Pesan Terakhir Anggota DPRD Korban Mutilasi kepada Anaknya
Melissa sempat menelepon ponsel ayahnya namun tidak diangkat walau dalam keadaan aktif.
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Wakos Gautama
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG -- Dua anak anggota DPRD Bandar Lampung M Pansor yang tewas dimutilasi, menjadi saksi di Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Kamis (5/1/2017).
Mereka adalah RI dan Melissa, yang kini menempuh pendidikan di Akademi Imigrasi.
Pada saat kesaksian RI, sidang berlangsung tertutup karena masih di bawah umur.
Sidang kembali terbuka saat Melissa memberikan kesaksian. Melissa mengatakan, ayahnya adalah teman baik Medi sejak kuliah S1 di Universitas Bandar Lampung.
Beberapa jam sebelum Pansor menghilang pada 15 April 2016, Melissa masih bertemu ayahnya.
Pansor, kata Melissa, pergi dari rumah sekitar pukul 13.00 WIB. “Ketika itu ayah bilang sama saya supaya rajin belajar karena saya mau ikut tes (Akademi) Imigrasi,” kenang dia.
Setelah itu, Pansor tak juga kembali hingga akhirnya ditemukan dengan kondisi tubuh terpotong-potong.
Sehari setelah Pansor meninggalkan rumah, kata Melissa, ada pesan singkat dari ayahnya ke ponsel Umi Kulsum, ibunya.
Isi pesan singkat itu adalah ‘Ayah lagi pusing mau berlibur dulu’. Setelah itu tidak ada kabar berita.
Melissa sempat menelepon ponsel ayahnya namun tidak diangkat walau dalam keadaan aktif.
Melissa juga menghubungi Medi untuk menanyakan keberadaan Pansor.
“Saya pernah telepon dia (Medi) namun tidak diangkat-angkat,” ujarnya.
Pada 19 April 2016, menurut Melissa, Medi akhirnya datang ke rumah bersama karyawan toko bernama Ridwan.
Medi lalu mengajak Umi Kulsum untuk mencari Pansor di rumah Yuli, teman perempuan Pansor.
Pergilah Medi, Umi Melissa dan Ridwan ke rumah Yuli. “Saya hanya berada di mobil sama Ridwan. Yang turun menemui Yuli adalah ibu dan Medi,” ujar Melissa.
Karena tidak ikut ke dalam rumah, Melissa tidak tahu isi pembicaraan selama dua jam itu. (*)