Warga Miskin Meninggal Setelah Ditahan di RSUD Muntilan
Mustakim, pria berusia 63 tahun, meninggal setelah ditahan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muntilan sejak Kamis (21/2/2013) lantaran
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Duka mendalam menyelimuti keluarga Mustakim, warga Gunungsari RT 1/RW 18 Desa Gulon, Salam, Kabupaten magelang, Minggu (24/2/2013) petang.
Mustakim, pria berusia 63 tahun, meninggal setelah ditahan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Muntilan sejak Kamis (21/2/2013) lantaran keluarga tidak bisa melunasi biaya berobat. Padahal, rumah sakit tersebut berplat merah.
Mustakim dirawat sejak 11 Februari 2013 lalu karena divonis menderita penyakit komplikasi. Oleh dokter yang menangani, dia sudah mendapat rekomendasi dibawa pulang. Namun karena terbentur biaya, keluarga tidak bisa bisa melunasinya.
Berbagai upaya telah dicoba agar ada titik temu. Hingga akhirnya Minggu (24/2/2013) sore, Mustakim pun mengembuskan nafas terakhir di bangsal Aster tempatnya dirawat.
"Kami sampai menggadaikan sepeda motor. Bahkan, kali terakhir kami meninggalkan dua KTP untuk membawa jenazah ayah," jelas putra almarhum, Alex Agung Sukoc, saat ditemui Tribun Jogja (Tribunnews Network) di rumah duka, Minggu (24/2/2013) malam.
Menurut Alex, kondisi ayahnya memburuk sejak ditahan di RSUD Muntilan. Hampir empat hari lamanya, ayahnya hanya mendapat satu butir obat per hari dan ransum (makanan rumah sakit).
"Tapi, infus sudah dicopot setelah dinyatakan sehat. Hanya dapat suntikan insulin sejak Sabtu (23/2/2013) kemarin. Kami tidak tahu harus membayar berapa," tutur Alex.
Dengan keterbatasan dana, Alex dan keluarganya sudah mencoba bermusyawarah dengan Direktur Rumah Sakit. Pertama pada Kamis atau setelah almarhum ayahnya diperbolehkan dibawa pulang.
Musyawarah kedua waktu itu mendapat sedikit pertolongan, yakni potongan biaya sebesar 25 persen dari total biaya perawatan sebesar Rp 4,159 juta.
Pada musyawarah ketiga, dia mencoba berkomunikasi kembali dengan Direktur RSUD, namun malah mendapat jawaban yang tidak mengenakkan. Alex malah dianjurkan menjual barang-barang keluarga yang dipunyai di rumah agar dapat menebus tagihan selama menginap di RSUD Muntilan.
"Kami malah disuruh menjual televisi, ternak, dan meminjam uang ke tetangga. Padahal, saya masih punya pinjaman emas," jelasnya.
Alex menjelaskan, meski sudah mendapat keringanan dan harus membayar cicilan separuh dari Rp 3 juta, dia mengaku tetap tidak bisa membayar. Dia beralasan, kini di keluarganya tidak ada yang memberikan nafkah. Sang ayah dulunya bekerja sebagai buruh serabutan dan berpendapatan tidak menentu.
"Ayah juga tidak memiliki kartu Jamkesmas dan Jamkesda," jelasnya.
Ibunya, Isti Muktini (56), terkadang ikut membantu bekerja serabutan sebagai buruh tani di kampung. Namun saat anggota keluarga ikut menemani di rumah sakit, biaya untuk makan hanya tergantung dari kakaknya yang bekerja wiraswasta.
"Sebelum masuk ke rumah sakit, kami juga mempunyai tanggungan di Palang Merah Indonesia. Ayah saya membutuhkan 10 kantong darah. Kami baru mampu membayar tujuh kantong. Setiap kantong Rp 250 ribu. Kami bayar secara mencicil. Kami berharap, biaya dapat digratiskan karena memang tidak punya uang," ucap dia.
Meskipun ayahnya meninggal, Alex tetap memiliki harapan bagi pelayanan kesehatan di RSUD Muntilan dapat diperbaiki. "Harapan kami agar kejadian ini tidak terjadi pada orang yang tidak mampu lainnya," jelasnya.