Pasutri Jadi Anak Punk di Sintang, Ngamen dari Warkop ke Warkop Raup Rp 300 Ribu per Hari
Keputusan Yeti dan suaminya ikut rombongan anak punk dan mengamen karena desakan kebutuhan ekonomi
Laporan Wartawan Tribun Pontinaka Agus Pujianto
TRIBUNNEWS.COM, SINTANG - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) Kabupaten Sintang mengamankan belasan anak punk di Jalan Lintas Melawi, Kelurahan Ladang, Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) Kamis (28/11/2019) pagi.
Mereka tinggal dan menempati bangunan bekas Pasar Burung.
Seluruh Anak punk yang terjaring oleh Satpol PP bersama Dissos Kabupaten Sintang langsung digiring ke aula Satpol PP.
Dari belasan orang yang diamankan, ada satu pasangan suami istri, yakni Yeti dan Iyan.
Yeti, warga asal Jungkat, Kabupaten Mempawah, sementara suaminya, Iyan warga Kabupaten Melawi.
Pasutri ini mengaku baru dua minggu berada di Sintang.
Baca: BREAKING NEWS - Detik-detik Kasek SD di Sintang Dihabisi, Tersangka Mengintai Sejak Pagi
Aktivitasnya mengamen dari warkop ke warkop.
Selama di Sintang, mereka tidur belampar bersama anak punk lainnya di bangunan bekas pasar. Mereka tidur beralaskan kardus.
"Belum ada dua minggu di sini. Kami ngamen. Rencana hari ini mau pulang Jungkat, tapi kena amankan," kata Yeti.
Pasutri yang terjaring Satpol PP ini sudah memiliki dua orang anak.
Kedua buah hatinya itu, tinggal bersama dengan neneknya di Jungkat, Kabupaten Mempawah.
Yeti dan Iyan, keduanya menikah siri.
Baca: Demi Melahirkan di Puskesmas, Ibu Hamil di Sintang Naik Perahu 5 Jam
Saat mereka melangsungkan pernikahan, usia Yeti baru 16 tahun.
"Anak yang paling besar, sudah kelas 2 SD di Jungkat," kata Yeti.
Keputusan Yeti dan suaminya ikut rombongan anak punk dan mengamen karena desakan kebutuhan ekonomi.
Pasca menikah, mereka tidak punya pekerjaan tetap.
"Saya awalnya kuli bangunan," ujar Iyan.
Himpitan ekonomi yang sulit, kedua pasutri memutuskan untuk mengamen.
Dalam sehari, mereka mampu mengumpulkan uang sedikitnya Rp 100-300 ribu rupiah.
Uang itu dibagi bersama anak Punk lainnya. Mereka mengamen bergantian.
Uang lebih, dikirim ke anaknya di Jungkat untuk keperluan sekolah dan lain sebagainya. "Kemarin kirim 500 ribu," ungkap Yeti.
Yeti dan Iyan mengaku terpaksa menjalani kerasnya hidup dengan tidur belampar beralas kardus bersama anak Punk lainnya.
"Yang penting halal. Tidak curi. Sayang sama uang kalau harus ngontrak rumah," ujar Yeti.
Yeti mengaku sudah mendapatkan panggilan kerja di Ketapang. Dalam waktu dekat dirinya akan pergi ke sana menjemput rejeki.
Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Kisah Pilu Pasangan Suami Istri Beranak Dua Pilih Terjun Jadi Anak Punk, Dapat 300 Ribu Per Hari