Minggu, 5 Oktober 2025

Wow! Warung Anak-anak Putus Sekolah Ini Bayar Seikhlasnya Nyaris Bangkrut, Hal Luar Biasa Terjadi

Promo rumah makan Kampung Sidat yang dikelola Sekolah Kader Desa Brilian di desa Singasari Karanglewas pada awal tahun 2017 silam begitu menggiurkan.

Editor: Sugiyarto
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKKI
Siswa sekolah kader desa Brilian tunjukkan ikan Sidat yang dibudidayakan di kolam. 

Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki

TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS -- Promo rumah makan Kampung Sidat yang dikelola Sekolah Kader Desa Brilian di desa Singasari Karanglewas pada awal tahun 2017 silam begitu menggiurkan.

Masyarakat kala itu dipersilakan makan dengan lauk beragam olahan Sidat, mulai Sidat bakar, Sidat Lombok Ijo hingga Sidat Bakar.

Seporsi menu Sidat yang biasanya dihargai Rp 35 ribu kali ini dipatok harga alias seikhlasnya.

Sejak promo itu dirilis, setiap hari, rumah makan di tengah kebun itu sesak didatangi orang yang ingin menjajal menu langka itu.

Mereka banyak datang berombongan menggunakan mobil. Tampilan mereka tentu saja jauh dari kesan orang susah. Mereka juga memesan banyak menu olahan Sidat tanpa perhitungan.

Pengelola Sekolah Kader Desa Brilian Muhammad Adib mengasumsikan, meski tak dipatok harga, pelanggan akan membayar makanan yang dilahapnya dengan nominal pantas.

Syukur, bayaran seikhlasnya dari mereka melebihi harga normal di hari biasa.

Apalagi, pengunjung pasti tahu, warung makan ini dikelola anak-anak desa putus sekolah yang tengah berjuang membangun usaha untuk mengembangkan pendidikan mereka.

"Kami memang niatnya promo awalnya, agar masyarakat gemar makan Sidat, sehingga Sidat lokal ini tidak terus diekspor ke luar negeri,"katanya, Selasa (14/11).

Ternyata perkiraannya meleset. Berapapun stok Sidat yang tersedia di warung, selalu habis dipesan orang yang membelinya dengan tarif ikhlas. Namun, tak dinyana, hanya sedikit uang yang masuk ke dalam kas.

Beberapa rombongan pengunjung yang datang memakai mobil itu ternyata tak berperasaan. Mereka memesan menu sepuasnya, namun tak ikhlas membayar dengan uang pantas.

Adib pun kemudian menutup promo itu dengan beban kerugian yang sangat besar. Karena lebih banyak orang yang makan tanpa bayar, warung ini rugi sebesar Rp 50 juta.

"Ada yang datang rombongan 15 orang, 30 orang, semua dipesan. Tapi selesai makan hanya mengasih amplop satu, isinya Rp 50 ribu. Padahal mereka tahu, usaha ini untuk kembangkan pendidikan anak desa,"katanya

Adib tentu saja tak habis pikir, banyak pelanggan yang sedemikian tega. Ia pun kebingungan menambal kerugian sebesar itu lantaran usaha ini dibangun di atas jerih payah anak-anak miskin desa.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved