Minggu, 5 Oktober 2025

Mengintip Aktivitas Warga Seberang

Jam baru menunjukan pukul 09.00 WIB, namun sengatan matahari di atas Pasar Nanga Pinoh sudah mulai terasa.

Editor: Dewi Agustina
Tribun Pontianak/Ali Anshori
Suasana di Nanga Pinoh 

TRIBUNNEWS.COM, MELAWI - Jarak Desa Kelakik Kecamatan Pinoh Utara ke Ibu Kota Kabupaten Melawi tak terlalu jauh, namun karena desa tersebut dipisahkan oleh sungai, seolah-olah seperti daerah yang berbeda, harapan warga hanya satu. Yakni penyelesaian pembangunan jembatan Melawi II.

Jam baru menunjukan pukul 09.00 WIB, namun sengatan matahari di atas Pasar Nanga Pinoh sudah mulai terasa. Sementara itu di bibir sungai tak jauh dari pasar tersebut terlihat para penambang sampan hilir mudik membawa penumpang menyeberangi sungai.

Aktivitas tersebut bisa disaksikan setiap hari, sejak pukul 06.00 pagi sampai sore hari sekitar pukul 17.30. Para penambang tersebut bertugas mengantarkan penumpang yang hendak menuju atau dari Nanga Pinoh.

Bagi warga yang membawa serta sepeda motornya, mereka akan dikenakan biaya sebesar Rp 20 ribu sekali jalan. Namun jika hanya membawa badan biaya yang dikeluarkan hanya Rp 2 ribu saja.

Biaya tersebut dianggap sebagian warga cukup besar, apalagi jika mereka yang setiap hari harus pergi ke Ibu Kota Kabupaten. Untuk menyiasatinya warga pun memilih menitipkan kendaraannya di Nanga Pinoh, kendati harus mengeluarkan biaya namun tak terlalu mahal.

Kondisi ini sedikit banyak membatasi perkembangan masyarakat di seberang. Bahkan ada yang terpaksa menunda beli sepeda motor, karena enggan mengeluarkan biaya tambahan saat pulang atau hendak pergi ke Nanga Pinoh.

"Kalau sudah ada jembatan, baru saya beli motor baru. Sekarang motor malam pun cukup lah. Hanya dipergunakan untuk sekitar kampung saja. Kalau mau dipergunakan di Nanga Pinoh paling sekali-sekali saja,” kata Warga Pinut, Sudirmansyah.

Dia mengatakan, jika jembatan bisa dipergunakan setiap warga Pinut yang memiliki kendaraan dipastikan akan mengurangi pengeluaran mereka. Bukan hanya itu, aktivitas ekonomi warga Pinut pun akan semakin lancar.

"Paling tidak kalau jembatan jadi, kami tidak perlu mengeluarkan biaya menyeberangkan motor dan dana penitipan motor. Dana tersebut bahkan bisa dijadikan modal untuk berusaha," ulasnya.

Dia pun bercerita dampak yang paling dirasakan lambannya transportasi di Pinut adalah harga sembako dan barang lainnya berbeda dibandingkan dengan Nanga Pinoh. Bahkan ada barang yang tidak masuk harganya akan beda dibandingkan dengan Nanga Pinoh.

"Kalau jembatan jadi, dipastikan akan banyak pengeluaran warga yang terpangkas. Sebab harga barang akan sama dengan Nanga Pinoh. Kalau harga masih berbeda jauh, kita tinggal ke Nanga Pinoh saja. Tinggal hidupkan motor ke Nanga Pinoh," ujarnya. (ali anshori)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved