Surabaya Belum Punya Ikon Batik, Desain Masih Campuran dari Kearifan Lokal
Hingga saat ini, belum ada penetapan motif batik yang menjadi ikon/identitas Kota Surabaya.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Hingga saat ini, belum ada penetapan motif batik yang menjadi ikon/identitas Kota Surabaya.
Karena itu, pengusaha batik berharap dan mengapresiasi jika Pemkot berinisiatif untuk secepatnya menetapkan motif batik khas Surabaya.
Wulan Sektyasih (43), pengusaha batik Surabaya, menyambut baik apabila ada langkah dari Pemkot untuk menyepakati motif batik sebagai ikon Kota Surabaya.
"Kalau motif batik ikon Surabaya memang belum ada, namun selama ini saya lihat permintaan konsumen banyak yang meminta desain Sura dan Baya, serta Tari Remo," ucapnya, Minggu (4/11/2018).
Baca: Dua Pria Lansia Ini Diamankan karena Cabuli Bocah
Menurut Wulan, desain batik di Surabaya campuran. Desain motif diambil dari kearifan lokal karena masing-masing wilayah punya ciri khas berbeda.
Baca: Kenny G Sebut Sate sebagai Makanan Favoritnya
Di Putat Jaya, seperti Jarak misalnya, mengusung tema desain motif batik buah jarak.
Tidak hanya itu, masih banyak komunitas lainnya. Seperti, komunitas batik Bulak mengusung desain rel kereta.
Dari pesisir pantai, komunitas batik Kenjeran menorehkan motif desain hasil laut. Lalu, komunitas batik di Rungkut mengambil tema desain bunga Mangrove.
"Kebanyakan teman-teman komunitas batik di Surabaya mengambil tema desain motif batik sesuai kearifan lokal di wilayahnya masing-masing," ungkap Wulan.
Namun, untuk tampil trendi, beberapa konsumen cenderung lebih memilih memesan desain motif batik khusus (limited edition). Paling banyak dipesan, desain berpola ikan Sura dan Baya.
Demi kepuasan konsumen pengusaha batik bereksperimen memakai desain motif kearifan lokal di masing-masing wilayah, dipadukan pola Sura dan Baya yang menjadi latar belakangnya.
"Jadi, Suro dan Boyo pada motif batik itu identitas Surabaya," ungkap anggota komunitas batik Putat Jaya ini.
Jadi acuan
Di sisi lain, pengusaha batik sepakat jika pihak Pemkot rembuk bareng budawayan dan perajin batik, untuk menyepakati adanya ikon batik khas Surabaya.
Apabila Pemkot menetapkan ikon batik Surabaya, maka pengusaha batik akan terbantu dan bisa menerapkannya.
"Ini bisa sebagai acuan motif perajin, meski nantinya desain dipadukan kearifan lokal lainnya," papar Wulan.
Kebijakan penerapan ikon batik Surabaya itu diprediksi bisa sebagai ajang promosi Kota Surabaya.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Surabaya, Wiwik Widayati menyatakan, perajin batik bebas dan terbuka mengembangkan karakter batik khas Surabaya.
"Tidak ada larangan mengembangkan motif batik sesuai karakter Surabaya. Bebas berkreasi," kata Wiwik, Senin (5/11/2018).
Namun, sebaiknya saat memasukkan motif batik itu bisa memasukkan unsur keunikan di Surabaya. Tidak harus melulu motif daun semanggi atau daun lain. Bisa pula ikon-ikon lain dijadikan inspirasi motif batik.
Selama ini, sejumlah motif khas Surabaya telah dikembangkan para pembatik. Mulai motif daun jarak, bambu runcing, Suramadu, dan sura baya. Juga, motif Tugu Pahlawan, kembang turi, dan rel sepur Dupak.
Terpisah, Wakil Ketua Harian Dewan Kerajinan Daerah (Dekranasda) Kota Surabaya, Wirasno menyatakan, kecenderungan batik di Surabaya adalah yang bukan budaya turun termurun.
Batik di Surabaya ini, lanjutnya, lahir karena kehendak pasar. Wajar jika sekarang muncul motif batik populer. Ada motif Suro dan Boyo hinggga motif Tugu Pahlawan.
Sekilas, tak ubahnya seperti kaus yang di sablon. Namun karena keinginan pasar tidak salah dengan motif itu.
"Batik itu lahir ada yang karena turun temurun dan membudaya, sehingga bernilai ekonomi. Namun, ada pula yang murni motif komoditas pasar. Surabaya termasuk yang kedua," papar Wirasno.
Namun, sebaiknya para perajin tidak perlu pusing dengan motif dan corak, justru lebih menguatkan karakter batiknya.
"Inilan yang disebut batik pengembangan," ulasnya. (don/fai)