Wawancara Eksklusif
Jurus Jitu Walikota Kediri, Tiap RT Dapat Rp 100 Juta (2-Habis)
Kota Kediri minim sektor pariwsata. Tapi Wali Kota Kediri punya jurus untuk membangkitkan ekonomi masyarakat, antara lain 100 juta tiap RT.
TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Pemerintah Kota Kediri siap menyambut operasional Bandara Internasional Kediri dengan menyiapkan sumber daya manusia.
Salah satu upaya ini dilakukan dengan memberikan pelatihan kursus bahasa Inggris secara masif di setiap kelurahan melalui kursus gratis English Masive (Emas). Termasuk sektor UMKM telah dilatih untuk go digital.
"Karena biasanya suatu daerah yang tumbuh dengan cepat, tidak ada sumber daya manusianya, maka daerah tersebut hanya menjadi penonton saja," kata Wali Kota Abdullah Abu Bakar saat diwawancarai Direktur Pemberitaan Tribun Network yang juga Pemimpin Redaksi Harian Surya Febby Mahendra Putra di Balai Kota Kediri, Selasa (24/8).
Selengkapnya simak lanjutan wawancara dengan Wali Kota Kediri yang akrab disapa dengan sebutan Mas Abu ini.
Di wilayah Kediri bakal ada Bandara Internasional. Apa dampaknya bagi Kota Kediri dengan keberadaan bandara internasional?
Secara keilmuan dampaknya pasti ekonomi. Namun yang juga perlu disiapkan di Kota Kediri ini sumber daya manusianya.
Karena keberadaan bandara akan berdampak pada keramaian, ekonomi dan macam-macam. Namun yang terpenting pemda harus menyiapkan sumber daya manusia. Supaya keberadaan bandara ada multiplier effect yang bisa didapatkan oleh masyarakat Kota Kediri. Karena biasanya suatu daerah yang tumbuh dengan cepat, tidak ada sumber daya manusianya, maka daerah tersebut hanya menjadi penonton saja.
Namun beda kalau daerah sudah mempersiapkan sumber daya manusia. Artinya kalau pendidikannya lebih tinggi, nanti pekerjanya akan ngambil warga daerah setempat tidak perlu ngambil yang jauh-jauh.
Terkait dengan proyek-proyek berstandar nasional seperti Jalur Selingkar Wilis dan Jalur Lingkar Selatan apa juga ada efeknya untuk meningkatkan hajat hidup masyarakat Kota Kediri?
Jalur Lingkar Wilis itu sebenarnya untuk menghubungkan antara jalur pariwisata satu ke pariwisata lainnya agar mudah dijangkau.
Kebetulan di Kota Kediri pariwisatanya tidak terlalu kuat. Jadi kita di Kota Kediri hanya pendukung sektor pariwisata. Mengapa demikian, di Kota Kediri ada hotel dan tempat nongkrong.
Salah satu yang kita lakukan di Kota Kediri membuatnya semakin enak dan nyaman. Orang mau nongkrong enak. Di Kota Kediri juga ada apa saja. Mau beli apa saja ada. Yang kita jaga selama ini inflasinya. Supaya orang yang datang enak karena biayanya murah-murah. Biasanya kalau murah menjadi pengikat orang untuk datang ke Kota Kediri.
Kita tidak bisa mengambil seluruh bagian, tapi kita mengambil sedikit bagian supportingnya.
Satu di antara pekerjaan rumah pemerintah daerah adalah menjaga good government tata kelola yang baik. Karena data menunjukkan lebih dari 300 kepala daerah harus berurusan dengan KPK. Bagaimana menjaga agar di Pemkot Kediri tidak sampai berurusan dengan KPK?
Yang pertama kami menjalankan aturan yang sudah berlaku. Kedua membuat sistem yang terkoneksi dengan baik dan sistem itu tidak bisa dikendalikan oleh siapapun.
Umpamanya saya. Saya tidak boleh memenangkan proyek-proyek yang dimasukkan ke lelang, tidak boleh. Jadi sistemnya harus benar dulu. Jadi sistemnya harus bagus dulu, dan sistem itu harus tersertifikasi dengan LKPP dan KPK terkoneksi. Siapapun yang intervensi nanti urusan dengan itu. Itulah yang kami lakukan di sini.
Kami juga memanfaatkan teknologi informasi. Tentu kita membuat sistem-sistem dengan itu.
Sama dengan daerah lain. Namun kami lebih awal menggunakannya. Paling tidak kita bisa mengurangi sampai benar-benar sudah nol tidak bisa diapa-apakan karena ini uang negara.
Itu yang kami lakukan di Kota Kediri selama kami menjabat. Saya selalu mengingatkan kepada teman-teman untuk menjaga sistem.
Memang berat waktu awal-awal membangun bagi saya dan teman-teman. Pasti ada yang mengira dan banyak yang ikut intervensi. Namun alhamdulillah sampai sekarang masih berjalan dengan baik.
Kalau boleh bertanya dengan pertanyaan sederhana, sebagai Wali Kota Kediri ada enaknya apa tidak?
Jadi Wali Kota Kediri itu enak. Kalau kita jadi masyarakat biasa atau pengusaha memang enak kita bebas.
Tapi jadi wali kota itu lebih enak. Karena lebih enaknya kita bisa membantu lebih banyak orang.
Umpamanya mau mengurangi angka kemiskinan kita bisa intervensi dengan APBD. Kalau kita jadi pengusaha tidak bisa.
Kalau kita ingin meningkatkan taraf hidup pendidikan masyarakat Kota Kediri menjadi sarjana (S1) kita bisa intervensi dengan APBD dengan membuat progamnya.
Kemudian kita ingin membangun kampung-kampung juga bisa dilakukan. Saya sudah membuktikan itu dengan progam pemberdayaan masyarakat (prodamas).
Saya lihat kampung-kampung bayar pajak PBB, tapi tidak pernah dibangun dan disentuh. Saya kasih anggaran untuk membangun kampungnya masing-masing setiap RT sekarang Rp 100 juta. Itu anggaran yang besar.
Agar akuntabilitas keuangan di setiap RT dapat terjaga bagaimana caranya?
Pemegang keuangan dari kelurahan. Yang bikin perencanaan masyarakat, dijalankan oleh kelurahan sehingga pemberdayaan masyarakat berjalan.
Sementara tidak enaknya jadi wali kota apa saja?
Tidak enaknya dinyinyirin orang dikira korupsi. Banyak hal-hal yang kadang-kadang jadi permasalahan.
Tapi biasa yang namanya menjadi pejabat publik harus berani dikritik. Menurut saya masih wajar dan lazim. Kalau sudah menjadi pejabat publik ya sudah biarin saja.
Itu urusannya dengan yang membuat hidup. Kalau benar saya yang berdosa. Baper boleh sehari atau dua hari. Tapi setelah itu ya sudah biarin saja.
Saya sudah mencoba berkomunikasi dengan siapapun.
Sepanjang mendapatkan amanah sebagai Wali Kota Kediri pengalaman apa yang paling tidak bisa dilupakan?
Pengalaman yang tidak saya dapatkan di tempat lain. Ini percaya ngak percaya. Karena saya sudah berkomitmen pada diri saya akan membuat program yang baik dan membantu masyarakat.
Saya seperti di-guidance oleh Tuhan saja. Pengalaman saya seperti itu. Jadi saya mau ini, ah nanti dulu, jangan dulu, ternyata kayak gini bener. Saya seperti punya feeling, ah tidak dulu.
Tentu dengan perhitungan yang tepat bukan ngawur. Jadi saya punya pengalaman seperti itu.
Kalau pengalaman lainnya juga banyak. Nanti kejadian seperti ini, ternyata kejadian bener. Nanti orang ini kayak nipu, ternyata kejadian betul. Pengalaman seperti itu banyak sekali.
Yang saya masih heran, saya banyak diperingatkan oleh Tuhan. Jangan seperti itu, nanti kayak gini. Secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga saya bingung menjelaskan dengan kata-kata. Mungkin ini doa dari saya atau masyarakat saya. Karena saya terbuka juga dengan masyarakat, apa maunya.
Memang tidak semua saya bantu. Tapi yang secara prosedural dengan benar bisa saya bantu, termasuk ada anak yatim-piatu kita sekolahkan. Kita mencari anak-anak itu. Ini kayaknya susah tapi ternyata bisa. Seperti dimudahkan dalam mengambil kebijakan.
Kita tidak tahu kesulitan pandemi Covid-19 ini akan berakhir kapan. Mohon menyampaikan closing statement kepada warga Kota Kediri maupun orang lain?
Menurut saya tidak ada yang tahu kapan pandemi covid ini berakhir. Jadi saya berharap bersabar. Kita memiliki perasaan dan pemahaman yang sama. Karena pandemi ini melanda dunia.
Terkait dengan masalah perekonomian kita harus siap. Kalau ada kehidupan new normal kita sampai beberapa tahun ke depan harus pakai masker untuk saling menjaga.
Itu nanti akan meningkatkan perekonomian. Saya perhatikan setiap penurunan angka kasusnya juga disertai dengan kenaikan ekonomi. Jadi di Kediri kelihatan, kalau angka kasus turun, ekonomi pasti naik, menggeliat lagi.
Ini harus kita jaga. Kalau naik boleh naik, tapi jangan berkerumun. Harus pakai masker, prokes dijaga beneran. Ini yang harus dijaga beneran kalau kita ingin survive.
Semua upaya dan usaha pemikiran sudah dilakukan pemerintah pusat dan masyarakat sudah dilakukan semua. Tinggal kita berdoa kepada Allah SWT supaya pandemi ini dicabut.
Semua harus berdoa. Selain pemerintah mengupayakan masifnya vaksinasi dan pengobatan gratis, kita harus berdoa. (didik mashudi)
Baca juga: Jurus Walikota Kediri Pulihkan Ekonomi Saat Pandemi, Hampir Menangis (1)