Pendaki Tewas di Lereng Semeru
Ayah sudah berpesan, saya tidak boleh bersedih jika terjadi apa-apa padanya saat melakukan pendakian
TRIBUNNEWS.COM , MALANG – Danu Suwandana Saputra (28), berusaha tetap tegar saat menunggu jenasah ayahnya, Endang Hidayat (53), di kamar mayat Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Kota Malang, Kamis (26/12/2013).
Ia mencoba menutupi kesedihannya, dengan mengobrol bersama temannya sambil menunggu jenasah ayahnya diantar ke Bandara Abdulrachman Saleh untuk diterbangkan ke Jakarta yang selanjutnya akan dimakamkan di Bekasi, Jawa Barat.
“Ayah sudah berpesan, saya tidak boleh bersedih jika terjadi apa-apa padanya saat melakukan pendakian di Gunung Semeru. Awalnya, saya tidak mengerti maksud pesan ayah. Setelah ada kejadian ini, saya baru tahu, bahwa ayah akan pergi selama-selamanya,” kata Danu dengan nada sedih.
Endang Hidayat, warga Jalan Carita C Nomor 199 Blok VII RT 6 RW 8 Sepanjang Jaya, Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat meninggal saat melakukan pendakian di Gunung Semeru, Rabu (25/12/2013) sekitar pukul 18.10 WIB. Ayah Danu itu, merasa pusing dan akhirnya jatuh saat berjalan dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo atau tepatnya di Blok Watu Rejeng. Awalnya, Endang sudah mengeluhkan rasa sakit di dada bagian kiri.
Danu menceritakan, rombongan pendaki berjumlah 15 orang, termasuk dirinya dan ayahnya. Rombongan tersebut dibagi menjadi dua kelompok, kebetulan dirinya satu kelompok bersama ayahnya. Ia mulai mendaki dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo sekitar pukul 15.00 WIB. Sekitar 30 menit kemudian, rombongannya sampai di Landengan Dowo. “Saat itu ayah mengeluh dada sebelah kirinya sakit, tapi mengaku masih sanggup melanjutkan perjalanan,” ujarnya.
Lalu perjalanan dilanjutkan hingga sampai di Pos I sekitar pukul 16.30 WIB, lalu istirahat sebentar. Saat itu, ayahnya mengeluh tangannya kedinginan. Danu memberikan sarung tangan dan penutup kepala ke ayahnya. "Tapi ayah memutuskan untuk melanjutkan perjalanan," katanya.
Pada pukul 17.45 WIB, rombongan sampai di Blok Watu Rejeng untuk istirahat lima menit. Kemudian, mereka melanjutkan perjalanan lagi namun baru lima menit berjalan korban mengeluh kepalanya pusing. "Kami berhenti. Ayah menurunkan tasnya dan duduk sebentar. Lalu ayah berdiri dan tubuhnya limbung. Ia terperosok sekitar dua meter di sebelah kiri jalur setapak,” ujarnya.
Danu bersama temannya segera menolong ayahnya, dengan membawa ke tempat yang lebih tinggi. Saat itu, korban masih sadar. Danu lalu mengenakan jaket tebal ke tubuh ayahnya. Namun, sekitar pukul 18.10 WIB, Danu yakin kalau ayahnya sudah meninggal. Danu lalu melapor ke Pos Ranu Pani, dan pada Kamis (26/12/2013) sekitar pukul 04.00 WIB, tubuh ayahnya dievakuasi ke pos pertama di Ranu Pani selanjutnya dibawa ke RSSA.
Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTN BTS), Nova Elina, mengatakan belum mengetahu penyebat kematian korban. Ia memperkirakan, korban mempunya penyakit. Untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang lagi, ia akan melakukan pengawasan ketat terhadap pendaki. "Kami akan melakukan pengawasan lebih ketat lagi. Apalagi, tahun baru nanti, jumlah pendaki pasti akan lebih banyak," katanya.