Sadisnya SR, Ibu Angkat Bocah yang Diperkosa 2 Kakaknya: Ikut Bunuh Korban Lalu Hubungan Badan
Sadisnya SR alias Yuyu, ibu angkat bocah 5 tahun yang diperkosa dua kakaknya. Ikut bunuh si bocah lalu berhubungan intim dengan anaknya.
Sadisnya SR alias Yuyu, ibu angkat bocah 5 tahun yang diperkosa dua kakaknya. Ikut bunuh si bocah lalu berhubungan intim dengan anaknya.
TRIBUNNEWS.COM - Sadis, itulah kata yang paling tepat disematkan pada SR alias Yuyu.
Wanita berusia 39 tahun itu adalah ibu angkat dari NP, bocah berusia lima tahun.
NP diperkosa dua kakak angkatnya, RG (16) dan R (14) yang tak lain anak SR.
Ketiganya tercatat sebagai warga Kampung Bojongloa, Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi.
SR tahu kedua anaknya yang masih remaja itu memperkosa NP, adik angkatnya.
Baca: Kronologi 2 Remaja Perkosa & Bunuh Adik Angkat: Digilir dan Dicekik, Lanjut Bersetubuh dengan Ibu
Baca: 2 Remaja Perkosa dan Bunuh Adik Angkat, Dibantu Ibunya yang Juga Kerap Bersetubuh dengan Kedua Anak
Namun, bukannya melarang, SR malah membantu RG yang mencekik dan memukul NP.
Bahkan setelah kejadian pembunuhan itu, SR lantas berhubungan intim dengan sang anak, RG di samping jenazah NP.
Jasad NP kemudian dibuang ke sungai.

Baca: Ibu Pembunuh Bocah Ternyata Sudah 2 Bulan Menjalani Hubungan Inses dengan Dua Putranya
Baca: Pengakuan Tsk Pembunuh Gadis yang Dibuang ke Sungai, Sering Hubungan Intim Bersama Anak
Peristiwa miris sekaligus sadis ini bermula dari penemuan jasad NP, bocah berusia lima tahun dalam kondisi tidak wajar.
NP ditemukan di aliran Sungai Cimandiri, Desa Wangunreja, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (22/9/2019) siang.
Saat ditemukan, jenazah dalam kondisi telungkup dengan mengenakan pakaian terangkat ke atas dan tidak memakai celana.
Jenazah NP sempat dibawa ke Instalasi Pemulasaraan Jenazah RSUD R Syamsudin dan hanya dilakukan visum luar.
Saat di rumah sakit, SR bahkan ikut mengantarkan dan mendampingi jasad NP.
Saat itu, belum diketahui jika SR memiliki andil membunuh NP.
Kepada wartawan, SR mengaku, meminta NP untuk diam di rumah bersama dua kakaknya karena ia harus berjualan.
"Tapi saat saya pulang, anak saya enggak ada," kata SR alias Yuyu saat ditanya Kompas.com di RSUD R Syamsudin, Minggu (22/9/2019) malam.
SR juga mengaku sempat mencari dan akan melaporkan ke polisi sebab hingga Minggu siang, NP tidak ada di rumah dan ditunggu-tunggu tidak pulang.
Karena kondisi korban tidak wajar, maka dilakukanlah autopsi terhadap jenazah NP.
"Untuk mengetahui penyebab kematiannya jenazah akan diautopsi agar permasalahannya jelas," kata Kapolsek Nyalindung, AKP Endah Sriwigiarti.
Dari hasil autopsi dokter forensik di RSUD Sekarwangi, Cibadak, Senin (23/9/2019) kemarin, ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan pada NP.
"Hasilnya sementara ditemukan bekas luka di leher, luka di lidah, luka di kemaluan dan anus," kata Kepala Polres Sukabumi AKBP Nasriadi dalam konferensi pers di Polsek Cibadak, Selasa (24/9/2019).
Polisi juga meminta keterangan sejumlah saksi, termasuk dari keluarga angkat korban.
Sejumlah bukti lantas mengarah kepada tiga pelaku, yang tak lain dua kakak angkat NP dan ibu angkat NP.
Nasriadi mengatakan, pihaknya bergerak cepat dan langsung menangkap tiga pelaku.
"Ketiganya langsung diamankan tanpa perlawanan," kata Nasriadi.
SR Lantas Berhubungan Badan dengan Anaknya di Samping Jenazah Korban
Di hadapan polisi, RG dan R mengaku telah memperkosa adik angkat mereka yang baru berumur lima tahun secara bergantian.
Tak disangka, SR kemudian memergoki kedua anaknya memperkosa NP.
Tanpa alasan yang jelas, RG kemudian mencekik NP.
SR yang melihat peristiwa itu malah ikut mencekik NP hingga tewas.
"Yang lebih zalimnya lagi, setelah korban dicekik, ibu dan anak kandungnya ini melakukan hubungan intim di dekat korban," kata Nasriadi.
Hubungan seksual antara ibu dengan anak ini terungkap saat polisi menemukan celana training dalam penggeledahan di rumah pelaku.
Di celana training itu, masih ada bercak sperma yang selanjutnya diketahui celana itu milik R.
Setelah diinterogasi, R sebelum memperkosa NP, sempat melakukan hubungan badan dengan ibu kandungnya pada Sabtu (21/9/2019) malam.
Pengakuan ketiga tersangka, mereka sudah sering melakukan inses sekitar dua bulan.
Bahkan ketiganya pernah melakukannya bertiga secara bersama-sama.
Aksinya tersebut dilakukan saat suami SR atau ayah kedua pelaku sedang berada di luar rumah.
Selain itu, kedua remaja lelaki yang masih berstatus sebagai pelajar ini juga sering melakukan hubungan seks dengan adik angkatnya.
"Hubungan asmara kedua laki-laki remaja dengan ibunya dan adik angkatnya ini dipicu karena sering menonton video porno dari telepon genggamnya."
"Keduanya berhalunisasi lalu melampiaskannya dengan ibu kandungnya dan adik angkatnya," ujar dia.
Setelah memperkosa dan membunuh NP, jasad korban lantas dibuang ke sungai hingga kemudian ditemukan warga yang mencari ikan pada Minggu siang.
Ternyata, lokasi penemuan jenazah dan rumah korban atau para pelaku berjarak sekitar 1 kilometer.
Jalan yang dilintasi melalui jalan setapak.
Di sisi kiri dan kanan kebun bambu dan sepi karena tidak ada permukiman.
Kenapa NP Bisa Ada di Keluarga SR?
Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi mengatakan, awal NP, bocah perempuan bernasib pilu bisa berada di tengah keluarga yang memiliki kelainan seks karena sang ayah bocah pergi dari rumah.
Setelah sang ayah meninggalkan NP, sang ibu mengalami gangguan kejiwaan.
Alhasil keluarga para tersangka mengambil NP sebagai anak angkat.
Selama tinggal di keluarga angkatnya, bocah perempuan diduga sering mengalami kekerasan dari kakak angkat dan ibu angkatnya.
Pihak kepolisian belum mendapat titik terang keberadaan ayah NP yang sudah meninggalkan anaknya.
"Bagaimana NP berada di keluarga para tersangka karena ayah kandung korban pergi entah," kata AKBP Nasriadi, dikutip dari Tribun Jabar.
Sang ibu kandung NP yang mengalami gangguan kejiwaan tak mungkin bisa mengurus bocah perempuan yang masih berusia lima tahun.
Kapolres mengatakan, pihaknya akan melakukan tes kesehatan dan psikologi kepada para tersangka pelaku kasus pembunuhan sadis bocah perempuan NP (5).
Ia juga mengatakan, akan mendatangkan pakar seksologi terkait perilaku seks menyimpang para tersangka yang masih sedarah, ibu dan anak ini.
"Kami akan memeriksa kesehatan dan kejiwaan para tersangka, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana masalah kejiwaan mereka, termasuk perilaku seks menyimpang," ujar AKBP Nasriadi.
(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Tribun Jabar/Ferri Amiril Mukminin) (Kompas.com/Budiyanto)