Momen Ini Pertemukan Asiyah dan Pastor Yanto setelah 30 Tahun Terpisah
Yanto sejak 30 tahun lalu hanya tinggal bersama adiknya Aryanti Gabriela bersama keluarga yang mengangkat mereka.
TRIBUNNEWS.COM - Pentahbisan Pastor Yanto, SVD membawa kebahagian lain bagi keluarga Yanto, SVD.
Pasalnya, Yanto sejak 30 tahun lalu hanya tinggal bersama adiknya Aryanti Gabriela bersama keluarga yang mengangkat mereka.
Sementara ibunya bersama keluarga lain sudah memilih kembali ke Sidoarjo 30 tahun lalu.
Wiwik, kakak sulung Pater Yanto, lebih bahagia karena bisa bertemu ibunya yang sudah 30 tahun berpisah.
Juga dengan dua adiknya, Pater Yanto, dan Aryanti Gabriela.
Setiap kali Wiwik memperlihatkan perhatiannya kepada adiknya, Aryanti. Membetulkan rambut adiknya dan mencubit hidungnya.
Adik kakak yang lama tidak jumpa, dipertemukan pada moment tahbisan adiknya.
"Dengan mama baru bertemu (setelah 30 tahun), dengan Pater Yanto enam tahun lalu, dengan Aryanti delapan bulan lalu. Saya salut dan bangga dengan dia (Pater Yanto)," kata Wiwik, dengan mata berkaca-kaca.
Wiwik, mengaku terharu ketika keluarganya menjadi pembicaraan banyak pihak atas penahbisan adiknya, Pater Yanto, SVD.
"Saya sudah lihat dan baca (Pos Kupang, Red). Saya sudah ambil korannya dan saya akan bawa pulang (Pos Kupang, Red) ke Jawa (Mojokerto). Saya terharu sekali," ujar Wiwik, kepada Pos Kupang di pantai Wai rii, Minggu (11/10/2015).
Mata sang ibunda berkaca-kaca
Mata ribuan umat tertuju kepada ibu berjilbab itu saat bersama para calon imam memasuki altar gereja.
Maklum ini merupakan pemandangan yang tidak biasa.
Siti Asiyah, seorang muslimah mendampingi putranya untuk ditahbiskan menjadi imam dalam Gereja Katolik.
Mata Siti Asiyah berkaca-kaca saat memberi restu kepada anaknya, Robertus Asiyanto yang akrab disapa Yanto menjadi seorang imam dengan menumpangkan tangan di atas kepalanya.
Siti Asiyah, asal Cancar, Kabupaten Manggarai itu didampingi ayah angkat Pater Yanto saat memberi penumpangan tangan untuk putranya.
Selanjutnya Yanto bersama 10 rekannya ditahbiskan menjadi pastor oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota, Pr.
Siti Asiyah mengikuti perayaan misa dan prosesi pentahbisan dengan khusuk.
Dia duduk tenang pada kursi barisan depan di gereja seminari tinggi terkemuka di Pulau Flores tersebut.
"Senang sekali. Saya sangat senang," ujar Siti Asiyah seusai misa pentahbisan. Hanya itu kata-kata yang keluar dari bibir Siti Asiyah.
Wajahnya sumringah.
Senyum terus mengembang di bibirnya.
Aryanti, adik bungsu Pater Yanto juga mengungkapkan rasa bangga karena kakaknya sudah ditahbiskan menjadi imam.
"Saya senang sekali hari ini," ujar Aryanti. Aryanti, bungsu dari tiga bersaudara.
Kakak sulung Aryanti dan Yanto adalah perempuan, juga seorang muslim sama seperti ibu mereka Siti Asiyah.
"Saya baru bertemu kakak sulung saya delapan bulan lalu. Selama ini kami di rumah hanya mama, dan kakak pater," ujar Aryanti yang juga penganut Katolik.
Aryanti tidak menyesal kakak lelaki satu-satunya di rumah itu menjadi imam.
"Saya tidak menyesal. Malah saya senang sekali," kata Aryanti semangat.
Aryanti berharap, kakaknya menjalankan tugas dengan baik dan setia dalam panggilan.
"Hari ini sungguh luar biasa semoga Tuhan selalu menyertai perjalanannya," kata dia.
Pater Yanto mengungkapkan perasaan hati yang sama.
"Hari ini sangat istimewa bagi keluarga saya. Setelah 30 tahun tinggal berpisah, hari ini kami semua bersatu, saya senang sekali," kata Pater Yanto.
Pater Yanto mengungkapkan, ibunya Siti Asiyah sejak lama sudah tak sabar agar dirinya segera ditahbiskan menjadi imam Katolik.
"Tahun lalu saya memilih istirahat dulu. Tetapi mama protes. Mama mungkin khawatir saya tidak ditahbiskan. Hari ini, saya senang sekali," ujar Pater Yanto di sela menyambut ribuan umat yang menyapa dirinya.(lik)