Selasa, 30 September 2025

Sanggar Belajar Sima Cakra di Boyolali, Upaya Menanamkan Semangat Belajar dan Kepedulian

Drumband Sima Cakra ini merupakan satu dari sejumlah program Sanggar Belajar Sima Cakra. Sanggar yang berdiri pada 2018 ini fokus pada pendidikan.

Penulis: Daryono
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM/DARYONO
Drumband Sima Cakra sedang berlatih, Minggu (7/11/2021). 

TRIBUNNEWS.COM – Alunan Drumband Sanggar Sima Cakra menghentak suasana Dusun Tempuran, Desa Simo, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (7/11/2021) pagi menjelang siang.

Para pemain drumband yang rata-rata siswa SD dan SMP itu terlihat piawai memainkan alat masing-masing mengikuti komando dari sang mayoret.

Menyusuri jalan kampung, puluhan anak itu memainkan sejumlah lagu di antaranya Bunga Jumpa, Sholawat Padang Bulan, Gundul-Gundul Pacul, Kartonyono dan Sinyorita.

Aksi mereka memberi hiburan tersendiri bagi warga.

Warga terlihat antusias menonton dengan berdiri di pinggir jalan.

Drumband Sima Cakra sedang berlatih, Minggu (7/11/2021).
Drumband Sima Cakra sedang berlatih, Minggu (7/11/2021). (TRIBUNNEWS.COM/DARYONO)

Tak sedikit warga yang merekam aksi bocah-bocah itu dengan ponsel mereka.

Drumband Sima Cakra ini merupakan satu dari sejumlah program Sanggar Belajar Sima Cakra.

Sanggar yang berdiri pada 2018 ini fokus pada pendidikan dan pemberdayaan anak-anak muda di Dusun Tempuran dan sekitarnya.

Baca juga: Accor Buka Sanggar Baru Untuk Anak-anak Indonesia

Pendiri sekaligus Pembina Sanggar Belajar Sima Cakra, Ukir Pualam mengatakan dirinya mendirikan Sima Cakra didasari pandangannya dimana banyak orang yang pandai maupun kaya tetapi sedikit yang memiliki kepedulian.

“Menurut saya, banyak orang pintar, banyak orang punya uang tapi sedikit orang yang peduli,” ujarnya saat berbincang dengan Tribunnews.com di basecamp Sima Cakra di Dusun Tempuran, Minggu.

Melalui Sanggar Sima Cakra, kepedulian terhadap orang lain itulah yang hendak ia bangun.

Sebagai langkah awal, Ukir memulainya dengan membentuk grup drumband.

“Drumband ini sebenarnya lebih sebagai alat pemersatu. Padahal untuk beli alatnya butuh Rp 20 juta,” ujarnya. 

Ia pun kemudian mengajak anggota sanggar bergotong royong mewujudkan keinginan agar bisa membeli alat drumband.

Saat itu, anggota sanggar yang berjumlah 150 orang diminta untuk menyisihkan uang Rp 500 per hari.

Dalam tiga bulan, Sima Cakra akhirnya bisa membeli alat drumband.

Drumband Sima Cakra sedang berlatih, Minggu (7/11/2021).
Drumband Sima Cakra sedang berlatih, Minggu (7/11/2021). (TRIBUNNEWS.COM/DARYONO)

Melalui drumband itu, anak-anak belajar berkesenian. 

Ukir mengaku dalam mengelola drumband Sima Cakra dirinya tidak mendatangkan pengajar. 

Para siswa belajar secara otodidak dari video di Youtube. 

Kini, drup drumband Sima Cakra sesekali mendapat pesanan untuk mengisi acara-acara tertentu.

Setelah program kesenian dalam bentuk drumband ini berjalan, Sanggar Sima Cakra merambah ke program lain yakni kursus komputer, kursus Bahasa Inggris dan program beasiswa.

Semua program itu dilakukan secara swadaya dari pengurus dan anggota.

“Misalnya untuk pelatihan komputer dasar. Laptopnya ya laptop pinjaman. Gurunya dari yang sudah senior-senior ini. Jadi laptopnya cuma lima, sementara yang berminat belajar ada 24 anak,” terangnya.

Baca juga: VIRAL Video Flashmob di Pernikahan, Sanggar Tasek Seminai Ingin Buat Momen Pengantin Lebih Berkesan

Untuk pelatihan komputer dasar ini, materi yang diajarkan yakni Microsoft Word dan PowerPoint.

Sementara untuk Bahasa Inggris, Sima Cakra bekerjasama dengan sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris di kawasan Simo.

Karena tujuannya sosial, program-program pembelajaran ini dibuka secara umum dan gratis.

Pelatihan komputer dasar yang diadakan Sanggar Belajar Sima Cakra Boyolali
Pelatihan komputer dasar yang diadakan Sanggar Belajar Sima Cakra Boyolali (Dok Sima Cakra)

Tidak hanya bagi warga Tempuran, warga lainnya pun dipersilakan untuk ikut belajar di Sima Cakra.

Selain menggelar program pembelajaran, Sima Cakra juga mendorong para pengurusnya untuk berkembang.

Misalnya yang pengurus atau anggota yang memiliki usaha, didorong untuk mengembangkan usahanya.

“Di antara pengurus ada yang usaha sirup jahe, usahanya kita dorong. Usaha ikan cupang, bisnis cupangnya kita dorong,” bebernya.

Agar terus berkembang, di setiap kepengurusan diminta untuk melahirkan satu program unggulan.

Hal ini juga edukasi agar para pengurus berkembang, tidak sekedar melaksanakan ide yang lahir dari Ukir.

“Saya ingin Sima Cakra itu mrnjadi pioner. Contoh program beasiswa. Saat belum ada yang berani memberi beasiswa, kita adakan program beasiswa. Jadi, supaya anak-anak ini (pengurus Sima Cakra,-red) pemikirannya berkembang, tidak bergantung dengan saya,” jelas alumni jurusan Teknik Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.

Ukir mengatakan, dirinya menanamkan kepada para pengurus Sima Cakra agar ikhlas dalam menjalankan tugas-tugasnya di Sima Cakra

"Saya katakan ke mereka, 'kamu di Sima Cakra tidak dapat untung, justru keluar biaya dan capek. Tapi kalau kamu ikhlas, saya jamin hidupmu akan baik.'. Itu yang saya tanamkan," jelasnya. 

Pelatihan komputer dasar yang diadakan Sanggar Belajar Sima Cakra Boyolali
Pelatihan komputer dasar yang diadakan Sanggar Belajar Sima Cakra Boyolali (Dok Sima Cakra)

Sementara itu, Ketua Sanggar Belajar Sima Cakra periode 2021-2022, Noviyati Rahmasary mengatakan melalui Sima Cakra dirinya merasakan adanya rasa kebersamaan dan juga menikmati hasil ketika usaha bersama menuai hasil.

“Awalnya ya sekedar ikut. Setelah di Sima Cakra ini saya merasakan, oh ini rasanya kebersamaan, rasanya kita menikmati hasil kerja kita. Ya udah sampai sekarang berproses hingga akhirnya dipercaya jadi ketua,” katanya. 

Novi sendiri baru terpilih sebagai ketua untuk kepengurusan generasi kedua pada September lalu. 

Baca juga: Pria di Wonogiri Rela Sisihkan Gaji hingga Setia Nonton Kick Andy Demi Dapat Buku untuk Sanggarnya

Terkait program unggulan di kepengurusannya kali ini, Novi mennyatakan saat ini ia masih mempersiapkannya.

“Nanti akan program unggulan dari generasi kedua. Ini masih dipikirkan dulu karena masih penyesuaian,” ujar mahasiswa semester 5 ini.

Disinggung kendala dalam mengurus Sima Cakra, Novi mengatakan tantangannya adalah soal komunikasi dan manajemen waktu.

“Tantangannya lebih ke komunikasi, kadang komunikasi masih kurang baik. Selain itu, pengurus juga banyak yang kerja. Jadi misal kumpul, waktunya disesuaikan. Lebih banyak malam dan di akhir pekan,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/Daryono)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved