Program Seragam Gratis di Blitar Molor Gak Jelas, Orang Tua Terpaksa Beli Seragam Sendiri
Program pemberian seragam gratis bagi siswa baru SD, SMP dan MTs di Tulungagung berjalan tidak seperti yang diharapkan orang tua siswa.
Editor:
Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Program pemberian seragam gratis bagi siswa baru SD, SMP dan MTs di Tulungagung berjalan tidak seperti yang diharapkan orang tua siswa.
Seragam gratis ini dianggap terlalu lambat sehingga orang tua pilih membeli sendiri seragam untuk anaknya.
Seperti yang diungkapkan salah satu orang tua siswa, Yoga (43), anaknya yang baru masuk SD masih mengenakan seragam TK.
Yoga awalnya bertahan untuk menunggu seragam gratis dari pemerintah.
Namun ternyata semua orangtua siswa memilih membeli seragam secara mandiri.
“Terus gurunya sambil bercanda menyindir saya supaya membeli seragam sendiri. Saya pikir kasihan juga kalau anak saya sendirian belum memakai seragam SD,” ujar Yoga, Selasa (23/10/2018).
Yoga mengaku tidak peduli lagi dengan seragam gratis dari pemerintah.
Menurutnya pembagian seragam itu sangat telat.
Yoga yang juga seorang pengajar menilai, tidak ada perbaikan mekanisme pembagian seragam dari tahun sebelumnya.
“Tahun lalu kan dibagikan setelah UTS (Ujian Tengah Semester). Makanya banyak orangtua yang beli seragam sendiri di awal tahun ajaran, karena berkaca pengalaman tahun sebelumnya,” tambah Yoga.
Namun hingga saat ini seragam olahraga masih menggunakan seragam TK.
Sebab seragam olahraga tidak dijual bebas, dan desain setiap sekolah berbeda-beda.
Saat olahraga, para siswa baru ini terlihat seperti sekumpulan anak TK dari berbagai sekolah.
“Kan mereka tidak berasal dari satu TK. Jadi waktu olahraga seragamnya juga bermacam-macam,” ujar Yoga.
Untuk pengadaan seragam gratis siswa kelas 1 dan kelas VII ini, Pemkab Tulungagung menganggarkan Rp 30 miliar.
Dari kontrak, pengadaan seragam gratis ini pada 20 Oktober 2018.
Disdikpora mengaku butuh dua minggu untuk distribusi seragam ini.