Umur Sekitar Satu Abad Kakek di Tanjungpinang Ini Tetap Sehat dan Pelihara Belasan Anjing
Jalan setapak ini mengantarnya ke dalam rimbunan pohon-pohon tinggi. Di bawah rimbunan pohon-pohon, rumahnya yang kumuh itu berdiri.
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNGPINANG-Lantunan azan magrib mengalun pelan dari Kampung Karang Rejo, Tanjungpinang, ketika lelaki tua itu pulang ke rumahnya, Kamis (8/11/2018).
Rambutnya sudah memutih. Namun badannya masih tegap. Dadanya tampak membusung. Bertelanjang dada, lelaki ini menyusuri jalan setapak menuju rumahnya dengan langkah pasti.
Jalan setapak ini mengantarnya ke dalam rimbunan pohon-pohon tinggi. Di bawah rimbunan pohon-pohon, rumahnya yang kumuh itu berdiri.
Baca: Hotman Paris Tanyakan Godaan dari Sugar Daddy, Luna Maya Ungkap Pengalamannya Dirayu Penjabat
Rongsokan barang-barang bekas apa saja berserakan di sisi kiri dan kanan pekarangan rumah. Botol-botol plastik dan kaca serta ember kecil bergelantungan di batang-batang pohon.
Ratusan bungkusan kertas juga bergantungan di sekitar atap rumahnya. Bungkusan itu diikat berjejer sehingga menambah kumuh kondisi rumah ketika dipandang mata.
"Itu bungkusan-bungkusan makanan anjing. Saya bawa ke sini lalu ikat di situ," ungkapnya seraya menunjuk jejeran bungkusan kertas plastik tersebut.
Belasan binatang peliharaannya langsung menggonggong seakan menyambut kedatangan tuannya.
Semua baru diam ketika dia menurunkan barang pikulannya dan memanggil nama bintang itu satu per satu.
Dengan tenang dia mengeluarkan sebungkus plastik hitam dari ember kecil yang dipikulnya.
Dia membuka ikatan plastik lalu menuangkan nasi dari dalam plastik itu ke sebuah dalam sebuah panci yang sudah menghitam.
Perlahan-lahan dia menyendok nasi itu dan menaruhnya ke piring-piring kecil yang sudah tergeletak di atas tanah.
"Setiap hari kerja saya hanya mencari makanan anjing. Untuk kerja, saya sudah tidak kuat lagi," ungkap lelaki ini.
Baginya, binatang peliharaan menjadi nomor satu. Dia bahkan memilih tidak makan dalam sehari, asalkan binatang-binatang peliharaannya bisa makan.
"Ada orang selalu kasih saya makan. Tapi saya tidak minta," ucapnya.
Setelah selesai memberi makan binatang peliharaannya, lelaki tersebut pun memperkenalkan diri. Dia bernama Domianus, seorang perantau asal Flores.
Namun sayang, dia sudah lupa akan usianya sendiri. Yang jelas, umurnya kurang lebih 100 tahunan.
Dia coba membangkitkan kembali kenangan yang membuat orang bisa menaksir usianya.
Dia hanya ingat mulai menginjakkan kaki di Tanjungpinang sekitarnya tahun 1962.
"Waktu itu umur saya sekitar 40, mau sampai 50 tahun. Soalnya adik saya umurnya sekitar 30 tahun, sudah punya lima anak," ucapannya.
Domianus mengenang, saat pertama kali menginjakkan kaki di Tanjungpinang, hampir semua wilayah masih dipenuhi hutan belantara. Dia pun mulai bekerja dengan menjaga lahan para pemilik tanah.
Seakan hidup menyatu dengan alam, lelaki itu makan dan minum dari apa yang ada. Dia mengaku hanya makan daun getah dan minum air parit.
"Dulu mana ada warung makan macam sekarang. Saya kuat sampai sekarang karena makan daun getah lah," ucapnya dengan logat melayunya.
Hidup dari alam dengan kondisi apa adanya juga menjadi alasan bagi Domianus untuk tidak beristri. Dengan polos, dia mengaku tidak mau mencari pasangan hidup karena takut tidak ada yang menyukainya.
Lagi pula sejak awal datang ke Tanjungpinang, Domianus jarang bertemu seorang pun wanita. "Mana ada perempuan waktu itu. Perempuan mana mau juga makan daun getah," ujarnya dengan raut wajah serius.
Tanpa pasangan hidup, lelaki ini menghabiskan hampir seluruh masa hidupnya bersama binatang-binatang peliharaannya. Dia memelihara anjing serta ayam dan jumlahnya mencapai ratusan ekor.
Di balik semuanya itu, dia menunjukkan rasa cintanya pada hewan. Dia hanya memelihara dan tidak pernah membunuh seekor pun hewan peliharaannya tersebut.
Bahkan hatinya tidak pernah tergiur ketika beberapa orang hendak membeli binatang-binatang peliharaannya ini. Kalau ada yang ingin membeli, Domianus sengaja mematok harga tinggi agar para pembeli mengurungkan niatnya.
Harga seekor anak anjing misalnya dipatok senilai Rp 1 juta. Apalagi harga seekor anjing yang sudah tumbuh besar, tentu dibuka dengan harga lebih tinggi lagi.
"Mana mau saya bunuh hewan. Biarkan dia mati sendiri. Karena mereka sama dengan saya; tidak mau disakiti," ungkap Domianus seakan membuka sedikit spiritualitas hidupnya.
Meski demikian, Domianus agak berbeda memperlakukan nyamuk dan semut. Dia memilih membunuh bintang-binatang itu karena sangat menggangu hidupnya.
Dia malah menghitung berapa nyamuk yang sudah dibunuhnya. Sebab, nyamuk dianggap bisa mengisap habis darahnya. Bangkai nyamuk itu dimasukkannya ke dalam botol dengan jumlah yang selalu dia ingat.
"Dulu waktu tinggal di Mekar Sari, saya bunuh sekitar 15.000 nyamuk. Sekarang di sini, saya sudah bunuh sekitar 5.000 nyamuk. Semuanya ada dalam botol. Saya simpan," tuturnya.
Domianus memang selalu hidup berpindah-pindah. Awalnya dia tinggal di sekitar daerah Mekar Sari, tidak jauh dari Bandara RHF Tanjungpinang.
Namun, dia akhirnya pindah lagi ke rumahnya yang sekarang, di lahan milik Pramuka Bintan, masih berada di lokasi Kampung Mekar Sari, tetapi lebih dekat ke Kampung Karang Rejo. Sebab, pemilik tanah yang dijaga justru menjual lahan tersebut.
Ketua RT 03 / RW 08, Kampung Mekarsari, Kelurahan Pinang Kencana, Tanjungpinang Timur, Sukijo (53) mengakui Domianus merupakan seorang perantau dari Flores yang sudah lama menetap di Tanjungpinang. Dia selalu saja berpindah-pindah tempat namun pasti dikenal oleh warga sekitar.
"Warga di sini pernah bantu memperbaiki rumahnya. Namun, rumahnya kembali lagi menjadi kumuh. Maaf, dia agak primitif," ucap Sukijo.
Di pekarangan rumahnya yang kumuh itu, Domianus masih berdiri tegap. Suasana sekitar rumahnya sudah mulai gelap; belum ada sebuah lampu lantera pun yang bernyala.
Nyamuk mulai keluar dari sarangnya di tempat yang lembab itu. Dia lalu mengambil alat semprot, memasukkan solar dan air ke dalam tabung alat semprot lalu mulai menyemprotkannya ke mana-mana.
"Ini sudah malam. Saya mau semprot nyamuk. Mereka mulai keluar dari sarangnya," ucap lelaki dengan sepatu boat selalu melekat di kaki ini. (thomlimah limahekin)
Artikel ini telah tayang di tribunbatam.id dengan judul Usia Lelaki Tua Ini Sudah Satu Abad. Namun, Tubuhnya Tetap Tegap. Ada yang Unik dari Kakek Ini,