Hacker Berusia 16 Tahun Bobol Rekening Dua Perusahaan Besar Diringkus
Seorang pelajar kelas XI di salah satu SMK di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, ditangkap tim cyber crime Polda Jawa Timur.
Editor:
Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Kholish Chered
TRIBUNNEWS.COM, SANGATTA - Seorang pelajar kelas XI di salah satu SMK di Kecamatan Sangatta Utara, Kabupaten Kutai Timur, ditangkap tim cyber crime Polda Jawa Timur di Sangatta. Ia diduga membobol rekening kas dua perusahaan besar yang berkedudukan di Jawa Timur dan Yogyakarta, via aktivitas di internet alias hacking.
Penangkapan dilakukan tanggal 2 April 2014 lalu di Sangatta. Namun Tribun Kaltim (Tribunnews.com Network) baru mendapatkan informasi dari keluarganya yang resah terkait proses hukum yang dijalani pelajar laki-laki berusia 16 tahun, berinisial AD tersebut.
Kakak tersangka, MA, Selasa (15/4/2014), mengatakan beberapa polisi dari tim cyber crime Polda Jatim didampingi beberapa personel Polsek Sangatta telah mengamankan adiknya tanggal 2 April lalu. AD lalu dibawa ke Surabaya untuk proses hukum lanjutan.
"Tak lama setelah adik saya dibawa polisi ke Surabaya, saya bersama seorang sepupu menyusul ke sana. Awalnya adik saya diinapkan di mess polisi, namun belakangan masuk sel tahanan. Polisi mengatakan adik saya akan dimasukkan sel untuk anak," katanya.
Ihwal penahanan ternyata berpangkal pada aktivitas AD yang disebut-sebut memiliki kemampuan sebagai "hacker". Ia berhasil menembus rekening kas dua perusahaan besar, yaitu Indo Abadi Sari Makmur (Indosar) yang merupakan produsen produk koyo ternama, dan Citos (berkedudukan di Yogyakarta).
"Adik saya disebut menjadi hacker dan membobol rekening dua perusahaan besar. Ia juga disebut-sebut bagian dari jaringan internasional. Ia dibawa ke Surabaya karena pihak yang melapor ada di Surabaya, termasuk kantor perusahaan yang dibobol," katanya.
MA menjelaskan, keluarga sama sekali tidak menyangka adiknya memiliki kemampuan sebagai hacker. Pasalnya AD merupakan anak yang pendiam.
"Dia penurut dan tidak banyak bicara. Saya sama sekali tidak menyangka. Saya tidak percaya," kata ibu AD, yang merupakan warga Sangatta Lama.
Keluarga pun terkaget-kaget ketika beberapa polisi datang ke rumah untuk mengamankan AD.
"Kami kaget dan bingung. Apalagi polisinya jauh dari Surabaya. Terlebih waktu pelapornya (yang bernama Rusdi dan ikut ke Sangatta) menyebut anak saya bagian dari jaringan internasional," katanya.