Anggota DPRD Boltim Tolak Gunakan Pin Emas Saat Pelantikan
Calon Legislatif terpilih untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bolaang Mongondow Timur menolak mengenakan pin emas.
TRIBUNNEWS.COM, TUTUYAN - Calon Legislatif (Caleg) terpilih untuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bolaang Mongondow Timur (Boltim) menolak mengenakan pin emas saat pelantikan.
Caleg Partai Amanat Nasional (PAN), Sam Sachrul Mamonto menegaskan, penolakannya untuk mengenakan pin emas karena pin itu dibeli dari uang rakyat. Tak hanya pin, dia mengaku tak akan menggunakan Pakaian Seragam Lengkap (PSL) dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) saat pelantikan. Alasannya, mereka ingin menunjukkan kinerja terlebih dahulu sebelum menggunakan uang negara.
"Sebaiknya dana itu dialihkan ke pembangunan ataupun rehabilitasi sekolah. Itu lebih penting," tegas Ketua PAN Boltim yang meraih suara kedua terbanyak dalam pileg lalu ini, Kamis (19/6/2014).
Sachrul berencana akan mengenakan jas pribadi yang digunakan saat dirinya menikah beberapa waktu lalu.
"Untuk pin kalau dibuat dari aluminium saya akan pakai. Kalau emas saya tak akan gunakan," ucap mantan ketua KPU Bolmong tersebut.
Pria yang memiliki kans kuat menjadi ketua DPRD Boltim ini mengatakan, pin adalah simbol yang sekaligus menjadi pembeda antara wakil rakyat dan rakyatnya. Menurutnya, wakil rakyat tak perlu dibedakan dari rakyatnya.
"Saya sudah sampaikan ke Sekwan, tidak mau menggunakan jas dan pin emas. Saya ingin mengubah pola pikir masyarakat terhadap wakilnya. Tadi (kemarin) ada yang datang mengukur jas, tapi saya menolaknya," tegasnya.
Dia mengatakan, penilaian kinerja dewan bukan diukur dari pin dan jas yang harganya mahal, tapi dari kerja nyata.
Caleg petahana yang terpilih kembali, Argo Sumaiku juga menolak menggunakan PSL yang baru. Dia tetap setia dengan pakaian dan pin lama.
"Akan gunakan pin lama. Pakaian sudah ada," katanya.
Kepala Bagian Umum, Sekretariat Dewan (setwan) Boltim, Fredy Sumenge mengatakan sebanyak tujuh anggota dewan petahana yang terpilih kembali sudah melakukan pengukuran PSL dan belum ada yang menolak pengadaan pin emas.
"Itu sudah ada anggarannya, sekitar Rp 129 juta untuk 22 pasang pakaian dan 10 gram pin emas," beber Fredy.
Pengadaan barang tersebut sudah sesuai dengan aturan, namun jika ada yang menggunakan pin di luar yang disediakan setwan, dikhawatirkan akan berbeda dengan milik anggota lain.
"Anggota yang baru akan dikunjungi di rumah mereka sedangkan kalau penolakan anggota yang lama tak ada malah mereka minta kualitas jas ditingkatkan," terangnya.
Sekwan Boltim, Husain Mamonto mengungkapkan PSL dan pin emas adalah hak para anggota dewan terpilih untuk dikenakan saat pelantikan.
"Kalau ada anggota dewan terpilih yang menolak, kami tidak bisa memaksakannya. Untuk anggarannya akan dialihkan pada kebutuhan lainnya," terangnya.