Selasa, 30 September 2025

Dokter TNI Gadungan Bikin Berantakan Hubungan Keluarga Pasiennya

Pria mengaku dokter di Mabes TNI AD ini membuat pasien perempuannya mabuk kepayang. Sampai-sampai ia cerai dengan suaminya.

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Y Gustaman
Tribun Pontianak/Tito Ramadhani
Dokter gadungan TNI, Zunaidi, saat menunjukkan barang-barang di dalam mobil putih miliknya usai diamankan di Mako Detasemen Intelijen Kodam XII/Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (21/10/2016). TRIBUN PONTIANAK/TITO RAMADHANI 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sejak membuka praktik pengobatan herbal kurang laku, Zunaidi tak sekadar mengkhayalkan sebagai dokter Mabes TNI AD berpangkat kolonel.

Pria lulusan sekolah menengah pertama ini mengubah pangkatnya menjadi Mayjen, ketika ada pasien yang akan memasukkan anaknya sebagai anggota TNI, bersamaan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kalimantan Barat.

Orang baru sadar semua kebohongan itu Zunaidi pakai untuk mendapat banyak untung dari pasien yang datang berobat kepadanya. Satu di antaranya Ade M Yusuf (50).

dokter gadungan bintang dua
Dokter gadungan, DR.Dr. Zunaidi, Sp.Srf.Sp.Jtg.Sp.Rhm.Sp.Tlg (batik ungu) saat menunjukkan sejumlah barang bukti obat-obatan racikannya sendiri di dalam mobil city car putih, di Mako Denintel Kodam XII/ Tpr, Jumat (21/10/2016).

Baca: Bohongi Pasien, Zunaidi Mengaku Dokter Mabes TNI Pendamping Presiden Jokowi

Ia mengenal Zunaidi dari seorang kenalannya yang lebih dahulu menjadi pasiennya selama kurang lebih tiga tahun. Ade dan rekan sesama pasien tak mendapatkan perubahan selama berobat ke Zunaidi.

"Tidak ada hasil sama sekali, tidak ada perubahan. Tapi Zunaidi datang ke rumah lengkap dengan atribut kedokteran dan mengaku sebagai dokter spesialis semua penyakit," cerita Ade di Mako Detasemen Intel Kodam XII/Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, Jumat (21/10/2016).

Mulanya Ade hanya berniat mengantar istrinya berobat ke Zunaidi agar segera mendapatkan keturunan. Lambat laun, ia berobat pula kepada Zunaidi.

"Saya habis sekitar Rp 15 juta, tapi selama dia praktik di rumah saya, saya digratiskan. Jadi warga lain membayar, kami tidak," jelas Ade.

Selama enam bulan Zunaidi membuka praktik di rumah. Banyak warga menjadi pasiennya. Sementara pengobatan istrinya terus berlanjut. Sampai mengikuti Zunaidi praktik keliling ke berbagai daerah di Kalbar selama setahun.

Baca: Pria Lulusan SMP Mengaku Dokter di Mabes TNI, Begini Ceritanya

Perubahan terjadi pada istrinya. Ia mengakui Zunaidi adalah suami sebenarnya, bukan Ade. Atas saran sejumlah tokoh agama, Ade diminta mengakhiri hubungan dengan istrinya karena sudah lama pisah.

"Istri saya seperti dihipnotis, jadi dia mengikuti ke mana Zunaidi pergi selama setahun ke beberapa daerah. Saat saya konsultasikan ke pemuka agama, saat itu saya langsung tersadarkan. Saya lalu berpikir dan mulai tidak percaya dengan Zunaidi," cerita Ade.

Dengan rekan kerjanya Rudi, yang juga pasien Zunaidi, Ade akhirnya berusaha mencari tahu informasi si dokter gadungan ini hingga ke Mabes TNI AD.

"Namanya tidak ada di Mabes, saya akhirnya mengobati istri saya. Setelah itu tetap saja kami bercerai. Setelah mengetahui Zunaidi menipu, kami laporkan ke sini," terang dia.

Ade sempat tinggal di Jalan Danau Sentarum, sejak bercerai dengan istrinya ia tinggal di Kotabaru.

"Obat-obatnya itu dimasukkan ke dalam tiga kantong besar, ada kantong merah, kantong kuning dan kantong hijau," jelas Ade.

Korban lain Rudi (48) mengamini ujaran Ade. Ia baru akan kedua kalinya berobat ke Zunaidi. Namun, ia memilih berkoordinasi lebih dulu dengan petugas Denintel Kodam XII/ Tanjungpura.

"Dikasih obat seperti herbal dan jamu pakai kampel dan kapsul, jadi seperti lupa begitu dikasi obat. Saya langsung kasihkan uang. Saya baru sekali berobat ke dia, habis sekitar Rp 1.675.000," ungkap Rudi.

Saat berobat pertama kali, Rudi hanya mengeluhkan sering sakit pinggang. Ia sempat heran, Zunaidi memberikannya obat racikan sebanyak dua kantong dan pil. Anehnya, Zunaidi bilang obat itu tokcer untuk segala jenis penyakit.

"Segala penyakit obatnya tetap sama, jadi saya menyelidiki ke IDI," ucap Rudi.

Setelah berobat, malamnya Rudi meminum pil yang diberikan Zunaidi. Keesokan harinya, ia melanjutkan meminum jamu ramuan Zunaidi.

Begitu siang tidak bisa masuk, lalu kontak kawan (Ade) tidak bisa masuk kerja. Kawan tanya berobat dengan siapa, saya jawab dokter tentara. Kawan bilang hati-hati ditipu, lalu saya cek kuitansi, baru sadar ditipu," urai Rudi.

Rudi lantas menceritakan kepada Ade, Zunaidi mengaku perwira Mabes TNI. Keduanya sepakat melaporkan Zunaidi. Mereka pura-pura ingin berobat kembali dengan menghubungi Zunaidi.

"Selagi ditelepon mengaku sibuk ada rapat dengan IDI. Saya bilang anak saya mau masuk ke TNI, saya minta bantu dokter. Dia mengaku pangkat bintang dua. Kemudian melaporlah kami ke Intel, berkerjasama dengan IDI," terang dia.

Wakil Komandan Denintel Kodam XII/Tanjungpura, Mayor Inf Catur Prasetyo Nugroho, menjelaskan telah menerima laporan masyarakat soal dokter gadungan bernama DR.Dr. Zunaidi, Sp.Srf.Sp.Jtg.Sp.Rhm.Sp.Tlg yang mengaku dari Mabes TNI AD dengan pangkat Mayjen.

Laporan dari warga masyarakat yang telah menjadi korban tersebutlah yang kemudian ditindaklanjuti pihaknya, sehingga dilakukan pengecekan di sekitar rumah DR.Dr. Zunaidi, Sp.Srf.Sp.Jtg.Sp.Rhm.Sp.Tlg.

"Ada sekitar lima warga yang mengaku menjadi korban sudah datang ke sini melaporkan. Informasi yang kami dapat, bahwa yang bersangkutan hanyalah lulusan SMP. Tetapi mengaku sebagai seorang dokter yang berpangkat Mayor Jenderal dari Mabes TNI AD," terang Catur.

Untuk memastikan, pihaknya kemudian berkoordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan Kubu Raya serta Puskesmas Sui Rengas.

Zunaidi saat itu diajak ke Puskesmas, ia bahkan sempat menuliskan nama serta titel lengkapnya di buku tamu Puskesmas Sungai Rengas.

Ia kemudian ditangkap saat tengah berada di Puskesmas, berikut barang-barang yang selama ini ia jadikan sebagai peralatan dan bahan pengobatan.

Dari pemeriksaan diketahuilah Zunaidi juga meracik bahan obat-obatan sendiri, baik obat dokter maupun herbal. Semuanya tidak bisa dipertanggungjawabkan dengan tarif di atas dua juta.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved