Sabtu, 4 Oktober 2025

HUT Kemerdekaan RI

Setelah 74 Tahun Merdeka, Warga Kampung Long Suluy Berau Akhirnya Bisa Memperingati HUT RI

etelah 74 tahun Indonesia merdeka, baru kali ini masyarakat di Kampung Long Suluy, Kecamatan Kelay merayakan HUT Kemerdekaan RI dengan upacara bendera

Editor: Dewi Agustina
Tribun Kaltim/Geafry Necolsen
Anak-anak Kampung Long Suluy, latihan baris berbaris dan menyanyikan lagu-lagu wajib, untuk memperingati HUT RI ke-74. TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN 

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB - Anak-anak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 001 Long Suluy, begitu antusias, berlatih baris-berbaris. Meski di sela-sela latihan itu ada saja canda tawa, namanya juga anak-anak.

Salah satu alasan mereka bersemangat ikut latihan baris-berbaris, karena untuk pertama kalinya, mereka merayakan Hari Ulang Tahun ke-74 Republik Indonesia (HUT RI).

Ya, setelah 74 tahun Indonesia merdeka, baru kali ini masyarakat di Kampung Long Suluy, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur ini merayakan HUT RI dengan melakukan pengibaran bendera secara langsung.

Mereka tidak pernah merayakan HUT RI, bukan karena tidak mencintai negara ini, tapi karena segala keterbatasan di kampung terpencil ini.

Sebagai gambaran saja, untuk mencapai kampung ini, Anda harus melalui jalan darat selama 4 jam.

Itu pun harus menggunakan kendaraan yang punya spesifikasi yang mumpuni, karena tidak ada aspal mulus seperti di perkotaan.

Baca: Aksi Heroik Ridwan Siswa SMK Menolong Aiptu Erwin yang Terbakar : Saya Paksakan Demi Kemanusiaan

Baca: Dua Mobil Kepresidenan Era Soeharto Mejeng di Halaman Belakang Istana Negara

Apalagi jika hujan turun, bisa-bisa menghabiskan waktu seharian.

Setelah 4 jam perjalanan darat, untuk berkunjung ke Long Suluy, Anda juga harus melewati sungai dengan arus sangat deras selama kurang lebih 3 jam.

Tidak hanya harus siap secara fisik, tapi juga mental baja. Karena melintasi Sungai Long Suluy ini, nyawa taruhannya.

Selain arus deras, sepanjang Sungai Long Suluy juga banyak jeram, ditambah batu-batu cadas yang mengancam memecah badan kapal ketinting, alat transportasi berupa perahu yang dilengkapi dengan mesin tempel.

Anak-anak Kampung Long Suluy, latihan baris berbaris dan menyanyikan lagu-lagu wajib, untuk memperingati HUT RI ke-74. TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN
Anak-anak Kampung Long Suluy, latihan baris berbaris dan menyanyikan lagu-lagu wajib, untuk memperingati HUT RI ke-74. TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN (Tribun Kaltim/Geafry Necolsen)

Kembali ke keceriaan anak-anak Kampung Long Suluy. Kristina Y Eq Laway, Kepala SDN 001 mengatakan, selama sepekan sebelum HUT RI, kegiatan belajar-mengajar terpaksa ditunda, untuk melatih anak-anak agar benar-benar siap menjadi bagian peringatan HUT RI.

Tugas mereka sangat penting, membawakan lagu-lagu wajib.

"Selama ini, mereka sama sekali tidak tahu lagu-lagu wajib, susah menghapal lagu wajib. Karena tantangannya adalah penguasaan bahasa. Mereka sehari-hari pakai bahasa mereka, Dayak Punan Kelay.
Saya Dayak Punan Bahau, tapi gaya bahasa dan budaya beda dengan Punan Kelay," ungkapnya.

Mendengar Wakil Bupati Berau, Agus Tantomo yang akan menjadi inspektur upacara HUT RI di Long Suluy, Kristina yang yang baru satu tahun mengajar di Long Suluy ini mulai membiasakan anak-anak didiknya menyanyikan lagu wajib, seperti Indonesia Raya, Garuda Pancasila, Padamu Negeri dan lainnya.

Baca: Kenakan Busana Adat, Warga Mulai Berdatangan ke Istana

Baca: Prihatin Insiden Polisi Dibakar di Cianjur, Polri Diminta Tindak Tegas Pelaku

"Kami biasakan 5 menit sebelum masuk kelas dan pulang sekolah harus menyanyikan lagu wajib. Dan sekarang bisa lihat sendiri, mereka semua sudah hapal dan siap membawakan lagu wajib," ujarnya.

Tapi ada kendala lain. Ketika Bagian Humas dan Protokol Pemkab Berau memutar musik lagu Indonesia Raya, paduan suara itu tiba-tiba berantakan.

"Saya minta tidak usah pakai musik, karena mereka tidak mengikuti notasi," kata Kristina.

Kabag Humas dan Protokol Husdiono pun menyetujui permintaan itu.

"Iya itu kami batalkan, tidak usah pakai musik," kata Husdiono saat mendampingi Kristina saat diwawancara Tribunkaltim.co.

Alasan lain mengapa warga Long Suluy tak pernah merayakan HUT RI, karena kesibukan mereka mencari nafkah.

Di kampung yang hanya 128 kepala keluarga ini, seluruhnya sangat bergantung pada hasil alam, seperti madu, gaharu, buah-buahan.

Anak-anak Kampung Long Suluy Latihan Baris Berbaris_1
Anak-anak Kampung Long Suluy, latihan baris berbaris dan menyanyikan lagu-lagu wajib, untuk memperingati HUT RI ke-74. TRIBUN KALTIM/GEAFRY NECOLSEN

"Kalau musim panen padi dan buah hutan, musim madu, mereka semua tidak ada di kampung. Kampung ini sunyi sekali. Mereka meninggalkan kampung untuk panen. Anak-anak mereka semua dibawa ke dalam hutan, meninggalkan sekolah. Mereka membawa anak-anak karena khawatir tidak ada yang mengurus mereka di rumah," ungkapnya.

Perlahan-lahan, Kristina melakukan pendekatan kepada ketua adat, perangkat kampung dan juga para orang tua murid.

"Saya mulai mendekati mereka setahun yang lalu, meberikan pemahaman, agar sekolah mereka tidak terganggu. Kalau ada anak yang lebih tua yang bisa menjaga adiknya di rumah. Saya tidak mau orang-orang Long Suluy menjadi bodoh," tegasnya.

Bahkan, Kristina dan suaminya, tidak jarang harus ke luar masuk hutan untuk menjemput anak-anak mereka agar bisa bersekolah.

"Saya dan suami harus menjemput anak-anak mereka di hutan naik ketinting melewati sungai dengan arus deras dan jeram. Mereka (murid SDN 001) sangat semangat belajar, tapi karena kesibukan orangtua mereka, terpaksa meninggalkan sekolah, sampai sekarang masih ada yang seperti itu. Saat musim madu dan musim buah, semua anaknya di bawa masuk ke hutan," sesalnya.

Perayaan HUT RI di Long Suluy ternyata menggugah semangat warga kampung.

Baca: Koordinator Aksi Mahasiswa di Cianjur Masih Dicari Polisi

Baca: Rs Mahasiswa Universitas Surya Kencana Tersangka Pelempar Bensin Hingga 4 Polisi Terbakar

Masyarakat juga antusias ketika ada pejabat yang jauh-jauh mendatangi mereka yang bermukim di pedalaman hutan Kalimantan ini.

"Saya sangat salut sekali, ada pejabat daerah yang datang sampai ke sini. Karena ini adalah kampung paling ujung, tidak ada kampung lain setelah ini," tandasnya.

Penjabat Kepala Kampung, Nuril kepada Tribunkaltim.co juga membenarkan, selama ini warga Long Suluy tak pernah merayakan HUT RI.

Perayaan HUT RI biasanya hanya digelar di tingkat kecamatan.

Sementara itu, Ketua RT 1, Bakri mengatakan, selama belasan tahun ia merantau dan menetap di Kampung Ling Suluy, tidak pernah ada perayaan HUT RI di kampungnya.

"Selama 18 tahun, sejak tahun 2001 saya di kampung ini, saya tidak pernah lihat bendera berkibar," ujarnya. (Tribunkaltim.co/Geafry Necolsen)

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Terpencil, Setelah 74 Tahun Merdeka, Baru Kali Ini Warga Kampung Long Suluy, Berau Peringati HUT RI

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved