Minggu, 5 Oktober 2025

Cerita Makam Raden Saleh, Ditemukan Tak Sengaja Saat Potong Ilalang

Siapa yang menyangka kalau ditengah sesaknya pemukiman, terdapat makam seorang maestro pelukis yang karyanya sudah mendunia.

Editor: Adi Suhendi
TribunnewsBogor.com/Yudhi Maulana Aditama
Juru Pelihara Makam Raden Saleh, Isun Sunarya (77) berdiri dekat Makam Raden Saleh yang terletak di Jalan Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat. 

Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Yudhi Maulana

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Siapa yang menyangka kalau ditengah sesaknya pemukiman, terdapat makam seorang maestro pelukis yang karyanya sudah mendunia.

Gang kecil yang berada di pinggir Jalan Pahlawan, menjadi pintu masuk makam sang maestro pelukis dunia, Raden Saleh Sjarif Bustaman.

Di depan gang, terdapat papan kecil bertuliskan "Makam R Saleh" yang menjadi petunjuk lokasi makam.

Komplek Makam yang terletak di Gang Raden Saleh, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat ini dikelilingi pemukiman padat penduduk.

Dimana, di sebelah kanannya, terdapat tower menjulang tinggi.

Komplek makam seluas 900 meter ini dibatasi oleh pagar besi berwarna putih.

Di bagian depan komplek makam, terdapat dua makam, yakni Makam Raden Saleh dan istrinya, Raden Ayu Danuredjo.

Lalu, di depannya terdapat prasasti besar yang terbuat dari tembok dan bertuliskan "Makam Raden Saleh Sjarif Bustaman. Lahir di Semarang kira-kira th 1813/1816. Wafat di Bogor tg 23 April 1880. Dibangun kembali oleh pemerintah Republik Indonesia".

Selain itu, di area belakang makam, terdapat beberpa makam warga dan makam milik Raden Panuripan, pemilik tanah dari area komplek pemakaman.

Juru Pelihara Makam Raden Saleh, Isun Sunarya (77) mengatakan Makam Raden Saleh pertama kali ditemukan oleh Mas Adoeng Wiraatmadja sekitar tahun 1923.

"Waktu itu di depan rumah Mas Adoeng itu masih banyak ilalang dan pohon-pohon besar. Mas Adoeng gak sengaja melihat gundukan batu saat sedang menebang ilalang. Ternyata gundukan tersebut makam Raden Saleh," katanya kepada TribunnewsBogor.com, Senin (11/1/2016).


TribunnewsBogor.com/Yudhi Maulana Aditama

Lanjutnya, makam tersebut terbuat dari marmer hitam.

Lalu diatasnya, terdapat kalimat berbahasa Belanda yang diukir.

Juru Pelihara Makam Raden Saleh, Isun Sunarya (77) mengatakan Makam Raden Saleh pertama kali ditemukan Mas Adoeng Wiraatmadja sekitar tahun 1923.

"Waktu itu di depan rumah Mas Adoeng itu masih banyak ilalang dan pohon-pohon besar. Mas Adoeng gak sengaja melihat gundukan batu saat sedang menebang ilalang. Ternyata gundukan tersebut makam Raden Saleh," katanya kepada TribunnewsBogor.com (tribunnews.com network), Senin (11/1/2016).

Lanjutnya, makam tersebut terbuat dari marmer hitam.

Lalu diatasnya, terdapat kalimat berbahasa Belanda yang diukir.

Kalimat tersebut menyebutkan bahwa makam ini merupakan makam Raden Saleh dan disebutkan pula jasa-jasanya.

"Jasa-jasa Raden Saleh waktu itu sangat banyak, dia dikenal sebagai pelukis kerajaan Belanda dan jasanya dalam sejarah Kebun Raya Bogor sangat banyak. Karena beliau pada saat masih muda bekerja sebagai pelukis tumbuh-tumbuhan," terangnya.


TribunnewsBogor.com/Yudhi Maulana Aditama

Isun menceritakan, Raden Saleh menjadi maestro pelukis karena hasil karyanya yang luar biasa pada masanya.

Aliran lukisan naturalis sudah melekat pada sosok Raden Saleh.

Selain itu, lukisannya juga banyak yang mencerminkan soal nasionalisme.

"Salah satu yang terkenal, lukisan banteng melawan Singa. Banteng melambangkan Bangsa Indonesia dan Singa melambangkan bangsa Belanda. Saat itu Indonesia masih dijajah Belanda, dan melalui lukisan itu, tanda pemberontakan bangsa Indonesia melawan penjajahan," ucap Isun.

Patung Raden Saleh di Ragunan

Selain seorang pelukis, Raden Saleh adalah pencetus kebun binatang Ragunan.

Manajer Komunikasi Taman Margasatwa Ragunan Wahyudi mengatakan pemasangan patung bertujuan untuk memberitahu ke masyarakat jika Raden Saleh merupakan orang yang berkontribusi untuk pembangunan kebun binatang ragunan ini.

Sejak 2014 pengelola Taman Margasatwa Ragunan memasang patung setinggi 3 meter di pusat kebun binatang.

Raden Saleh lahir pada 1807 masehi dan wafat pada 1880.


Patung Raden Saleh di Taman Margasatwa Ragunan

Wahyudi menceritakan, dalam melukis Raden Saleh sangat menyukai gambar satwa liar.

"Raden Saleh hobi melukis satwa liar, kan untuk lihat satwa harus ke hutan jadi dia membuat kebun binatang mini sebagai objek lukisannya," ujar Wahyudi di Jakarta, Jumat (1/1/2015)

Menurut dia bisa dibilang Raden Saleh adalah bapak konservasi satwa Indonesia karena ketika melukis Raden Saleh selalu terinspirasi dengan satwa liar.

Dia menceritakan, kegemaran Raden Saleh dalam mengumpulkan satwa di rumahnya di kawasan Cikini merupakan cikal bakal kebun binatang saat ini.

"Dulu kebun binatang di rumah Raden Saleh itu luasnya sekitar 10 hektar," tambah dia.

Kebun binatang Cikini pertama kali di dirikan pada 1864 atau 151 tahun yang lalu.

Dulu kala nama kebun binatang adalah Vereening Planten En Dierentuin Te Batavia.

Wahyudi mengatakan, setelah 4 tahun Indonesia merdeka nama kebun binatang dalam bahasa Belanda diubah menjadi kebun binatang Jakarta atau kebun binatang Cikini.

Dua puluh tahun kemudian atau 1969 Gubernur Jakarta Ali Sadikin memindahkan satwa koleksi kebun binatang Cikini ke kebun binatang Ragunan.

Setelah dipindahkan, Gubernur membangun Taman Ismail Marzuki.

Sekarang selain pusat kesenian Taman Ismail Marzuki (TIM) rumah Raden Saleh adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Jakarta dan kompleks Rumah Sakit PGI Cikini yang sampai saat ini masih digunakan. (tribunnewsbogor.com, Yudhi Maulana/ tribunnews.com, Sylke Febrina Laucereno)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved