Fakta-Fakta Keraton Agung Sejagat dan Sosok Rajanya, Raja Klaim Punya Misi Hentikan Perang Dunia III
Kemunculan Keraton Agung Sejagat menghobohkan masyarakat. Berikut fakta-fakta Keraton Agung Sejagat dan sosok Totok, yang mengaku sebagai raja.
TRIBUNNEWS.COM - Kemunculan Keraton Agung Sejagat menghebohkan masyarakat.
Keraton yang berlokasi di Purworejo, Jawa Tengah itu diketahui memiliki seorang raja yang dipanggil dengan sebutan Sinuhun.
Sosok raja di Keraton Agung Sejagat pun turut menjadi sorotan.
Diketahui, Keraton Agung Sejagat dipimpin oleh seorang raja bernama HRH Totok Santoso Hadiningrat.
Untuk menjelaskan keberadaan Keraton Agung Sejagat, Totok Santoso Hadiningrat mengundang wartawan ke sebuah bangunan yang pihak keraton sebut Ndalem Poh Agung.
Berikut Tribunnews.com sajikan fakta-fakta sosok Raja Keraton Agung Sejagat yang menggegerkan masyarakat:
1. Memiliki Permaisuri
Seseorang yang disebut-sebut sebagai Raja Keraton Agung Sejagat, HRH Totok Santoso Hadiningrat, memimpin kerajaannya dengan didampingi seorang permaisuri.
Permaisuri Keraton Agung Sejagat dipanggil dengan nama Kanjeng Ratu Dyah Gitarja.
2. Mengaku menguasai seluruh dunia
Totok Santoso Hadiningrat menyebut, keraton pimpinannya merupakan induk dari seluruh kerajaan hingga republik di dunia.
Kehadiran Keraton Agung Sejagat, menurut Totok, bertujuan untuk membawa masyarat dunia menuju kemajuan.
Totok juga mengklaim akan melakukan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang.
"Dengan memperbaiki sistem kedaulatan, sistem ekonomi, dan moneter secara global," katanya, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Senin (13/1/2020).
Saat ditanya apakah kerajaan tersebut bagian dari NKRI, Totok menyebut, Keraton Agung Segajat bagian dari keseluruhan.
"Kita bagian dari semuanya," tambahnya.
Sementara itu, mengutip dari Tribun Jateng, Keraton Agung Sejagat juga mengklaim memiliki alat-alat kelengkapan yang dibentuk di Eropa.
United Nations (UN) dan Pentagon bahkan diklaim menjadi milik Dewan Keamanan KAS.
3. Memprediksi Perang Dunia III
Menurut pantauan Tribunnews.com dari akun instagram pribadi Totok Santoso Hadiningrat, Totok pernah mengunggah sebuah foto yang seperti memprediksi akan terjadi Perang Dunia III di tahun 2020.
Hal itu terlihat dari tulisan yang tertera di unggahan fotonya, yaitu "The road to World War III".
Foto tersebut diunggahnya pada 18 Mei 2016.
4. Punya Misi Hentikan Perang Dunia III
Di tahun 2016 juga, melalui Instagramnya, Totok menyandingkan foto dirinya dengan sosok Doughlas McArthur.
Terdapat tulisan dalam foto tersebut yang menyampaikan bahwa Totok mengemban tugas yang sama dengan Doughlas McArthur yaitu menghentikan perang dunia.
Menurutnya, dirinya dengan Doughlas McArthur hanya berbeda era saja.
Namun, dalam tulisan yang tertera di foto, ia menyatakan tidak akan mengambil langkah yang sama dengan Doughlas McArthur.
Jika Doughlas McArthur menghentikan perang dunia dengan menggunakan bom atom atau cara genosida, ia akan memilih untuk berjuang menghentikan perang dengan membangun kemanusiaan.
Totok juga menegaskan dalam unggahannya, bahwa Perang Dunia III semestinya tidak terjadi karena perang hanya akan membawa kehancuran dan kesengsaraan umat manusia.
"If World War I and World War II had occured then World War III does not have to happen because the war only bring disaster and destruction as well as misery for the inhabitants of the earth," begitu bunyi tulisan dalam foto yang diunggah Totok.
5. Janji beri uang ratusan dollar
Dilansir dari TribunSumsel.com, melalui organisasi Jogja Development Comiittee (Jogja DEC), Totok menjanjikan akan membagikan uang sebesar 100 hingga 200 dollar AS per bulan kepada setiap anggotanya.
Uang tersebut diklaim berasal dari sebuah bank di Swiss yang menyimpan Esa Monetary Fund.
Sebuah dana, yang diklaim Totok, akan dibagikan kepada warga untuk memberi kesejahteraan kepada warga Indonesia.
Sebuah berita pada 2016 menyebut banyak anggota Jogja DEC memilih mundur karena janji pembagian uang tersebut tak pernah terwujud.
Sementara itu, berikut fakta-fakta Keraton Agung Sejagat yang telah dirangkum Tribunnews.com sebelumnya:
1. Perlengkapan kerajaan dari Eropa
Dilansir dari Tribun Jateng, Keraton Agung Sejagat mengklaim memiliki alat-alat kelengkapan yang dibentuk di Eropa.
United Nations (UN) dan Pentagon bahkan diklaim menjadi milik Dewan Keamanan Keraton Agung Sejagat.
2. Kostum Punggawa Kerajaan
Kemunculan Keraton Agung Sejagat dianggap sebagai cara untuk menunaikan janji 500 tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit pada 1518.
Mengutip dari Tribun Jateng, para pengikut Keraton Agung Sejagat disebut punggawa kerajaan.
Mereka juga berdandan layaknya anggota kerajaan.
Para punggawa mengenakan setelan persis seperti baju kerajaan Inggris.
Mereka juga mengenakan slempang lengkap dengan berbagai aksesori di tubuhnya.
Mereka bahkan juga mengenakan topi pet.
Sama halnya dengan para pengikut, sang raja juga mengenakan baju warna senada.

Yang membedakan adalah slempang dan aksesoris yang menempel di baju.
Sementara sang ratu mengenakan kain jarik sebagai bawahan serta baju kebaya berwarna hitam.
Sang ratu juga mengenakan slempang seperti halnya raja.
3. Sering melakukan aktivitas budaya
Menurut penuturan warga, area rumah atau yang disebut keraton kerap melakukan aktivitas budaya.
Awalnya, warga sekitar tak menaruh curiga dengan keberadaan bangunan tersebut.
Seorang warga bernama Sumarni (53) yang rumahnya dekat dengan Keraton Agung Sejagat mengatakan, ia mendengar akan ada museum di lokasi tersebut.
"Akan ada semacam museum, ada berbagai macam kesenian lainnya. Sehingga masyarakat sekitar makmur karena ada wisatawan akan datang," katanya, dikutip dari Tribun Jateng.
Menurut Sumarni, awalnya kerajaan tersebut merupakan komunitas yang kerap mencairkan dana pemerintah.
Perkumpulan tersebut bernama Development Economic Commite (DEC).
Aktivitas orang-orang di kerajaan tersebut biasanya dimulai pada pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB.
Mereka kerap melakukan upacara ala manten Jawa seperti adanya tari gambyong, cucuk lampang, hingga prosesi pecah telor.
"Kita sebagai warga jelas heran itu ada apa kok malem-malem seperti itu," tambahnya.
4. Asal para pengikut kerajaan
Masih menurut Sumarni, para punggawa kerajaan bukan merupakan orang sekitar lokasi.
Mereka dikabarkan datang dari beberapa daerah di Yogyakarta seperti Bantul dan Imogiri.
Orang-orang tersebut mulai datang ke lokasi sekitar pertengahan Agustus 2019.
Dikatakan Sumarni, mengutip dari sumber yang sama, mereka datang menggunakan kain tradisional seperti kerajaan.
Saat ini pengikut Keraton Agung Sejagat disebut mencapai 425 orang.
5. Batu besar datang pada dini hari
Beberapa waktu lalu, sebuah batu besar datang di lokasi kerajaan pada malam dini hari.
Hal tersebut terjadi pada minggu kedua Oktober 2019.
Kata Sumarni, sebuah batu besar tiba-tiba datang sekitar pukul 03.00 WIB.
Ia juga mengaku mendengar suara batu besar tersebut.
"Itu batunya datang jam setengah tiga malam, otomatis kita sebagai tetangga dekat jelas dengar suaranya,"
Tak sampai di situ, kursi-kursi pun tertata rapi.
Mengutip dari Tribun Jateng, batu besar tersebut dianggap sebagai bangunan prasasti.
Menjadi tanda sahnya sebuah kerajaan berdiri.
6. Melakukan pawai layaknya kerajaan
Keraton Agung Sejagat juga melakukan pawai atau upacara layaknya kerajaan.
Menilik dari unggahan video di akun Facebook Info Purworejo, para punggawa beserta raja dan ratu mengadakan pawai.
Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat bersama istri menaiki kuda dengan iring-iringan para pengikutnya.
Acara tersebut bahkan juga dilengkapi dengan tabuhan drum dari para punggawa.
Di barisan paling depan tiga orang membawa bendera kerajaan.
Di belakang penabuh drum, beberapa orang membawa tombak diikuti oleh para perempuan yang membawa busur panah.
Para pria dan wanita dengan pakaian khas Jawa juga membawa makanan.
Ada pula gunungan berupa apem.
Sementara itu, Totok Santoso menaiki kuda hitam dengan pakaian khas Raja.
Ia terlihat sumringah, bahkan sempat melambaikan tangan kepada warga sekitar yang menonton.
Di belakang Totok, sang istri, Dyah Gitarja menaiki kuda putih.
Sama seperti suaminya, Dyah Gitarja juga melambaikan tangan dan menebar senyum kepada warga sekitar.
Saat ini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo telah meminta pemerintah setempat untuk berkomunikasi dengan pimpinan Keraton Agung Sejagat.
"Kalau memang baik untuk masyarakat ya berarti baik. Tapi Pemerintah Purworejo harus memayungi langsung masyarakatnya, memberikan perlindungan, meminta klarifikasi sehingga bisa jadi jelas," katanya, Senin (13/1/2020), dikutip dari Tribun Jateng.
7. Alasan memilih Purworejo sebagai pusat kerajaan
Dikutip dari TribunSumsel.com, Totok beralasan memilih Purworejo sebagai pusat Keraton Agung Sejagat karena menurutnya, di Yogya dan Solo sudah berdiri kerajaan Mataram.
Totok sendiri mengklaim dirinya memiliki pengikut sebanyak 425 orang yang siap melakukan kirab keliling kampung.
(Tribunnews.com/Widyadewi Metta/Miftah) (TribunSumsel.com/Rika Agustia, Tribun Jateng, Kompas TV)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 'Heboh Keraton Agung Sejagat, sang Raja Mengaku Kuasai Seluruh Dunia, Batu Besar Datang Dini Hari'