Petani Korban Penggusuran PT LNK Terancam Jadi Gelandangan, Ini Sebabnya
Mata pencaharian mereka sebagai petani sudah hilang, lantaran lahan tanaman ubi dan karet sudah hancur berantakan
Laporan Wartawan Tribun Medan Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Nisa (40), satu dari puluhan petani Mekar Jaya, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara memberanikan diri pergi dari kampungnya menuju Kota Medan untuk mencari keadilan atas pengusiran dan perampasan paksa lahan tani mereka yang dilakukan PT Langkat Nusantara Kepong (LNK).
Tidak tanggung-tanggung, lahan yang dirampas PT LNK seluas 554 hektar.
"Sejak rumah kami dihancurkan dengan buldoser oleh PT LNK itu, kami tidur di tenda-tenda. Untuk makan pun kami sudah. Karena, beras untuk makan tertimbun bangunan," ungkap Nisa duduk di pintu gerbang kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumatera Utara di Jl Brigjend Katamso, Senin (3/4/2017).
Akibat perampasan dan pengusiran paksa ini, Nisa dan rekan-rekannya terancam menjadi gelandangan.
Pasalnya, mata pencaharian mereka sebagai petani sudah hilang, lantaran lahan tanaman ubi dan karet sudah hancur berantakan.
"Untuk makan saja kami berharap dari orang yang melintas. Kemarin, kami sempat merebus ubi di tenda sama teman-teman. Namun, karena waktu itu hujan, ubi yang kami rebus terendam air hujan dan tidak bisa dimakan," katanya.
Hal senada juga disampaikan Rumini (50).
Wanita beranak lima ini mengaku anggota keluarganya kelaparan, lantaran hasil tani tidak bisa diambil lagi karena hancur dirusak aparat keamanan PT LNK.
Dari pantauan Tribun, para petani yang tergabung dalam Petani Seluruh Indonesia (SPI) datang dengan makanan seadanya.
Karena kelaparan, para petani menggunakan stok uangnya untuk membeli jajanan tahu goreng sekadar menunda lapar.
Karena sudah berhari-hari tidur di tenda, banyak petani yang sakit. Sejumlah relawan yang ikut aksi terlihat membagi-bagikan obat pada para petani.(Ray/tribun-medan.com)