Sabtu, 4 Oktober 2025

Marak Perampokan Bersenjata, Nelayan Takut Melapor

Perampokan bersenjata api di laut yang semakin marak akhir-akhir ini membuat para nelayan semakin khawatir dan takut untuk mencari ikan.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Kaltim/Niko Ruru
Perairan Sebatik, Kabupaten Nunukan tempat para nelayan seringkali mengalami perampokan yang dilakukan sekelompok orang bersenjata. TRIBUN KALTIM/NIKO RURU 

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru

TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Perampokan bersenjata api di laut yang semakin marak akhir-akhir ini membuat para nelayan semakin khawatir dan takut untuk mencari ikan.

Mereka juga takut melaporkan peristiwa yang dialaminya kepada Polisi.

"Harus berkata jujur, mereka takut. Nggak berkata jujur, di laut mereka pun nggak aman. Itu pengamatan kami," kata Suparmoko, Kepala Syahbandar Perikanan Sebatik, Minggu (6/11/2016).

Dalam dua pekan ini saja, tercatat ada empat kasus perampokan yang disampaikan para nelayan kepada petugas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sebatik.

Para nelayan enggan melaporkan kepada Polisi kasus perampokan yang dialaminya di laut. Mereka hanya menceritakan kepada petugas PPI Sebatik.

"Itulah. Nelayan kita juga ada rasa was-wasnya untuk melapor," katanya.

Dari informasi para nelayan, pelaku diduga adalah orang yang sangat mengenal target dan berpengalaman dalam melakukan aksinya.

"Mereka beranggapan pelakunya juga orang yang dikenal atau ada di sekitar mereka. Itulah kenapa mereka takut masuk media atau lapor kepada Polisi,” katanya.

PPI Sebatik mencatat, kasus perampokan yang dialami para nelayan itu di antaranya disampaikan M, warga Sungai Nyamuk, Kecamatan Sebatik Timur di perairan depan Muara Iting Iting, Rabu (2/11/2016) sekitar pukul 20.00.

Disebutkan, ciri-ciri perompak menggunakan perahu jongkong 15 PK, berjumlah empat orang dengan senjata laras panjang.

Kasus yang juga disampaikan kepada petugas PPI Sebatik dialami A, warga Selumit Pantai, Kota Tarakan di Perairan Tanjung Daun, Rabu (2/11/2016) sekitar pukul 22.00.

Selain itu kasus perampokan juga disampaikan U, warga Sungai Pancang, Kecamatan Sebatik Utara di depan Muara Iting Iting pada hari yang sama.

"Ciri-ciri perompaknya sama dengan yang pertama dan kedua," ujarnya.

Kasus lainnya dialami S, warga Sungai Pancang, Kecamatan Sebatik Utara di 5 kilometer ke arah utara Pulau Bunyu pada Selasa (25/10/2016) sekitar pukul 20.00.

Disebutkan, ciri-ciri perompak yang berjumlah dua orang itu, memakai jongkong bermesin 15 PK dan menggunakan senjata.

"Itu data yang masuk di PPI. Nama lengkap dan data lainnya ada pada kami sengaja diinisialkan. Karena korban pun takut kalau sampai masuk di media," katanya.

Perompakan di perairan Kalimantan Utara ini sebenarnya sudah terjadi puluhan kali. Lokasi target tersebar mulai dari Perairan Sebatik, Kabupaten Nunukan hingga Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan.

Ancu, salah seorang nelayan mengaku sudah lima kali menjadi korban perampokan di Perairan Bunyu.

"Banyak sekali yang kena rampok. Sudah puluhan,” katanya.

Menurut Ancu, perompakan yang terjadi di Perairan Sebatik hingga Perairan Pulau Bunyu sudah seringkali terjadi.

Bahkan hampir semua nelayan yang melaut melalui rute ini sudah pernah menjadi korban perampokan.

"Banyak itu laporan masuk di Tarakan, di Bunyu. Ada juga itu Johan selalu diambil dia punya mesin kasihan," ujarnya.

Ancu mengaku sudah mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah akibat menjadi korban perampokan.

Selain mesin perahu dan bahan bakar minyak, ikan hasil tangkapannya juga ikut dibawa kabur perampok.

"Bukan murah itu mesin perahu. Aku beli Rp 30 jutaan. Ini lima kali sudah aku kena rampok," ujarnya.

Dia mengatakan, banyaknya laporan yang masuk ke Polisi hingga kini tak juga membuahkan hasil.

"Sudah melapor ke KP3, ke Tarakan, Bunyu, nggak ada kabarnya. Jadi biarlah sudah, buat apa lapor lapor," ujarnya.

Nelayan yang sudah tidak berharap banyak Polisi akan menangkap para perampok, mengaku pasrah dan memilih membeli mesin baru jika baru saja dirampok.

Mereka pun tidak bisa berbuat apa-apa, meskipun rasa khawatir selalu menghantui saat melaut.

"Melaut saja yang kita tahu kasihan. Mau diapa kalau memang begitu sudah nasibnya?” ujarnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved