Senin, 6 Oktober 2025

4 Fakta Santri Bunuh Ustaz di Samarinda, Pelaku Mau Ambil Ponsel dan Dilakukan Usai Korban Salat

Korban mengalami luka berat pada bagian kepala dan meninggal dunia saat dirawat intensif selama 1 jam di RSUD AW Syahranie

Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews
Ilustrasi mayat 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rita Lavenia

TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Seorang ustadz bernama Eko Hadi Prasetya (43) secara mendadak ditemukan dalam keadaan mengenaskan, Rabu (23/2/2022) pukul 05.30 WITA.

Korban merupakan guru di Pondok Pesantren IT Madinah (Kampus Putra) yang berada di Jalan Assadah, Gang 4, RT 18 Kelurahan Mugirejo, Kecamatan Samarinda Utara.

Karena mengalami luka berat pada bagian kepala, setelah sempat menjalani perawatan intensif selama 1 jam di RSUD AW Syahranie, nyawa korban pun tidak terselamatkan.

Berikut fakta-faktanya :

1. Ditemukan di Samping Ponpes

Menurut keterangan Eki (33), salah seorang saksi, yang mengantarkan korban ke rumah sakit, guru ponpes tersebut ditemukan tepat berada di samping Pondok Pesantren tersebut.

"Pak Eko (korban) ini sepertinya habis salat. Soalnya masih pakai baju koko dan sarung," tuturnya.

Kematian tak wajar ustaz ini membuat Unit Reskrim Polsekta Sungai Pinang turun ke lokasi kejadian.

Baca juga: Haris Pertama Dengar Teriakan Ancaman Pembunuhan dari Tersangka Pengeroyokan, Ini Tampang Pelaku

Tak menunggu lama, dua terduga pelaku berhasil diamankan oleh petugas.

Dua santri yakni AB dan HR, pelaku pengeroyokan berujung maut terhadap Eko Hadi Prasetya (43), yang merupakan Ustadz sekaligus guru di Pondok Pesantren IT Madinah (Kampus Putra) kini telah diamankan di Polsek Sungai Pinang.

2. Gara-Gara Korban Sita ponsel pelaku 

Kapolsek Sungai Pinang, Kompol Irwanto melalui Kanit Reskrim Ipda Bambang Suheri mengungkapkan motif perbuatan nekat dua remaja tersebut.

Di mana, awalnya pelaku HR bercerita kepada AB bahwa ponselnya telah disita oleh korban, yang merupakan bagian kesiswaan ponpes tersebut.

Sebenarnya, lanjut Ipda Bambang Suheri, peraturan pesantren telah jelas, yakni tidak boleh membawa ponsel ke lingkungan sekolah termasuk asrama.

Namun, HR diam-diam membawa ponsel ke dalam asrama dan meletakannya di bawah bantal.

Kemudian, salah seorang rekannya meminjam handphone tersebut yang kemudian menaruh begitu saja di atas meja.

"Jadi pas korban sidak, HP itu kelihatan dan langsung disita. Ditaruh di jok motornya (korban) lalu pergi salat," terangnya.

3. Niatnya hanya buat korban pingsan 

Setelah berunding, kedua remaja inipun sepakat untuk mengambil paksa handphone HR dari tangan gurunya tersebut.

"Jadi Pukul 05.30 WITA mereka sudah menunggu korban pulang di jalan (TKP) itu," jelasnya.

Kebetulan di lokasi kejadian terdapat tumpukan kayu bekas bangunan.

Lokasi persis awal Ustadz Eko Hadi Prasetya ditemukan terkapar Tak Berdaya, Rabu (23/2/2022).TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Lokasi persis awal Ustadz Eko Hadi Prasetya ditemukan terkapar Tak Berdaya, Rabu (23/2/2022).TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA ()

Kedua santri ini sepakat untuk membuat korban pingsan dengan memukulnya menggunakan balok kayu yang ada.

"Nah, begitu lewat, tanpa pikir panjang mereka langsung memukul korban pada bagian kepala.

Mereka yakin dengan begitu korban bisa cepat pingsan," bebernya.

Setelah melihat gurunya terkapar, kedua remaja itupun lantas membuak jok motor sang Ustadz untuk mengambil ponsel HR lalu melarikan diri.

Baca juga: Setelah 39 Hari, Pelaku Pembunuhan Bos Elpiji di Surabaya Ditangkap Polisi

"Makanya jok motor korban pas ditemukan itu terbuka," imbuhnya.

"Jadi awalnya memang mau buat pingsan saja.

Mereka juga tidak menyangka tindakan mereka berujung fatal (menyebabkan korban meninggal)," tandasnya.

4.  Tak Sadarkan Diri Saat Dibawa ke Rumah Sakit  

Sebelum ditemukan dalam keadaan kritis dengan luka berat pada bagian kepala, Ustadz Eko Hadi Prasetya (43) sempat menjalankan salat subuh di masjid depan Pondok Pesantren IT Madinah Kampus Putra.

Tejo (46) salah seorang saksi yang pulang bersamaan dengan korban menerangkan, saat itu usai sholat subuh dirinya bersama korban hendak pulang ke rumah masing-masing.

Tejo mengatakan, korban sedikit menyusul lantaran sempat kebingungan mencari sepasang sendal jepitnya.

Tiba di persimpangan, mereka pun terpisah. Tejo berbelok ke kanan, sedangkan korban jalan lurus.

Namun tidak sampai 50 meter, dirinya menangkap teriakan histeris dan keributan di depan persimpangan tadi.

Ia pun berputar balik dan menemukan dua warga tengah menatapi seorang pria yang sudah tergeletak bersimbah darah di jalanan tersebut.

"Ketika saya dekati, astagfirullah, Pak Eko. Baru saja sholat bersama mendadak kritis begitu," ucapnya.

Dirinya lantas menghubungi pihak pondok pesantren yang sejurus kemudian membantu mengangkat korban dan membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah AW. Syahranie.

"Pas dibawa ke RS, almarhum masih nafas tapi sudah tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun," terangnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved