Pabrik Pengolahan Ikan Butuh Dukungan Pemerintah
Pabrik pengolahan ikan yang dihadirkan yaitu triple bottom line yang tidak hanya memperhatikan aspek finansial, tetapi sosial dan lingkungan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Besarnya pengolahan sumber daya perikanan diperlukan pabrik pengelohan ikan yang bagus sehingga bisa dimanfaatkan dengan baik.
Salah satunya, pabrik yang ada di Teluk Santong, Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat yang pengelolaannya mengusung satu model bisnis yang mendukung semua program pemerintah dalam hal ini Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP).
"Sehingga adanya pabrik pengolahan ini, diharapkan dapat memberi dampak positif, khususnya bagi nelayan kecil tradisional Indonesia," kata Presiden Direktur PT Bali Seafood International, Gerald C Knecht, Kamis (8/6/2017).
Ia mengatakan, apa yang dilakukan dalam rangka mengembangkan dan mendukung keberlangsungan perikanan dan mendukung nelayan skala kecil di Indonesia.
"Ini sejalan dengan program Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," ujar Gerald.
Pabrik pengolahan ikan yang dihadirkan yaitu triple bottom line.
Sebuah model yang tidak hanya memperhatikan aspek finansial, tetapi juga sosial dan lingkungan.
"Atau yang dikenal juga dengan people, planet dan profit," ujar Gerald.
Lebih lanjut Gerald mengatakan jika menjaga keberlangsungan kekayaan laut adalah menjadi hal utama.
Karena itu dalam praktiknya pihaknya juga memberikan pemahaman dan pelatihan akan pentingnya menjaring ikan secara berkelanjutan.
Di antaranya adalah memberikan pelatihan memancing yang efektif, memberikan pemahaman bentuk dan ukuran ikan yang terbaik untuk ditangkap, juga cara penanganan ikan saat sudah di atas kapal.
Semua itu penting untuk diketahui agar dapat memberikan harga jual ikan yang baik untuk nelayan.
Selain itu juga termasuk memberikan pelatihan manajemen uang dan pembiayaan mikro yang dapat mereka manfaatkan di saat musim melaut tidak memungkinkan.
"Indonesia adalah pusat biodiversity dunia, karena itu penting untuk memastikan kekayaan sumber daya laut Indonesia. Karena itu pula kami bekerja sama dengan nelayan-nelayan kecil tradisional," ujarnya.
Kehadiran pabrik pengolahan ikan nantinya juga akan memberi nilai tambah bagi nelayan. Karena jalur distribusi menjadi lebih ringkas, dimana nelayan langsung membawa hasil lautnya ke pabrik untuk kemudian dilakukan pengemasan.
"Nelayan tradisional banyak yang tidak memiliki fasilitas penyimpanan yang baik di perahu kecil mereka. Penanganan yang tidak baik itu dapat membuat kerugian mencapai 60 persen karena ikan tidak lagi segar," kata dia.
Karena itu ia berharap dukungan berbagai pihak, termasuk jajaran pemerintah Indonesia agar pabrik dapat segera beroperasi dan memberikan dampak langsung bagi nelayan, khususnya nelayan tradisional.
"Dalam bisnis model berkelanjutan yang telah berjalan di beberapa negara seperti New Zealand, Ghana, Sierra Leone dan Oman ini juga banyak memberikan manfaat lain yang berfokus pada triple bottom line. Kita butuh dukungan pemerintah," ujarnya.
Sebelumnya Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi menyambut baik program kerjasama dan investasi tersebut. Dirinya berharap agar proyek kerja sama ini dapat memberikan dampak positif bagi para nelayan tradisional di NTB.
"Selama bermanfaat bagi masyarakat, kami siap beker jasama dalam pencanangan pusat perikanan ini dan harapan besar disertai keseriusan PT BSI," ungkapnya.