Senin, 29 September 2025

Petani Kampung Tator Nunukan tak Terjangkau Pupuk Subsidi

Daniel Tassik, salah seorang petani sayur-mayur di Kampung Tator, Kecamatan Nunukan mengaku belum terjangkau pupuk bersubsidi

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Petani Kampung Tator Nunukan tak Terjangkau Pupuk Subsidi
Pupuk Petrokimia Gersik

TRIBUNNEWS.COM NUNUKAN,- Daniel Tassik, salah seorang petani sayur-mayur di Kampung Tator, Kecamatan Nunukan mengaku belum terjangkau pupuk bersubsidi. Merekapun harus menggunakan pupuk asal Malaysia, meskipun harganya lebih mahal.

“Kami di bagian Kampung Tator sini tidak pernah masuk pupuk subsidi itu. Kalau di Binusan memang ada,” ujarnya.

Daniel mengaku, pihaknya pernah membentuk kelompok tani dengan harapan bisa mendapatkan perhatian pemerintah, dengan mendapatkan berbagai bantuan yang mendukung kerja mereka. “Tapi susah juga kalau mau dibincang begini. Kami membentuk kelompok, kurang diperhatikan juga sama pemerintah. Kami bentuk satu kelompok, masuk Pertanian tetapi tidak ada jawaban. Syukurlah kalau ada bantuan pemerintah untuk petani-petani,” ujarnya.

Untuk tanaman sayur-mayur seperti kangkung, sawi, kacang panjang dan lombok yang ditanam, ia harus memumpuknya menggunakan pupuk kimia asal Tawau, Sabah, Malaysia dan didukung kotoran ayam serta kulit udang kering. “Semua di sini pakai begitu. Pupuk kandag dan baja sama kulit udang,” ujarnya.

Pupuk kandang dibeli seharga Rp40.000 perkarung. Sementara pupuk kimia dari Tawau dibeli Rp12.000 perkilogram. “Itu yang kami pakai pakai selama ini. Kami memang belum mendapatkan pupuk subsidi. Kami tahu ada pupuk subsidi, cuma memang di sini tidak ada. Kami tidak pernah menggunakan pupuk subsidi kecuali pernah dulu ada pembagian pupuk dan kacang hijau, tetapi sekali saja itu,” ujarnya.

Ia sendiri sebenarnya tidak yakni dengan keberhasilan penggunaan pupuk subsidi jenis urea. “Urea tidak bagus. Kalau sekali bagus, nanti kedua, ketiga sudah tidak seberapa subur sudah,” ujarnya.

Sebelumnya Dinas Pertanian dan Peternakan Nunukan memastikan, kuota pupuk bersubsidi di Nunukan belum memenuhi kebutuhan maksimal petani sehingga perlu mendapatkan tambahan lagi.

“Karena memang pada tahun ini kuota pupuk subsidi Nunukan tidak cukup. Paling hanya sekitar 60 persen yang bisa tercukupi. Biasanya pada November kuota sudah habis. Kita berupaya meminta tambahan dengan SK Gubernur. Tetapi yah itu perlu waktu,” ujar Subandi, Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan dan Holtikultura pada Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Nunukan.

Ia mengatakan,  harga pupuk bersubsidi yang sampai kepada petani bisa berbeda-beda meskipun masih di wilayah Kabupaten Nunukan. Perbedaan dimaksud disebabkan karena para petani harus menanggung ongkos angkut pupuk dimaksud dari kios pengecer.

“Harga pupuk subsidi kalau Urea kena Rp90.000, NPK Rp115.000, dia terimanya di kios pengecer. Tetapi biaya angkut dari kios ke lokasi, itu tanggungjawab  petani. Sehingga harganya di lapangan bervariasi.  Karana dilihat  jauh dan dekatnya,” ujarnya

Ia mencontohkan, harga pupuk bersubsidi yang diperoleh petani di Pulau Nunukan jelas lebih murah dibandingkan harga pupuk bersubsidi untuk petani di Kecamatan Sebuku dan Kecamatan Siemanggaris. “Karena ongkos angkutan dari Nunukan ke Sebuku itu menjadi tanggungjawab petani sudah,” ujarnya.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan