'Rebek Timbok' Tradisi Berkebun Petani Lada Tempo Dulu
Bagi petani tempo dulu, menanam lada tak perlu banyak. Cukup dengan kisaran 200 hingga 500 batang.
Laporan Wartawan Bangka Pos Ichsan Mokoginta Dasin
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA -- Bagi petani tempo dulu, menanam lada tak perlu banyak. Cukup dengan kisaran 200 hingga 500 batang. Hasil panennya melimpah ruah, bisa mencapai 1 ton biji lada bahkan lebih dalam satu kali panen.
Untuk mendapatkan hasil melimpah walaupun dengan jumlah tanaman yang relatif sedikit, bukan hal yang mustahil. Perawatan adalah kunci utama.
Salah satu rahasia sukses perawatan tanaman lada para petani lada tempo dulu adalah dengan cara 'rebek timbok'.
'Rebek timbok' merupakan sistem perawatan kebun lada dengan cara memberi urukan tanah (timbok) di setiap lorong tanaman lada sehingga membentuk semacam siungan.
Setelah tanah urukan diratakan dan diberi galangan kayu, maka diatasnya dipasang mulsa dari dedaunan kayu (rebek).
Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, di atas dedaunan kayu (mulsa) yang disusun dengan rapi itu, diuruk (timbok) kembali dengan tanah. Prosesi Inilah yang dinamakan dengan sistem perawatan kebun lada 'rebek timbok'.
Sayangnya tradisi leluhur yang berpotensi membuat panen berlimpah itu sudah dilupakan orang.
"Kita-kita yang sekarang ini sudah tidak 'pengawa' (ulet) lagi. Padahal kakek dan bapak kami dulu tak pernah tanam lada berhektar-hektar, cukup dengan ratusan batang saja. Panennya mencapai 1 ton. Caranya ya, dengan sistem 'rebek timbok'," ujar Abdurrahman, petani lada Desa Petaling Kecamatan Mendobarat, Sabtu (5/1/2013) siang.
Baca juga: