Tombak Canai Dipercaya Sembuhkan Jantung Koroner
Tombak Canai atau Kujur Canai yang dimiliki Haniya (80), warga Jl Merdeka, Lingkungan Dua Kayuara

Laporan Wartawan Tribun Sumsel, Iswahyudi
TRIBUNSUMSEL.COM, SEKAYU - Tombak Canai atau Kujur Canai yang dimiliki Haniya (80), warga Jl Merdeka, Lingkungan Dua Kayuara, Kecamatan Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, sudah dimiliki tiga generasi. Tombak ini ternyata dipercaya bisa menyembuhkan penyakit khusus, yakni angin duduk atau yang dikenal jantung koroner.
Saat ditemui Tribun Sumsel pada Sabtu (26/6/2012), Haniya baru saja pulang dari warung tak jauh dari rumahnya. Wanita ini nampak sehat walaupun kulit sudah berkeriput. Namun, saat diwawancarai, Tribun Sumsel cukup kesulitan karena pendengaran wanita ini tidak baik lagi dan harus berbicara lebih keras.
Haniya menceritakan, Kujur Canai tersebut merupakan milik puyang (kakek:red) Ibrahim. Tombak ini didapatkan saat Ibrahim pergi ke Propinsi Bengkulu dari Kayuara, Sekayu dengan berjalan kaki dan membawa tombak untuk menjaga diri dari hewan liar selama perjalanan.
"Selama perjalanan sampai di Bengkulu, puyang tidak pernah bercukur dan tidak makan. Di Bengkulu itu, puyang lalu berikhtiar dan membuang kujur itu ke laut sambil ngomong kalau mau jadi pusaka, jadilah," cerita Haniya.
Ia melanjutkan, puyang Ibrahim lalu kembali lagi ke Kayuara, Kecamatan Sekayu dengan berjalan kaki usai membuang tombaknya ke laut di Bengkulu. Sesampainya di rumah, Ibrahim lalu mandi di Sungai Musi dan terkejut karena mendapati tombak miliknya yang dibuang di Laut Bengkulu, berada di atas batang (tempat pemandian pinggir sungai:red).
Sejak saat itulah, tombak tersebut memiliki kekuatan mistis dan menjadi benda pusaka bagi keluarga besar Ibrahim. Haniya kembali menceritakan, tombak tersebut ternyata menjaganya dari segala permasalahan. Kujur Canai ini memiliki panjang 20 cm pada ujung tombaknya yang terbuat dari besi dan memiliki dua bilah yang tajam pada tiap sisinya. Sedangkan panjang Kujur Canai ini secara keseluruhan mencapai 2 meter yang berasal dari bambu pada batangnya. Untuk pengaman tombak, dibuat sarung dari kayu agar tidak melukai.
"Kalau dulu, kami bawa tombak itu ke perkebunan, jarang diganggu harimau. Terus pernah talang (rumah di kebun:red) kami dibakar saat ada operasi militer, tapi karena ada kujur itu, tidak terbakar, sedangkan talang tetangga terbakar semuanya," ujarnya.
Sedangkan untuk mengobati angin duduk, Kujur Canai tersebut dicelupkan dalam air mineral dan dibacakan doa. Lalu, air tersebut diusapkan pada bagian kepala, lengan dan kaki secara satu arah. Dan air sisa rendaman lalu diminum sampai habis.
Untuk perawatan Kujur Canai ini, Haniya hanya mengoleskan minyak sayur pada bagian besi tombak usai digunakan. Ia menjelaskan, pengolesan tersebut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau terkena pada bagian yang tajam dan mengakibatkan luka serta berdarah, maka orang tersebut akan mati.
"Kata puyang Ibrahim, Kujur Canai ini mengandung bisa (racun:red), jadi harus hati-hati membersihkannya. Selain itu, Kujur Canai ini dilarang dilangkah siapapun," jelasnya.
Selain itu, batang Kujur Canai yang terbuat dari bambu ini, tidak boleh dipatahkan. Menurut Haniya, dulu pernah ada orang yang mematahkan batang kujur tersebut dan menyebabkan badannya menjadi lumpuh setengah badan. Namun akhirnya sembuh usai batang kujur diganti.
Untuk saat ini, Kujur Canai tersebut masih dipegangnya dan akan diwariskan pada anak pertama atau cucu pertama laki-laki. Di luar itu, tidak ada yang boleh merawat Kujur Canai. Haniya menuturkan Kujur Canai itu sendiri merupakan milik suaminya yang merupakan cucu pertama laki-laki dari Puyang Ibrahim.