Minggu, 5 Oktober 2025

Pengungsi Rohingya

Kronologis Dugaan Kasus Perdagangan Etnis Rohingya, Bermula dari Kedatangan 4 Pria ke Kamp Pengungsi

Ada puluhan alat komunikasi yang disita dalam berbagai merk. Semua Hp tersebut diamankan ke Kantor Imigrasi Klas II A Lhokseumawe.

Editor: Dewi Agustina
For Serambinews.com
Tim Gabungan Imigrasi Kelas II Lhokseumawe, TNI dan Polri yang dipimpin langsung oleh Kepala Imigrasi Klas II Lhokseumawe, Jumat (18/9/2020) sekitar pukul 11.00 WIB merazia dan menyita beleasan hp alat komunikasi milik migran Rohingya yang ditampung di BLK Lhokseumawe. 

TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Tim gabungan petugas Imigrasi, TNI, dan Polri menyelidiki dugaan kasus perdagangan manusia yang mengorbankan etnis Rohingya di kamp Gampong Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe.

Tim melakukan serangkaian pemeriksaan sejak Kamis hingga Jumat (18/9/2020) kemarin.

Tim Gabungan yang dipimpin langsung oleh Kepala Imigrasi Klas II Lhokseumawe Fauzi SH merazia dan menyita alat komunikasi yang diduga dipakai untuk berkomunikasi dengan agen.

Ada puluhan alat komunikasi yang disita dalam berbagai merk. Semua Hp tersebut diamankan ke Kantor Imigrasi Klas II A Lhokseumawe untuk selanjutnya dilakukan penyelidikan.

Awal mula kecurigaan aparat ketika kedatangan empat pria ke kamp pengungsi di Gampong Meunasah Mee pada Rabu malam.

Keempat pria itu datang diantar oleh seseorang dengan menggunakan mobil. Saat mobil tiba di pintu pos pemeriksaaan, petugas membuka pintu pagar seraya meminta kartu identitas tamu.

"Keempatnya menunjukkan kartu UNHCR. Mereka dari Malaysia ingin menjumpai istri di sini. Namun, kita tak mau ambil risiko," kata seorang petugas kepada Serambi.

Lalu, petugas pun menghubungi pihak imigrasi.

Petugas kemudian menjemput 4 pria tersebut untuk diperiksa. Pihak imigrasi curiga mereka adalah pria-pria yang akan membawa lari para pengungsi, yang bisa menyeret ke kasus perdagangan manusia.

"Ya, awalnya kita curiga mungkin ada indikasi untuk dibawa lari ke Malaysia," terang Fauzi.

Selanjutnya aparat melakukan pemeriksaan intensif di kamp.

Baca: Rujinah, Imigran Rohingya di Lhokseumawe Diduga Kabur Saat Jaga Temannya di RS

Seorang pengungsi Mahmud Mizan (23) kemudian diamankan dan digiring ke Kantor Imigrasi Klas II Lhokseumawe untuk dilakukan penyelidikan.

Saat mobil dihidupkan membawa Mahmud, imigran lainnya sempat berusaha menghalangi kendaraan petugas. Namun, setelah diberi penjelasan bahwa Mahmud hanya sekadar dimintai keterangan, mereka pun mundur.

Menurut Kepala Kantor Imigrasi Lhokseumawe Fauzi SH, Mahmud diperiksa sekitar 7 jam. Namun, lantaran tidak ditemukan hal-hal yang melanggar hukum, pria itu diantar kembali ke Gedung BLK di Gampong Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Lhokseumawe.

"Setelah kita periksa, sejauh ini belum ditemukan adanya indikasi terlibat dalam jaringan perdagangan manusia, makanya kita kembalikan ke kamp," kata Fauzi, Jumat malam.

Para pengungsi etnis Rohingnya yang terdampar di bibir pantai Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Senin (7/9/2020) sore mulai diambil sampel darah untuk dirapid test.
Para pengungsi etnis Rohingnya yang terdampar di bibir pantai Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe, Senin (7/9/2020) sore mulai diambil sampel darah untuk dirapid test. (For Serambinews.com)

Begitu pula keempat pria dari Malaysia, kini dibiarkan menemui istri di kamp lantaran tidak ditemukan hal mencurigakan.

Namun, kata Fauzi, seperti juga instansi lain, pihak imigrasi akan terus mengawasi sesuai kewenangan yang dimiliki agar tak terjadi kasus-kasus pelanggaran hukum, khususnya terkait perdagangan manusia.

Apalagi ada seorang pengungsi perempuan yang sudah kabur.

"Pengungsi yang kabur itu kita belum tahu ke mana arahnya, tetapi terus kita koordinasikan. Bisa jadi terkait dengan perdagangan manusia, semua kemungkinan terbuka," kata Fauzi.

Kini kamp yang terletak di Meunasah Mee itu dijaga ketat oleh aparat TNI dan Polri. Tujuannya untuk menghindarkan terjadi hal-hal yang tak diharapkan, termasuk kaburnya para pengungsi dari kamp.

Baca: Tiga Pengungsi Rohingya Meninggal di Penampungan Lhokseumawe, Menlu Menduga Mereka Kelelahan

Sebelumnya, Koordinator Arakan Project, Chris Lewa, menduga adanya permaian para penyelundup manusia, di balik beberapa kejadian terdamparnya para pengungsi Rohingya ke Aceh.

Keberadaan para pengungsi hingga tujuh bulan terombang-ambing di lautan, menjadi awal dari kecurigaan itu.

"Penyelundup manusia ini ingin dibayar, jadi mereka menawan para penumpang, itulah kenapa kelompok ini menghabiskan waktu lama di lautan sebelum mereka mendarat (di Aceh)," jelas Chris, seperti dilansir bbc beberapa hari lalu.

"Kami menghubungi beberapa kerabat para penumpang ini, mereka mengatakan telah membayar (biaya perjalanan) pada Mei lalu. Namun kenapa mereka belum mendarat saat itu adalah karena belum semua penumpang di kapal telah membayar. Jadi mereka menawan mereka di tengah lautan," tambahnya.

Menurut Chris, kapal besar yang mengangkut pengungsi Rohingya dari Bangladesh itu diatur dari Myanmar.

"Lalu mereka ke Bangladesh untuk menjemput mereka. Kapal ini tidak pernah memasuki perairan Bangladesh," jelasnya.

"Saya melihat kapal yang mendarat di Aceh tadi malam, dan ini jelas bukan kapal utama. Jadi para penumpang ini ditransfer ke kapal-kapal yang lebih kecil di tengah lautan. Siapa para penyelundup manusia ini? Kami tidak tahu," kata Chris, mengomentari peristiwa terdamparnya kapal yang membawa pengungsi 296 etnis Rohingya di pesisir pantai Ujong Blang, Kecamatan Banda Sakti, Lhokseumawe pada, Senin (7/9/2020).

Ia juga meyakini bahwa akan ada kapal-kapal yang mengangkut komunitas Rohingya dalam beberapa bulan ke depan, terutama di musim puncak yang biasanya jatuh pada akhir Oktober atau November.

Seorang perempuan Rohingya, Rujinah (23) diduga telah kabur dari kamp saat menjaga rekannya yang sakit di Rumah Sakit Umum Cut Mutia (RSUCM) Aceh Utara, Kamis (17/9/2020) ketika Magrib.

Baca: Enam Wanita Imigran Rohingya Kabur dari Pengungsian Sementara di BLK Lhokseumawe

Juru Bicara Tim Penanggulangan Rohingya Lhokseumawe, Marzuki, Jumat (18/9/2020), mengatakan, Rujinah merupakan gadis Rohingya yang kapalnya terdampar di perairan Lhokseumawe, pada 7 September lalu.

Marzuki menduga gadis tersebut menghilang pada Kamis saat menjaga pasien.

"Saat itu pasien sedang mandi. Saat ke luar dari kamar mandi, Rujidah sudah menghilang. Barang bawaan Rujinah berupa satu kantong plastik juga tidak ada lagi di ruangan," kata Marzuki.

Marzuki berharap ke depan pihak UNHCR, imigrasi, ataupun IOM bisa melakukan pendampingan bila ada pengungsi yang harus dirawat di rumah sakit.

Ratusan etnis Rohingnya yang terdampar di Gampong Ujung Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Senin (7/9/2020), beristirahat sambil menunggu keputusan pemerintah terkait nasib mereka.
Ratusan etnis Rohingnya yang terdampar di Gampong Ujung Blang, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Senin (7/9/2020), beristirahat sambil menunggu keputusan pemerintah terkait nasib mereka. (Serambinews.com)

Kisah pelarian migran ini sebetulnya bukan cerita baru. Sebelumnya 6 orang pengungsi Rohingya juga kabur dari kamp.

"Yang kita khawatirkan, mereka terjebak dalam kasus perdagangan manusia," kata seorang petugas kepada Serambi.

Dengan hilangnya satu orang dan 3 orang meninggal beberapa hari lalu, kini jumlah pengungsi yang tersisa berjumlah 292 orang. (zak/bah)

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Tim Gabungan Usut Dugaan Perdagangan Rohingya

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved