Cerita Pengelola Yayasan Tunas Bangsa Digertak Buser Sampai Minta Odol kepada Kapolda Riau
Sebelumnya selama berbincang dengan Kapolda, Lili banyak membantah perihal tuduhan pada Yayasan Tunas Bangsa.
Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Pascaditetapkan tersangka, Lili pemilik dan pengelola Yayasan Tunas Bangsa dikunjungi Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain Adinegara.
Menariknya, kepada Kapolda perempuan berjilbab ini malah minta odol, minyak angin dan minyak urut.
Permintaan itu disampaikan Lili saat Kapolda mengakhiri perbincangannya di ruang penyidik Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Reskrim Polresta Pekanbaru, Rabu (1/2/2017).
Saat Kapolda mau beranjak, Lili lantas nyelutuk.
"Pak bisa belikan odol, minyak angin sama minyak hmm..itu..minyak urut. Tolong ya pak belikan minyak anginnya," ulang Lili.
Mendengar permintaan itu, Kasatreskrim Kompol Bimo Arianto yang mendampingi Kapolda langsung menjawab.
"Iya nanti permintaan ibuk dibelikan," jawab Bimo.
"Nah, itu nanti dibelikan permintaannya. Ibu ngomongnya yang jujur ya. Kalau tidak jujur nanti jadi masalah. Semoga ibu sehat-sehat saja ya," ujar Kapolda.
"Iya pak," jawab Lili.
Sebelumnya selama berbincang dengan Kapolda, Lili banyak membantah perihal tuduhan pada Yayasan Tunas Bangsa.
Menurutnya kasus-kasus kematian anak karena sakit.
"Saya sellau bawa ke dokter. Ada memang yang sakit karena perutnya kembung," terang Lili.
Kapolda kemudian menyakan sudah berapa anak yang meninggal selama keberadaan panti asuhan.
Lili dengan fasih mengatakan jumlahnya ada tujuh anak yang meninggal dunia.
"Saya tidak tahu dimana orang tuanya," terang Lili.
Lili juga membantah menyuruh anak-anak panti untuk mengemis.
"Saya tidak ada suruh anak-anak mengemis. Walapun bantuan minim, tapi anak-anak sehat semuanya," katanya.
Soal kondisi panti asuhan yang kumuh, Lili juga punya argumentasi.
Menurutnya kondisi panti asuhan tersebut tidak seperti kandang ayam seperti yang dituduhkan.
"Kalau seperti kandang ayam, anak-anak pasti penyakitan semuanya," terang Lili.
Meski dalam kondisi tidak bisa lagi bertemu dengan anak-anak asuhnya, Lili tampaknya masih begitu perhatian.
Ia berharap anak-anak yang kini diamankan di Dinas Sosial dipelihara negara.
"Saya Digertak Buser (buru sergap) pak. Saat dikatakan bahwa anak-anak dilindung negara. Saya bilang syukurlah. Jadi anak-anak panti asuhan semuanya akan dilindungi negara," ujar Lili.
Mendengar itu, Kapolda sempat tersenyum.
Lili kembali mengulangi kalimatnya," ya saya Digertak Buser pak," ujar Lili.
"Yang mana orangnya. Yang mana Busernya," ujar Kapolda.
Lili kemudian menoleh dan matanya melirik ke arah kerumunan wartawan dan beberapa penyidik dari PPA.
"Yang mana ya, ada tu matanya yang..kayaknya gak ada di sini," jawabnya.
Lili kembali melanjutnya permintannya anak-anak tidak boleh diadopsi.
"Saya harap anak-anak jangan diberikan pada orang lain. Biarkan negara yang membiayai. Jangan berikan ke pejabat," paparnya.
Usai bertemu dengan Lili, Kapolda mengatakan segala bantahan yang disampaikan tersangka sah-sah saja.
"Nanti penyidik PPA Polresta yang akan mengungkap kebenarannya," terang Kapolda.
Kapolda juga menyinggung kematian tujuh anak selama panti asuhan beroperasi.
Menurut Kapolda soal kematian tersebut nanti juga akan masuk dalam penyelidikan.
"Jadi mesti dipastikan medisnya. Katanya (tersangka) anak yang sakit dibawa ke rumah sakit.
Jadi kita perlu konfirmasi ke rumah sakit apakah benar anak-anak sakit atau memang ada kekerasan," terang Kapolda.
Selain menetapkan Lili sebagai tersangka, suami dari pengelola Yayasan Tunas Bangsa ini juga diperiksa.
Polisi masih terus mendalami laporan kemarian korban Zikli balita 18 bulan.
Zikli merupakan penghuni panti asuhan di Jalan Singgalang V dibawah Yayasan Tunas Bangsa.