Kisah Pelawak Senior Jogja yang Mencari Teman-temannya Sebelum Meninggal Dunia
Sosok yang sederhana dan selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang nerimo dan nggak neko-neko.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Kurniatul Hidayah
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Sosok yang sederhana dan selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang nerimo dan nggak neko-neko.
Hal itu yang terngiang di benak Hesti Gunarti, satu di antara anak dari mendiang pelawak senior Yogyakarta, KRT Susanto Gunoprawiro atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Guno, yang tutup usia pada pukul 08.30 WIB, pagi ini, Rabu (15/6/2016).
"Banyak sekali hal yang diajarkan beliau. Mulai dari banyak bersyukur, suka membantu orang lain, hingga keinginan terbesar Bapak adalah ingin anak-anaknya melanjutkan pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi," kenang Hesti.
Wanita yang saat ini berprofesi sebagai dokter radiologi di RSUP Dr Sardjito tersebut mengutarakan bahwa sang ayah, Mbah Guno, tidak ingin anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai seorang guru.
"Kurang tahu alasan pasti bapak. tapi yang saya tangkap, bapan nggak mau anak-anaknya lebih menderita dari bapaknya. Pengorbanan seorang guru terlalu banyak," ungkapnya.
Hesti juga mengungkapkan bahwa sebelum mengembuskan nafas terakhir, Mbah Guno sangat antusias untuk menemui teman-teman yang telah menjadi bagian hidupnya selama ini.
"Bapak ingin menjalin silaturahim dengan tema-temannya. Beberapa bulan yang lalu mencari temannya yang biasa diajak ngobrol di radio. Dicari rumahnya. Kursi rodanya suruh ndorong kemana-mana," terangnya.
Mbah Guno merupakan pelawak yang telah memulai kiprahnya sejak 1956. Selain menjadi pelawak, ia pun berprofesi sebagai guru.
Seusai pensiun dari profesinya sebagai guru, pria kelahiran Kebumen, jawa Tengah, 3 Desember 1927 tersebut diminta menjadi Dosen Lawak pertama di ISI Yogyakarta hingga tahun 2000.
Suami dari Sri Palupi tersebut meninggal di usianya yang memasuki 88 tahun. Ia meninggalkan 1 istri, 9 anak, 19 cucu, dan 1 cicit. (tribunjogja.com)