Sabtu, 4 Oktober 2025

Warga Desa di Nagekeo Gotong Jenazah Seberangi Sungai Lowo

Yohanes juga menyebutkan anak-anak SMP jug harus menyeberang sungai jika hendak ke sekolah menuju Dhereisa

Editor: Eko Sutriyanto
ISTIMEWA
Sejumlah warga Alorawe saat menggotong jenazah melintas Sungai Lowo Sesa di Desa Alorawe Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo, Kamis (20/2/2020) 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Gordi Donofan

TRIBUNNEWS.COM, MBAY - Sejak Indonesia merdeka, rupanya warga Desa Alorawe di Kecamatan Boawae Kabupaten Nagekeo masih terisolir.

Infrastruktur jalan dan jembatan jauh dari harapan seperti warga lainnya di Indonesia.

Kondisi ini sangat memprihatinkan jika musim hujan tiba.

Ketiadaan jembatan membuat warga harus menantang derasnya air sungai Lowo Sesa.

Warga Desa Alorawe harus melawan derasnya arus Sungai Lowo Sesa jika hendak ke Kampung Alorawe.

Kejadian yang sangat menyedihkan terjadi, Kamis (20/2/2020) pagi.

Enam orang pria berjibaku menggotong sebuah peti jenazah melintas dan menabrak derasnya arus Sungai Lowo Sesa menuju Alorawe.

Hal tersebut terpaksa dilakukan warga lantaran tidak ada jembatan penghubung antara Desa Dhereisa dan Desa Alorawe.

Enam orang pria harus melintas derasnya arus hingga sampai di seberang Sungai.

Baca: Cerita Indra Pedagang Peti Jenazah: Biasanya Besok Dibeli Kalau Ada Suara Ketukan di Peti

Baca: Mayat Diduga PSK di Warung Remang-remang Ditemukan Tanpa Busana, Tangan dan Mulutnya Terikat Handuk

Baca: Bagini Penampakan Desain Konstruksi Tol Yogyakarta-Solo

Mereka menggotong peti jenazah almarhum, Priska Moy (17) yang meninggal di RSUD Bajawa, Rabu (19/2/2020).

Keluarga almarhum Priska Moy, Yohanes DB Moni, kepada POS-KUPANG.COM, dirinya sangat prihatin dengan keadaan tersebut.

"Kami memang begini sudah. Kemarin itu mereka tunggu air surut dulu baru bisa nyebrang, itupun air sampai ke pundak saat gotong saudari kami yang meninggal itu," ungkap Yohanes, Jumat (21/2/2020).

Yohanes mengatakan almarhum Priska Moy meninggal dunia RSUD Bajawa karena sakit.

Ia menerangkan tahun 2018, sejumlah warga membantu ibu hamil menyeberang Sungai Lowo Sesa menuju Boawae.

Yohanes juga menyebutkan anak-anak SMP jug harus menyeberang sungai jika hendak ke sekolah menuju Dhereisa.

"Memang sudah menjadi biasa bagi warga kami. Kami hanya pasrah saja," ujar Yohanes.

Yohanes mengaku warga harus melawan arus dan menggotong jenazah. Seharusnya Pemda Nagekeo membuka mata saat mengetahui kejadian tersebut dan kesulitan masyarakat sebelumnya.

"Dalam adat dan budaya Nagekeo, jenazah harus kita perlakukan dengan hormat. Tetapi ini, harus menyeberangi kali. Untung saja selamat sampai diseberang. Bagaimana kalau peti tersebut terbawa arus. Pemerintah Kabupaten Nagekeo harus segera mengambil sikap," ujar dia.

Baca: Keindahan Taman Wisata Alam Menipo di Kupang, Destinasi yang Punya Potensi Alam Luar Biasa

Baca: T2 Motorsports Sebut Seri Terakhir Asian Le Mans Series Akan Berlangsung Sengit

Baca: Rayu Pakai Rokok dan Akses Internet, Penjaga Sekolah Cabuli Tujuh Siswa

Yohanes mengatakan membangunan itu harus dipandang secara utuh dan menyeluruh.Di ibu kota bisa dibangun jalan bernilai miliaran rupiah.

"Di wilayah lain ada banyak pembangunan. Pemda juga mampu selenggarakan kegiatan-kegiatan dan festival yang beranggaran miliaran rupiah. Mengapa bangun jembatan tidak mampu? Apakah kami orang Alo Rawe bukan bagian dari Nagekeo? Mengapa janji membangun jembatan dari tahun ke tahun hanya sekedar janji, ujar dia.

Sementara itu, Kepala Desa Alorawe Don Bosco Baka, kepada POS-KUPANG.COM, via telepon selulernya menyampaikan, kejadian tersebut sangat menyedihkan.

Kades Baka menyebutkan ada 6 orang warganya terpaksa menerjang arus dan banjir di Sungai Lowo Sesa untuk memikul peti jenazah.

Kades Baka mengatakan banjir cukup besar, dan pada titik tengah, air mencapai pundak enam orang warga yang menggotong peti jenazah.

"Syukurlah mereka bisa melewati banjir dengan selamat, walaupun nyaris terseret banjir karena harus mempertahankan keseimbangan di tengah arus deras," ungkap Kades Baka.

Kades Baka mengaku warga RT 01 Desa Alorawe, Priska Moy meninggal dunia karena sakit. Priska meninggal dunia di RSUD Bajawa pada Rabu, 19 Februari 2020.

Kades Baka mengaku jenazah kemudian dibawa ke Desa Alorawe tetapi tidak bisa langsung menyeberang karena arus air di kali sangat deras.

"Karena itu jenazah terpaksa disemayamkan di salah satu rumah warga di Bukit Aetau dan ketika air cukup surut, pagi ini kami seberangkan. Kami bersepakat untuk melawan arus Sungai Lowo Sesa," ungkap Kades Baka.

Kades Baka mengaku keadaan tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi dan pernah terjadi sebelumnya.

Ketiadaan Jembatan membuat warga pasrah dan terpaksa harus melawan arus sungai Lowo Sesa.

"Kalau memang rumah warga yang meninggal berada di sisi seberang kali, mau tidak mau harus diseberangkan dengan cara jenazah dipikul melewati kali sebab jembatan tidak ada. Belum pernah dibangun sejak Indonesia merdeka," ungkap Kades Baka.

Kades Baka mengaku, warga pernah menyeberangkan salah seorang ibu yang sedang hamil pada Bulan Juli 2018 yang lalu.

Ibu hamil hendak melahirkan di Puskesmas Boawae. Musim seperti warga harus setia menghantar melintasi derasnya Sungai Lowo Sesa.

Ia mengaku setiap tahun warganya selalu membangun jembatan darurat secara swadaya. Tetapi hanya berlaku musim panas saja. Kalau musim hujan selalu hanyut oleh banjir.

Ia berharap agar Pemerintah Kabupaten Nagekeo, setelah kejadian tersebut, dapat membangun jembatan bagi masyarakat Desa Alorawe karena memang sangat membutuhkan jembatan.

Ia berharap dengan kejadian tersebut pemerintah membuka mata dan memperhatikan Desa Alorawe.

Terpisah Ketua DPRD Kabupaten Nagekeo Marselinus F.Ajo Bupu, mengaku sangat prihatin dengan kejadian tersebut.

Pria yang akrab disapa Seli Ajo tersebut mengatakan tahun 2019 lalu memang sudah dilakukan survei dan diharapkan tahun 2020 harus dibangun.

"Saya sangat prihatin terhadap kejadian ini. Sejujurnya, DPRD telah mendorong pembangunan Jembatan Alorawe sejak tahun 2015 yang lalu. Tetapi bagaimanapun, keputusan akhir berada di tangan eksekutif," ungkap Seli Ajo.

Seli Ajo mengatakan tahun 2020 anggaran untuk pembangunan jembatan gantung sudah ada dialokasikan melalui APBN dan sudah dalam proses tender di Ende.

"Anggarannya sekitar 3 miliar lebih untuk pembangunan jembatan gantung Alorawe yang bersumber dari APBN," ujar Seli Ajo.

Seli Ajo menyampaikan permohonan maaf kepada warga Desa Alorawe karena sampai saat ini jembatan gantung belum terwujud dan semoga terwujud tahun 2020.

Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Di Nagekeo Warga Gotong Jenazah Seberangi Sungai Lowo Sesa Menuju Alorawe

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved