Jual Anting dan Kalung Emas untuk Biayai Kuliah Anak
Ratusan orang menyemut di Auditorium Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Rabu (31/7/2013).
Laporan Wartawan Tribun Manado, Christian Wayongkere
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Ratusan orang menyemut di Auditorium Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Rabu (31/7/2013).
Mereka adalah anak-anak muda dan orang tua yang berjubel untuk masuk ke gedung, yang menjadi tempat pendaftaran kembali calon mahasiswa yang lulus seleksi masuk jalur Tumou Tou (T2).
Sebelumnya, para orang tua sudah berjuang untuk memenuhi biaya yang dibutuhkan anak-anaknya, agar bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
"Saya terpaksa jual anting dan kalung emas untuk bayar biaya masuk anak saya sejumlah Rp 1 juta di FISIP Unsrat," tutur Yulin Kandou kepada Tribun Manado.
Yulin datang untuk mendaftarkan kembali anaknya, Virginia Sawal. Kata dia, penghasilan dari pekerjaan memasak yang ia lakoni selama ini, belum cukup membiayai tekad anaknya yang ingin meraih cita-cita.
"Kalung dan gelang emasnya bisa dicari lagi, yang terpenting anak bisa kuliah, meskipun barang- barang berharga tersebut merupakan pemberian dari saudara dengan pesan jangan dijual," ungkapnya.
Kata Yulin, menjual anting-anting dan kalung emas sama sekali tidak membuatnya menyesal, asalkan sang buah hati bisa melanjutkan studi hingga ke perguruan tinggi.
Sebab, anaknya sempat menganggur setahun tidak kuliah dan ikut bekerja.
"Awalnya saat anak saya bilang mau kuliah. Saya katakan, kalau saya tidak mampu dalam biaya, karena harus mengongkosi tiga anak termasuk Virginia. Namun, karena keinginannya yang besar untuk kuliah, akhirnya saya mengiyakan," paparnya.
Selain mengandalkan uang hasil penjulan anting dan kalung emas, sumber dana juga berasal dari pekerjaan sang anak.
Selama ini, anaknya bekerja sebagai pembersih kuku di itCenter Manado, dan mendapat upah Rp 800 ribu per bulan.
Noldy Barri, orang tua calon mahasiswa lainya, mengaku akan mencari tambahan penghasilan untuk biaya kuliah anaknya di IBA, karena biaya pendaftaran mencapai puluhan juta.
"Biaya minimalnya Rp 6 juta. Selain jerih payah dari pekerjaan di peternakan ayam, saya harus cari tambahan lain," tutur Noldy.
Menurut warga Teling, tambahan biaya memang perlu dilakukan untuk biaya studi anak di perguruan tinggi. Tanpa biaya tambahan, tidak akan cukup memenuhi biaya anak kuliah.