Minggu, 5 Oktober 2025

Perawat Covid-19 di Padang Meninggal Dunia, sang Ibu Dapat Kabar Duka saat Melayat Saudara

Sang ibunda, Nurbaiti (57) tidak percaya saat mendengar kabar Risa meninggal saat bertugas perawat di Semen Padan Hospital (SPH), Selasa (16/6/2020).

Editor: Ifa Nabila
TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita
Nurbaiti, ibunda seorang perawat pasien Covid-19 asal Padang, Sumatera Barat, Risa Afrina (25) yang meninggal dunia. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perawat pasien Covid-19 asal Padang, Sumatera Barat, Risa Afrina (25) meninggal dunia.

Risa merupakan warga Rawang Ketaping, Kecamatan Kuranji, Kota Padang.

Sang ibunda, Nurbaiti (57) semula tidak percaya saat mendengar kabar Risa meninggal saat bertugas sebagai perawat di Semen Padan Hospital (SPH), Selasa (16/6/2020).

Nurbaiti menuturkan menjelang dapat kabar duka pada Selasa siang, dirinya kebetulan sedang melayat di rumah salah satu keluarga.

Berselang kemudian, putri bungsunya menelepon dan memintanya untuk segera pulang.

Baca: VIRAL Video Wanita di Aceh Menangis Dikeroyok Sekelompok Pria hingga Rambut Dipotong Pakai Pisau

Baca: Terekam CCTV, Pesepeda Dibegal di Jalan Panglima Polim Jaksel, Kena Luka Sayat Clurit di Perut

"Saya bertanya-tanya, kenapa anak bungsu menyuruh pulang. Tetapi kalau ditelepon, pasti ada yang penting. Katanya, ada yang cari saya," ujar Nurbaiti.

"Kata anak bungsu, ada yang nelepon dari SPH, katanya Risa jatuh. Kemudian saya pulang," tambah Nurbaiti.

Di tengah perjalanan, Nurbaiti dihubungi oleh nomor tak dikenal yang ternyata pihak rumah sakit.

Saat ia mengangkat telepon, pihak rumah sakit tak banyak bicara.

"Dia bertanya, Ibu, mamanya Risa? Saya jawab iya."

"Lalu saya tanyakan mengenai Risa, dia diam."

"Kabarnya, anak saya jatuh, dia kembali diam."

"Namun dia meminta saya untuk datang ke rumah sakit dan melihatnya bersama-sama," jelas Nurbaiti.

Meski tak ada keterangan lebih lanjut yang diperoleh Nurbaiti saat itu, tetapi entah kenapa ia merasa pasti anaknya sudah tidak ada lagi (meninggal).

"Itu perasaan saya saat itu. Tapi sebelumnya memang tidak ada firasat apa-apa, seperti biasa saja," ucap Nurbaiti.

Nurbaiti berpikir positif, mungkin saja pihak rumah sakit tidak ingin ia panik.

Baca: Update Corona, 18 Juni 2020 di Indonesia: Penambahan Kasus Tertinggi dan Jumlah Kasus Per Provinsi

Baca: Menko PMK Nilai Pandemi Covid-19 Tunjukan Ketimpangan Infrastruktur Kesehatan Nasional

Setibanya di rumah sakit, pihak rumah sakit menyatakan anaknya meninggal dunia.

Pihak rumah sakit, kata Nurbaiti, mengatakan anaknya meninggal dunia karena kelainan jantung.

Nurbaiti dengan yakin mengatakan, anaknya tidak pernah dirawat apalagi mengalami penyakit jantung.

Risa pergi bekerja dalam keadaan sehat, tidak ada sakit kalau sakit mungkin tak diizinkan untuk bekerja.

"Saya larang pasti, karena selama kuliah tidak pernah sakit. Jangankan dirawat, sakit aja tidak pernah."

"Anak saya jarang keluar rumah," kata Nurbaiti.

Kesedihan tak dapat disembunyikan. Anak berangkat dari rumah dalam keadaan sehat, tiba-tiba meninggal dunia.

"Pasti orang tua merasakan kesedihan yang luar biasa. Biasanya bertemu tiap hari sekarang tidak," tegas Nurbaiti.

Namun, Nurbaiti mengatakan pihak keluarga ikhlas karena semua merupakan takdir Allah.

Keluarga dan pihak rumah sakit berunding dan menyampaikan penyelenggaraan jenazah Risa menggunakan protokol Covid-19.

Kendati sempat terjadi kesalahpahaman, namun hal itu bisa diselesaikan secara baik-baik.

Jenazah Risa lalu dibawa guna dimasukan ke dalam peti dan dibawa menggunakan ambulans.

Setiba di rumah, Risa dimandikan. Selesai Salat Isya, dimakamkan di Jalan Tunggang Kelurahan Pasa Ambacang Kota Padang dekat Masjid Hidayah yang merupakan makam keluarga.

Nurbaiti yang merupakan petani dan pedagang sayuran di Kota Padang mengungkapkan, Risa berangkat bekerja ke SPH dalam keadaan sehat seperti hari-hari biasa.

Sejauh ini lanjutnya, jarak rumah Risa dengan SPH hanya sekitar 1,2 kilometer.

"Pagi (Senin (15/6/2020) Risa pamit kepada saya untuk berangkat kerja. Dia dalam keadaan sehat."

"Dia tidak ada riwayat sakit dan tidak pernah dirawat di rumah sakit," kata Nurbaiti.

Sebelum berangkat ke SPH, Nurbaiti memberikan pesan jangan lupa istirahat dan jangan sering main handphone/HP.

"Bahkan masih merebus air panas untuk mandi. Hati-hati ya, itu pesan saya waktu itu. Kalau tidur jangan larut malam. Saya tidak bisa mengantar ke SPH," jelasnya.

Nurbaiti menceritakan menjadi perawat merupakan hal yang dicita-citakan Risa semenjak kecil.

Risa merupakan tamatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas (Unand) Padang angkatan 2013.

Nurbaiti menyebut Risa ingin menjadi perawat karena saat masih kecil, pernah mendengarkan harapan orang tuanya.

Suatu ketika Nurbaiti pernah berucap punya keinginan satu di antara 5 anaknya ada yang bekerja di rumah sakit.

"Dulu saya pengin salah satu anak saya pakai seragam perawat. Saya ingin melihat anak saya makai seragam putih, senang saja saya, akhirnya masik perawat. Alhamdulillah diterima jalur PMDK Unand," cerita Nurbaiti.

Impian Risa baru tercapai tahun ini di mana ia diterima menjadi perawat di SPH, khusus untuk menangani pasien covid-19.

Sebelumnya, Risa juga pernah magang di SPH selama 5 bulan.

Risa merupakan anak kedua dari 5 bersaudara.

Dari 5 anaknya itu menurut Nurbaiti, Risa yang paling disiplin dan tekun.

Risa tidak pernah meninggalkan ibadah wajib seperti salat dan puasa.

Selain itu, Nurbaiti juga kerap melihat Risa salat sunah dan puasa sunah.

Kini Nurbaiti dan keluarga sudah mengikhlaskan kepergian Risa.

"Selama ini Risa ini yang paling taat. Dia rajin salat dan puasa sunah. Allah sangat menyayangi Risa. mungkin ini sudah jalannya. Kami ikhlas," ujar Nurbaiti. (TribunPadang.com/Rizka Desri Yusfita)

Artikel ini telah tayang di Tribunpadang.com dengan judul KISAH Perawat Covid-19 di Padang Meninggal Dunia, Nurbaiti: Allah Sangat Menyayangi Risa

Sumber: Tribun Padang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved