanya wacana pemblokiran PUBG Mobile di India.
"Kami memperkenalkan sistem gameplay yang sehat di India untuk mempromosikan game yang seimbang dan bertanggung jawab, termasuk membatasi waktu bermain untuk pemain di bawah umur," ungkap Tencent melalui keterangan resminya.
"Karena itu kami terkejut mengetahui bahwa pihak berwenang setempat di beberapa kota telah memutuskan untuk memberlakukan larangan bermain game kami," lanjut mereka.
Baca: MUI Perlu Waktu Sebulan Kaji Fatwa Game PUBG
5. Tencent akan adakan dialog dengan pemerintah
Dikutip KompasTekno dari XDA Developers, Senin (25/3/2019), pihak Tencent menyatakan akan berupaya untuk melakukan dialog dengan pemerintah setempat agar wacana pelarangan PUBG Mobile dibatalkan.
Di Indonesia sendiri, Majelis Ulama Indonesia (MUI) tengah mengkaji usulan masyarakat terkait fatwa game PUBG. Sejumlah masyarakat menilai ada unsur radikalisme yang dimainkan dalam game ini.
Game PUBG menuai kontroversi setelah masyarakat menilai permainan tersebut dapat memicu radikalisme karena mempraktikkan peperangan dan pembunuhan.
Permainan ber-genre battle royale itu disebut mirip dengan aksi pelaku penembakan di masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Baca: Wacana Fatwa Gim PUBG Haram Disebut Konyol, MUI: Masukan dari Masyarakat Sangat Penting
6. Kata psikolog
Psikolog Anak dan Keluarga dari Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Anna Surti Ariani, mengatakan dampak negatif sebuah game akan sangat tergantung pada pribadi dan kondisi masing-masing individu.
Ia menambahkan tak semua orang yang memainkan PUBG akan meniru referensi perilaku "kekerasan" yang ada di PUBG mentah-mentah.
Perempuan yang kerap disapa Nina ini menjelaskan banyak faktor seseorang bertindak kasar dan melakukan kekerasan.
"Yang perlu dipahami bahwa 'referensi perilaku' tidak secara langsung menjadi 'perilaku'. Masih banyak hal lain yang mempengaruhi untuk sebuah 'referensi perilaku' menjadi perilaku. Contohnya, kalau orang yang memainkannya cukup matang dan cerdas, maka ia tidak begitu saja mentah-mentah meniru," ujar Anna saat dihubungi Tribunnews.com, Senin (25/3/2019).
Nina melanjutkan, permainan yang viral setelah kejadian penembakan brutal di dua masjid di Selandia Baru itu, tak dipungkiri mengandung kekerasan.
Namun, ia menegaskan kembali bahwa tak semua orang yang memainkannya akan meniru hal yang sama seperti yang dicontohkan dalam PUBG.
"Permainan PubG kan mengandung kekerasan, jadi memang bisa menjadi 'referensi perilaku'. Kalau orang ini baik hati dan penuh cinta terhadap orang-oranf di sekelilingnya, maka tentunya ia tidak begitu saja meniru yang ditonton atau dimainkan. Jadi yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa pemain PUBG ini lebih cerdas dan berkepribadian baik," terang dia.
Baca: Banyak Desakan Dari Masyarakat, MUI Akan Kaji Fatwa Soal PUBG
(Tribunnews.com/Chrysnha)