Rusuh di Papua
Kontak Senjata di Papua, Polisi Duga Penyerangan Libatkan KKB dan Imbau Masyarakat Tak Terprovokasi
UPDATE Kontak Senjata di Papua, Polisi Duga Penyerangan Libatkan KKB dan Imbau Masyarakat Tak Terprovokasi
UPDATE Kontak Senjata di Papua, Polisi Duga Penyerangan Libatkan KKB dan Imbau Masyarakat Tak Terprovokasi
TRIBUNNEWS.COM - Polri memastikan, pihak yang terlibat baku tembak di halaman Kantor Bupati Deiyai, Papua Rabu (28/8/2019) adalah Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo.
"Penyerangnya diduga terindikasi kelompok KKB," papar Dedi Prasetyo dilansir Kompas.com.

Baca: BERITA TERKINI Kontak Senjata di Papua, Dugaan Polri hingga Moeldoko Sebut Ada Provokasi
Meski demikian, polisi belum dapat mengidentifikasi asal-usul kelompok tersebut.
Kontak senjata terjadi ketika aparat kepolisian dan TNI tengah bernegosiasi dengan para demonstran.
Aparat nyaris berhasil membujuk massa untuk menghentikan aksinya.
Namun secara tiba-tiba sekitar seribu orang datang ke lokasi.
Mereka datang dari berbagai penjuru dengan membawa senjata tajam.
Bahkan diduga ada pula yang membawa senjata api yang digunakan untuk menyerang aparat.
"Satu anggota TNI AD gugur dan ada tambahan lima anggota Polri terluka (akibat) panah," ujar Dedi.

Personel TNI AD yang gugur bernama Serda Rikson.
Kabarnya ada enam orang warga yang tewas akibat kejadian ini.
Namun sulitnya akses komunikasi di Papua menyebabkan informasi tersebut belum dapat dikonfirmasi.
"Info tersebut belum dapat diklarifikasi dan konfirmasi kebenarannya," lanjut Dedi.
Hingga Rabu malam waktu setempat, aparat keamanan dan pemerintah daerah setempat berupaya maksimal untuk menjaga situasi agar kondusif.
Baca: TNI Tewas Dipanah saat Kontak Senjata di Deiyai Papua akan Dievakuasi ke Nabire atau Timika Besok

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolph A. Rodja mengakui, saat bentrok juga menyebabkan korban jiwa di pihak massa.
Namun ia menegaskan, jumlahnya tidak seperti informasi yang beredar.
"Korban di pihak massa, dua orang meninggal dunia dan sudah dibawa ke RS. Jadi bukan enam orang," sebutnya melalui pesan singkat, Rabu.
Masih berdasarkan penuturan Dedi, masyarakat diimbau agar tidak mudah terprovokasi.
"Terus mengimbau masyarakat melalui tokoh-tokoh masyarakat, kemudian melalui pemda setempat, untuk tidak terprovokasi terhadap pasukan-pasukan, sekelompok orang yang akan memanfaatkan situasi seperti terjadinya kericuhan, dan tindakan anarkistis lainnya," papar Dedi.
Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf A Rodja mengatakan, awalnya massa yang berunjuk rasa hanya ratusan orang, lalu tiba-tiba datang ribuan orang melalukan Waeta (tarian perang).
“Ribuan massa itu melakukan Waeta di halam Kantor Bupati dan sebagian menyerang mobil TNI,” ujar Kapolda, Rudolf A Rodja.
Massa juga menyerang mobil TNI yang sedang parkir, lalu merampas senjata api.
“Anggota TNI yang menjaga mobil diserang dengan cara diparang dan ditusuk anak panah di bagian kepala hingga meninggal,” terangnya.
Dengan senjata rampasan sekitar 10 pucuk, massa kemudian menembaki aparat lain yang menjaga aksi unjuk rasa.
“Massa yang sudah pegang senjata melakukan penembakan ke arah petugas aparat keamanan gabungan TNI dan Polri,” ungkap Kapolda.
Unjuk rasa yang tadinya berjalan damai kemudian berubah jadi brutal.
“Personil yang menjaga unjuk rasa lalu membalas tembakan ke arah massa yg membawa senpi,” jelas Kapolda, Rudolf A Rodja.
Peristiwa itu menimbulkan korban, setidaknya ada 2 orang korban dari massa yang kini telah dievakuasi.
“Sudah di evakuasi ke RS Paniai di Enarotali. Korban dari pihak massa 2 orang bukan 6 orang,” paparnya.
Tiga anggota Polri dan 1 TNI terluka.
“3 anggota kami luka-luka kena panah dan 1 anggota TNI juga luka kena panah,” ucapnya.
Menurut Kapolda, kini situasi malam ini sudah aman dan semua korban sudah di evakuasi ke Enarotali ibukota Paniai.
Baca: Foto-foto Anggota Polisi jadi Korban Kontak Senjata di Papua
Baca: BERITA TERKINI Kontak Senjata di Papua, Dugaan Polri hingga Moeldoko Sebut Ada Provokasi
Akses Internet Masih Dibatasi
Sudah sepekan atau sejak Rabu (21/8/2019), Kementerian Komunikasi dan Informatika belum mencabut pembatasan akses internet di provinsi Papua dan Papua Barat.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel Abrijani Pangerapan.
"Iya masih dilakukan pembatasan. Makanya saya dari meeting ini masih akan melapor ke pimpinan dan kita akan bahas akan evaluasi kondisinya gimana di sana," kata Samuel usai bertemu Ombudsman RI di Kantor Ombudsman RI, Rabu (28/8/2019).
Semuel mengatakan, pembatasan tersebut belum dicabut karena Kemenkominfo mendapat rekomendasi untuk membatasi akses internet.
Semuel tidak bisa memastikan kapan internet di Papua dan Papua Barat dapat kembali diakses normal.
Sebab, Kemenkominfo hanya melaksanakan rekomendasi dari aparat keamanan.

"(Nanti dicabut) berdasarkan masukan instansi yang mengurus keamanan itu menyatakan itu sudah kondusif."
"Saya belum bisa ambil keputusan sendiri karena ini menyangkut semua pihak terkait," ujar Semuel.
Plt Kepala Biro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu menambahkan, saat ini yang diblokir hanyalah akses internet yang berasal dari operator seluler.
"Untuk operator seluler iya (dimatikan), tapi untuk yang wifi itu masih (hidup) tapi dilambatkan."
"Jadi itu perlu penegasan dari kami, jadi tidak mematikan keseluruhan internet di Papua," kata Ferdinandus.
Diketahui, Kementerian Komunikasi dan Informatika menutup akses internet secara penuh di wilayah Papua dan Papua Barat mulai Rabu (21/8/2019).
Langkah ini diambil dengan alasan untuk mempercepat proses pemulihan situasi keamanan di sana.
Baca: Kronologi Kontak Senjata di Deiyai Papua hingga Sebabkan Satu Anggota TNI Gugur
Baca: Jumlah Korban Kontak Senjata di Papua dari Massa dan Aparat Keamanan Versi Polisi
(Tribunnews.com/Bunga/Siti Nurjannah Wulandari/Kompas.com/Devina Halim)