Masyarakat Pulau Belakang Padang Terancam Kelaparan, Ini Penyebabnya
Kapal yang membawa sembako masuk ke kawasan tersebut ditangkap pihak Bea dan Cukai (BC) Batam beberapa waktu lalu
Laporan Wartawan Tribun Batam, Eko Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Masyarakat Kecamatan Pulau Belakang Padang terancam kelaparan, pasalnya tidak ada lagi kapal pembawa sembako masuk ke kawasan tersebut karena salah satu kapal pembawa sembako ditangkap pihak Bea dan Cukai (BC) Batam beberapa waktu lalu.
Wachui, pedagang sembako Belakang Padang yang ditemui Tribun, Minggu (12/2/2017) siang mengatakan, barang tidak masuk lagi ke belakang padang semenjak Lebaran Imlek kemarin.
"Memang tidak ada lagi stok sembako kami. Semenjak masalah kemarin, kapal takut bawa barang kami kesini," sebut Wacui menerangkan.
Permasalahan ini dikarenakan kawasan Pulau Belakang Padang tidak masuk dalam kategori (FTZ) walaupun sebenarnya Belakang padang termasuk dalam kawasan Pemerintah Kota Batam.
Tak heran, semenjak sembako tidak masuk, stok di gudang semakin lama semakin menipis, pedagang pun mulai kebingungan karena mereka hendak menjualnya juga susah.
"Mau dijual dengan harga lama kita pasti rugi, kalau dijual mahal kasihan masyarakat. Sekarang kapal tidak ada masuk ke sini. Mau makan apa kita nanti," sebut Wachui
Selama ini, sales selalu mondar-mandir di pasar tradisional Belakang Padang tersebut.
Para pedagang tinggal memesan kepada sales yang datang kesana.
Kemudian para pedagang nanti tingga menggambil barang di pelabuhan saat barang pesanan mereka diantar sebuah kapal.
"Biasanya kami pesan sekarang, tiga hari atau lima hari sampai sini. Nanti ramai-ramai pedagang ambil barang mereka di pelabuhan. Kalau sekarang gak bisa lagi," sebutnya.
Jikapun pedagang ingin berbelanja saat ini harus belanja sendiri. Tetapi ongkosnya lebih besar. Sebab transportasi laut mereka sangat mahal.
Untuk sekali berangkat harus menyewa kapal Rp 200 ribu dan hanya kapal kecil yang tidak bisa memuat banyak barang.
"Kalau kapalnya besar biayanya tentu lebih besar juga. Susah tidak sesuai dengan barang yang kita beli. Mau jual berapa kita. Pastinya nanti biaya hidup lebih mahal," lanjutnya.
Ia berharap, pemerintah bisa mengambil kebijakan yang lebih baik terkait permasalahan ini. Berbicara masyarakat tentunya berbicara perut rakyat. Jika kenryataanya seperti ini, bagai mana rakyat akan hidup nyaman dikawasan belakang padang.
"Padahal sebelum ada kota Batam, Belakang Padang ini sudah ramai. Dulu orang Batam berbelanja disini. Sekarang kami yang sulit dan merasa terasingkan," lanjutnya.
Sementara itu Adi pedagang yang lain juga mengungkapkan hal yang sama.
Saat ini agen-agen sembako sudah tidak mau terlalu menjajakan barang mereka di pasar tersebut.
Sebab walaupun mereka berhasil menjual barang, tidak ada lagi kapal yang mau masuk ke Belakang Padang karena mereka harus membayar pajak 10 persen dari semua harga barang.
"Semakin banyak barang yang dibawa kapal tersebut, tentunya semakin banyak juga pajak yang mereka harus bayar," tegasnya.