Laskar Rempah Telusuri Jejak Sejarah dan Nikmati Tradisi Pakande-Kandea di Baubau Buton
Buton dengan Baubau sebagai kota pelabuhan terletak dalam wilayah yang strategis antara Makassar dan Kepulauan Maluku
TRIBUNNEWS.COM, BUTON - KRI Dewaruci akhirnya sandar di Pelabuhan Murhum Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Rabu (8/6/2022) dan kedatangan kapal latih legendaris ini disambut meriah oleh masyarakat Kota Baubau, Provinsi Sultra.
KRI Dewaruci berlabuh di Pelabuhan Murhum, karena Kota Baubau masuk dalam rute Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022.
Wali Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse mengatakan, Kota Baubau dan Kabupaten Buton yang dahulu adalah tempat Kerajaan Buton juga adalah pemain utama di dalam maritim bagian timur.
“Kami percaya bahwa peradaban di kawasan ini menjadi sebuah peradaban yang kuat pada zamannya dan tidak terlepas dari tempat strategis Buton ini sehingga menjadi persinggahan pedagang-pedagang masa lampau,” ujarnya.
Buton dengan Baubau sebagai kota pelabuhan terletak dalam wilayah yang strategis antara Makassar dan Kepulauan Maluku.
Buton dalam Jalur Rempah menempati posisi sebagai ‘Zona Penghubung’ (Zone of Connector) dan berperan sebagai ‘Pedagang Perantara’ (Trader of Agency) antara pusat rempah-rempah di Kawasan Timur Indonesia, khususnya Maluku dan Papua dengan pusat industri pengolahan rempah-rempah di kawasan barat Indonesia, khususnya Jawa.
"Posisi dan peran tersebut dimulai sejak paruh kedua abad ke-17 hingga paruh kedua abad ke-20. Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, Pulau Buton telah menjadi catatan penting dalam sejarah pelayaran Nusantara. Ini dibuktikan dengan tertulisnya nama Buton (Butun) dalam Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca," kata La Ode.
Baca juga: Tim Jelajah Kebangsaan Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia Sambangi Benteng Keraton Buton
Ditambahkannya, jalur rempah ini bukan hanya mengingat kejadian masa lalu, tetapi juga sebagai ajang promosi untuk daerah.
Kota Baubau sebagai wilayah eks Kesultanan Buton memiliki warisan kebudayaan yang juga pantas untuk dikunjungi dan mempelajari kejayaan Buton di masa lalu.
Jalur rempah tidak hanya mengingat kejadian masa lampau, tetapi juga akan menjadi sebuah kekuatan promosi untuk daerah kami," ujarnya.
"Kami juga punya warisan kebudayaan yang luhur yang juga pantas untuk dikunjungi oleh siapapun untuk belajar bagaimana kejayaan masa lalu bangsa ini," jelasnya.
"Karena kami juga adalah pewaris kejayaan masa lalu yang juga ikut berkontribusi untuk bangsa ini di masa lalu," tambahnya.
Kunjungi Benteng Wolio
Di titik singgah ini, Laskar Rempah melakukan kunjungan budaya dan napak tilas jejak Jalur Rempah di Benteng Wolio, sebuah benteng yang didirikan oleh masyarakat asli dari Kesultanan Buton dengan Sodhamparagigi atau semangat gotong royong.
Arsitektur bangunan Benteng Wolio yang terbuat dari batu karang kecokelatan direkat dengan campuran kapur dan pasir juga menarik untuk ditelusuri oleh Laskar Rempah karena di sinilah pusat kegiatan pemerintahan dan pusat seluruh aktivitas kesultanan dijalankan. Benteng Wolio merupakan simbol kejayaan kerajaan maritim masa silam.
Sejarawan dan Laskar Rempah di Baruga Benteng Wolio (8/6/2022), Antropolog Universitas Dayanu Ikhsanudin La Ode Abdul Munafi, mengatakan bahwa Benteng Wolio merupakan pertahanan dan perlindungan ibu kota Kesultanan Buton.
“Ini merupakan refleksi bagaimana sebuah bangsa berusaha mempertahankan kedaulatan di titik persilangan lalu lintas laut pada masanya. Secara simbolik, benteng ini juga menjadi pesan pada bangsa-bangsa yang melintasi Buton bahwa negeri tersebut bukanlah negeri yang tidak bertuan,” jelasnya.
Selain Benteng Wolio, peserta mengikuti tradisi pekande-kandea yang dilakukan di Baruga Benteng Wolio. Dalam bahasa Buton, pekande-kandea berarti ‘makan-makan’.
Pada masa silam, tradisi ini digelar untuk menyambut pahlawan yang pulang dari medan perang. Seiring dengan perkembangan zaman, pekande-kandea saat ini digelar untuk berbagai keperluan, seperti menjamu tamu, syukuran, ataupun untuk menjalin tali silaturahmi pada Idul Fitri.
Di pakande-kandea, seluruh lapisan masyarakat berbaur menikmati hidangan tradisional dari olahan hasil bumi dan laut Buton.
KRI Dewaruci beserta Laskar Rempah nantinya meninggalkan Baubau dan Buton untuk melanjutkan pelayaran menuju titik Ternate. Bersama KRI Dewaruci, Laskar Rempah dijadwalkan akan tiba di Pelabuhan Ahmad Yani, Ternate, pada 14 Juni 2022.
Baca juga: Berkat Mobile JKN, Pria Asal Buton Selatan Ini Jalani Pengobatan Asam Urat dengan Mudah
Pamong Budaya Ahli Utama Kemendikbud Ristek, Siswanto mengatakan bersama KRI Dewaruci telah melahirkan pelaut andal di masa Indonesia merdeka.
Kata dia, Laskar Rempah akan diajak mencicipi pengalaman para pelaut Indonesia berkelana mengelilingi laut Nusantara sejak 1 Juni hingga 2 Juli 2022.
"Berlabuh dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya, menapak jejak sejarah, kebudayaan rempah, kearifan lokal terkait perdagangan rempah yang masih dijumpai di kota-kota disinggahi termasuk Kota Baubau," jelasnya.
KRI Dewaruci akan berlabuh di Kota Baubau selama tiga hari, 8 - 10 Juni 2022, kapal yang memuat 80 kru dan 37 Laskar Rempah ini sebelumnya sandar di Pelabuhan Anging Mamiri Kota Makassar.
Setelah dari Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), KRI Dewaruci akan berlayar menuju Pelabuhan Ternate, Maluku Utara.
Untuk diketahui, KRI Dewaruci adalah kapal pelatihan bagi taruna/kadet Akademi Angkatan Laut, TNI Angkatan Laut.
Kapal ini berbasis di Surabaya, Jawa Timur (Jatim) dan merupakan kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut.
Nama kapal ini diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Dewa Ruci. Kapal ini pertama kali diluncurkan pada 27 Januari 1953. (*)
(TribunnewsSultra.com/La Ode Muh Abiddin/Tribunnews.com)
Sebagian Artikel ini telah tayang di TribunnewsSultra.com dengan judul KRI Dewaruci Sandar di Pelabuhan Murhum Baubau Sultra, Wali Kota Sebut Hasil Kerja Keras AS Tamrin