Selasa, 30 September 2025

Cerita di Balik Jasad yang Tetap Utuh Setelah Hampir 20 Tahun Dimakamkan

Sebagain besar jasad yang dimakamkan di pemakaman keluarganya ini merupakan orang dewasa

Editor: Hendra Gunawan
Tribunnews Bogor
Jenazah Triyani yang masih utuh meski sudah hampir 20 tahun dimakamkan. 

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR -- Sebuah fenomena unik terjadi di Bogor, Jawa Barat. Tiga jenazah yang sudah belasan tahun dikubur ternyata jasadnya masih utuh.

"Kain kafannya juga masih utuh, cuma kotor ajah sama tanah," ujar Abdul Fatah (42) kepada TribunnewsBogor.com, Sabtu (21/11/2015).

Abdul Fatah merupakan keluarga dari ketiga jenazah itu. Ada 29 makam yang berada di pemakaman berlokasi di RT 3/5, Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Abdul Fatah mengatakan, makam keluarga besarnya harus dipindahkan ke lokasi lain. Harus pindah karena areal lahan makan ini akan digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.

Pemerintah sedang membangun proyek Gelanggang Olahraga Pakansari. Ketiga jenazah itu, terdiri dua jasad laki-laki dan satu jasad perempuan. "Makam orang tua kami, Nenek dan Kakek saya," ujarnya

Menurut Abdul Fatah, sebagain besar jasad yang dimakamkan di pemakaman keluarganya ini merupakan orang dewasa. "Kalau jasad anak-anak mah banyak yang sudah hancur," katanya.

Sebanyak 29 makam yang berada di sekitar GOR Pakansari dipindahkan Sabtu siang. "Ini makam keluarga saya semua," katanya.

Hingga saat ini, sudah enam jenazah berhasil diangkat untuk dipindahkan ke lokasi pemakaman yang baru.

Lokasinya berada di Kampung Cikempong RT1/9 Kelurahan Pakansari, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

"Tanahnya ditukar sama Pemkab, disediakan 1.000 meter juga disana," kata dia.

Serupa

Fenomena serupa juga terjadi di Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Dimana jenazah salah satu warga yang sudah meninggal hampir 20 tahun ternyata masih utuh.

Utuhnya jenazah itu diketahui setelah pihak keluarga menggali makam almarhumah Triyani bin Kartomulyo (52) yang berlokasi di TPU Kampung Bubulak.

Saat tanah makam digali, ternyata kain kafan almarhum dan bagian tubuhnya masih utuh.

Oleh anak-anak almarhum, jenazah Triyani kemudian dibawa menggunakan mobil ke rumah salah satu anaknya di Perum Taman Pagelaran.

Nanang Ariyanto (49), anak sulung Triyani mengatakan, ibunya meninggal dunia 19 tahun lalu, tepatnya tanggal 20 Juni 1994.

Ibunya meninggal dunia di rumah anak keduanya, Teguh (48) di Perumahan Taman Pagelaran, Blok D3 RT 1/11, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

"Almarhum ibu sebenarnya tinggal di Jawa, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Purworedjo, Jawa Tangeh. Tapi, karena sakit kemudian dibawa ke Bogor dan tinggal di rumah adik saya ini. Tapi, baru tiga hari di Bogor, ibu meninggal," ujar Nanang saat ditemui di rumah Teguh.
Karena terlalu jauh jika dimakamkan di kampung halamannya, kemudian Triyani dimakamkan di TPU Kampung Bubulak, tidak jauh dari rumah Teguh.

Hampir 20 tahun berlalu setelah meninggalnya Triyani, seluruh anak-anak almarhum kemudian sepakat memindahkan jenazah ibunya ke kampung halamannya di Purwodadi.

"Pemindahan makam ibu juga karena lokasi makam sebagiannya sudah mulai tergerus aliran kali Ciapus. Posisi air kali tinggal 80 centimeter lagi kena ke makam ibu, makanya daripada kebawa air, kita sepakat memindahkannya," kata Nanang.

Tapi, alangkah kagetnya Nanang dan adik-adiknya yang lain saat mengetahui tubuh ibunya masih nampak utuh kendati sudah dimakamkan sejak hampir 20 tahun lalu.

Utuhnya jenazah ibunya kata Nanang, terlihat dari kain kafan yang masih membungkus tubuh Triyani.

"Walau tubuh ibu saya sudah menyusut, tapi saat dibopong tulang-tulangnya masih menempel," katanya.

Hal senada dikatakan Teguh, adik Nanang. Awalnya kata dia, mereka sudah menyiapkan kardus styrofoam untuk menyimpan tulang belulang ibunya.

"Tapi begitu mengetahui tubuh ibu masih utuh, kita masukkan ibu ke mobil dan dibawa ke rumah saya," katanya.

Pihaknya keluarga pun kemudian membuat peti dengan ukuran panjang 1,5 meter dan lebar 50 centimeter untuk menyimpan jenazah ibunya saat dibawa ke Purwodadi untuk dimakamkan kembali di tanah kelahirannya itu.

"Saya tidak tahu fenomena dengan kejadian ini. Tapi, mungkin karena amal baik beliau semasa hidupnya. Ibu saya dulu berjualan sayuran matang, dan suka membagikan dagangannya ke orang-orang yang membutuhkan," kata Teguh.

Saat disambangi rumah Teguh di Perumahan Taman Pagelaran sempat melihat dari dekat kondisi jenazah Triyani yang dibaringkan di atas tikar plastik.

Kain kafan yang warnanya sudah memudar dan bercampur tanah masih utuh membungkus tubuh almarhum.

Demikian pula dengan ikatan kain kafan tersebut. Tidak tercium mau tidak sedap dari jenazah yang sudah dimakamkan selama puluhan tahun lalu itu.
"Kalau papan yang menutup lubang makam sudah hancur, tapi jenazah ibu saya masih itu," kata Ariswismanto (33) anak almarhum lainnya. (Bima Chakti Firmansyah/Tribun Bogor)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved