Ibadah Haji 2015
Jamaah Haji Korban Crane Asal Surabaya Sempat Mimpikan Presiden Soeharto
Rencananya, setelah pulang dari Mekah, pria 34 tahun itu akan memperistri pacarnya.
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Keluarga Nuruddin Baasith Sujiyono, korban terluka asal Surabaya, mengaku baru mengetahui kondisi anaknya dari salah satu media online. Kebetulan, satu berita di situs itu menampangkan foto Nuruddin bersama Menteri Agama saat berada di sana sekitar pukul 04.00 WIB. Foto itu menunjukan kondisi Nurudin yang cukup parah. Kepala bagaian atasnya diperban.
Sang ayah, Djoko Muljono Tjahjo (69), mengatakan, sesaat setelah kejadian, sekitar pukul 01.00 WIB, Nuruddin sempat menelepon ke rumah.Sebelumnya, sang sang ayah beberapa kali menanyakan keadaannya via aplikasi perpesanan Line.
"Saya baik-baik saja. Cuma kepala dan kaki kiri saja yang luka sedikit. Cuma itu," kata Djoko mengulang ucapan sang anak, saat ditemui di kediamannya, 12 September 2015.
Saat ditanya apakah lukanya sampai perlu dijahit, Nuruddin pun enggan menjawab. Baru pagi harinya, Nuruddin mau mengirim fotonya ke keluarga. Sekali lagi, ia menginggatkan bahwa kondisinya baik meski perban membalut sebagian tubuhnya.
Setelah itu, hingga sore, Djoko belum bisa menghubungi kembali anak sulung dari empat bersaudara itu. "Mungkin dia masih beribadah," katanya.
Kepada sang ibu, Emi Sudjiwati (54), menyampaikan, Nuruddin bercerita masih sempat membantu para korban lain di lokasi rubuhnya alat berat. Hal itu disampaikan buat menegaskan keadaannya baik. "Saya lega mendengarnya. Berarti luka dia memang tidak parah," kata Emi. Padahal, Kementerian Agama Jatim menyebut, selain luka di kepala, Nuruddin juga mengalami patah tulang.
Rencananya, setelah pulang dari Mekah, pria 34 tahun itu akan memperistri pacarnya. Dia pernah bernadzar tidak menikah sebelum berangkat ke Tanah Suci.
Hal itu yang membuat guru IT di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya itu belum juga menikah meski tiga adiknya yang semua laki-laki telah melepas masa lajang.
Djoko bilang, mestinya Nuruddin berangkat haji tahun lalu. Hanya saja, karena ada pembatasan kuota, keberangkatannya terpaksa diundur setahun. Untuk berangkat haji, Nurrudin juga harus menabung ratusan ribu rupiah per bulan.
"Saya ingat, pertama kali niat ingin haji tahun 2006, dia baru punya uang Rp 250.000. Seluruh biaya baru bisa dilunasi tahun 2009," tambah Emi.
Beberapa hari sebelum musibah itu, Nuruddin selalu menyampaikan kabar baik kepada keluarganya. Misalnya, dia pernah bilang akan mendapat jatah tiga jeriken kecil air zamzam untuk dibawa pulang, sementara jemaah lain hanya mendapat satu jeriken.
Selain itu, Ruruddin, kepada keluarga, juga mengaku langsung nyaman ketika pertama kali menginjakkan kaki di hotel tempat menginap. "Katanya, tinggal di sana seperti tinggal di rumah," terang Djoko.
Djoko mengaku, hingga sore itu, pihak Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) belum mengabari soal kondisi anaknya. Jadi, untuk memperbarui soal kondisi di sana, ia mengandalkan update media. "Selain tentu mengandalkan komunikasi dengan Nuruddin," ujarnya.
Emi menganggap, kejadian yang menimpa putranya sebagai sebuah ujian. Yang menarik, setalah melakukan tawaf empat kali, Nuruddin sempat bercerita bermimpi bertemu dengan Presiden RI ke-2 Soeharto. "Saya bilang saja, itu pertanda kalau kamu bakal jadi orang besar, Nak," ujar Emi.