Virus Corona
Omicron Sudah Masuk ke 89 Negara Termasuk Indonesia, Ini Loh Masker yang Direkomendasikan
Seperti yang diperkirakan sebelumnya, Covid-19 varian B.1.1.529 atau dikenal dengan varian Omicron penularannya terus meluas.
TRIBUNNEWS.COM -- Seperti yang diperkirakan sebelumnya, Covid-19 varian B.1.1.529 atau dikenal dengan varian Omicron penularannya terus meluas.
Omicron disebut-sebut sebagai varian yang paling mudah menular dan saat ini telah masuk ke puluhan negara di berbagai belahan dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Omicron telah diidentifikasi setidaknya di 89 negara.
Dari negara-negara tersebut, salah satunya adalah Indonesia.
Di Indonesia, pemerintah telah menemukan tiga kasus Covid-19 akibat varian ini.
WHO menyebut, lonjakan jumlah kasus ini meningkat dua kali lipat dalam satu hingga tiga hari terutama pada penularan komunitas.
Baca juga: Terungkap Asal Kasus Pertama Omicron di Indonesia, Diduga dari WNI yang Datang dari Nigeria
"Omicron menyebar dengan cepat di negara-negara dengan tingkat kekebalan populasi yang tinggi, tetapi belum jelas apakah ini karena kemampuan virus untuk menghindari kekebalan, peningkatan penularan atau kombinasi keduanya," ujar WHO seperti dilansir dari The Guardian, Sabtu (18/12/2021).
Sebelumnya, WHO telah menetapkan Omicron sebagai variant of concern (VoC) pada 26 November lalu, segera setelah varian pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan.
Akan tetapi, hingga kini banyak informasi yang belum diketahui tentang bagaimana virus cepat menyebar atau keparahan penyakit yang diakibatkannya.
Baca juga: WNI dari Nigeria yang Diduga Tularkan Omicron ke Petugas Kebersihan Wisma Atlet
“Data keparahan klinis soal varian Omicron masih terbatas. Lebih banyak data diperlukan untuk memahami gambaran keparahan dan bagaimana tingkat keparahan dipengaruhi oleh vaksinasi, serta kekebalan yang sudah ada sebelumnya,” ungkap WHO.
Lebih lanjut, WHO juga mencatat bahwa belum ada bukti kuat terkait efektivitas vaksin Covid-19 yang ada saat ini untuk melawan varian virus baru itu.
"Data yang tersedia masih terbatas, dan tidak ada bukti peer-review, tentang kemanjuran atau efektivitas vaksin hingga saat ini terhadap varian Omicron,” lanjutnya.
Dengan adanya lonjakan kasus terkonfirmasi varian Omicron, WHO memperingatkan bahwa penyebarannya begitu cepat, sehingga rumah sakit maupun tenaga medis dikhawatirkan akan kewalahan.
“Rawat inap di Inggris dan Afrika Selatan terus meningkat, dan mengingat jumlah kasus yang meningkat pesat, ada kemungkinan banyak sistem perawatan kesehatan kewalahan,” papar WHO.
Baca juga: Mengenal Apa Itu WGS, Whole Genome Sequencing, untuk Hadapi Omicron: Pengertian dan Cara Kerjanya
Melansir Bloomberg, Sabtu (18/12/2021) para ilmuwan dari Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) di Inggris mengatakan, kasus harian Covid-19 akibat varian Omicron di akhir tahun mungkin akan mencapai 1.000 hingga 3.000 kasus.
Di samping itu, Inggris juga melaporkan satu kasus kematian yang disebabkan varian Omicron. Mereka mendesak pemerintah setempat untuk segera menangani hal ini.
“Langkah-langkah yang lebih ketat perlu diterapkan segera,” jelas salah satu anggota SAGE.
Sementara itu, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (HAS) melaporkan bahwa kasus varian Omicron terus meningkat dalam waktu kurang dari dua hari di wilayahnya.
Varian virus baru ini dinilai telah berkontribusi lebih 80 persen kasus infeksi virus corona di London.
Pihaknya mengatakan, bahwa sebanyak 65 persen kasus Covid-19 yang dirawat di rumah sakit diakibatkan varian Omicron.
Oleh karena itu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengkhawatirkan ancaman varian Omicron di negaranya.
Pekerja di Wisma Atlet
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin telah mengumumkan kasus pertama varian Omicron di Indonesia kemarin, Kamis (16/12/2021).
Dia mengungkapkan, bahwa pasien berinisial N itu merupakan pekerja pembersih di Wisma Atlet Jakarta.
"Kementerian kesehatan tadi malam mendeteksi ada seorang pasien inisal N terkonfirmasi (terpapar) Omicron pada tanggal 15 Desember," kata Menkes Budi dalam konferensi pers.
Menurut dia, setelah dilakukan WGS atau whole genome sequencing pada 10 Desember 2021 lalu, satu dari tiga orang yang diambil sampelnya telah terpapar varian Omicron.
Di sisi lain, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa varian B.1.1.529 yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan ini lebih cepat menular.
"Varian ini memiliki jumlah mutasi yang banyak, beberapa di antaranya mengkhawatirkan," ungkap WHO seperti dilansir dari Yahoo Life, Kamis (16/12/2021).
Kemudian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa sejauh ini belum diketahui seberapa cepat virus menyebar, keparahan penyakit yang ditimbulkannya, maupun seberapa efektif vaksin Covid-19 dapat memberikan kekebalan terhadap virus varian baru.
Baca juga: 2 Orang Positif Omicron usai Pulang dari Amerika dan Inggris, Satgas Covid-19 Fokus Lakukan Tracing
Selain mendapatkan vaksinasi lengkap, WHO juga mengingatkan seluruh masyarakat dunia untuk tetap menjalankan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker.
Terkait penggunaan masker untuk mencegah paparan Covid-19, masker jenis apa yang direkomendasikan agar terhindar dari varian Omicron?
Sementara ini, CDC merekomendasikan masker harus memiliki kriteria berikut:
1. Memiliki dua atau lebih lapisan masker
2. Menutup hidung dan mulut dengan baik
3. Pas di wajah tanpa ada celah udara
4. Memiliki kawat hidung untuk mencegah udara masuk
Masker yang direkomendasikan
Sementara itu, Insinyur teknik mesin dari Minnesota, Amerika Serikat, Aaron Collins menyarankan agar menggunakan masker yang nyaman, dan penting untuk memastikan bahwa masker telah dikenakan dengan benar.
Para ahli menilai, bahwa masker kain masih direkomendasikan meski tidak optimal dalam melindungi.
"Masker kain memang bagus jika memiliki beberapa lapisan dan pas (di wajah)," ujar Dr William Schaffner, spesialis penyakit menular sekaligus profesor di Vanderbilt University School of Medicine.
Akan tetapi, asisten profesor kedokteran penyakit menular di Baylor College of Medicine, Dr Prathit Kulkarni menjelaskan, ada beberapa bukti bahwa masker bedah dinilai lebih efektif dibandingkan masker kain.
Dia juga menegaskan, penting untuk menggunakan masker bedah yang pas di wajah serta memudahkan kita untuk bernapas.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Science, hasil analisis data dari 342.183 orang dewasa di Bangladesh menemukan, bahwa masker bedah 95 persen efektif menyaring partikel virus, daripada masker kain yang hanya mencapai 37 persen saja.
"Kita memiliki masker filtrasi tinggi, bermuatan elektrostatis seperti masker seperti KF94, KN95, dan N95, dan kita harus menggunakannya," imbuh Collins.
Kendati demikian, Thomas Russo, profesor dan kepala penyakit menular di Universitas di Buffalo di New York mengatakan, masker kain tetap bisa digunakan dengan syarat memiliki kawat hidung, terdiri dari tiga lapis, dan memiliki filter yang baik agar nyaman dipakai.
Apakah masker dobel efektif?
Menurut Kulkarni, belum ada data yang menunjukkan bahwa pemakaian masker dobel efektif melawan varian Omicron. Senada dengannya, Collins menyebut pemakaian masker dobel justru membuat seseorang sulit bernapas.
"Masker KN95, KF94 atau N95 memang lebih melindungi daripada masker konvensional, tetapi jika masker ini dipasang dengan kencang membuat pernapasan Anda lebih sulit," kata Schaffner.
Meski begitu, para ahli setuju baik masker kain, masker bedah, KF94, N95, maupun KN95 tetap berfungsi untuk melindungi kita dari penularan Covid-19. (Kompas.com/Zintan Prihatini/Bestari Kumala Dewi)