Minggu, 5 Oktober 2025

Ribuan Umat NU Silih Berganti Doakan Jenasah Mbah Liem

Sejak pagi saat kabar meninggalnya tokoh dan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU), KH Muslim Rifa'i Imampuro atau yang dikenal

Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Ribuan Umat NU Silih Berganti Doakan Jenasah Mbah Liem
Tribun Jogja/Obed Doni Ardiyanto
Warga mempersiapkan liang lahat untuk Mbah Liem sesaat sebelum almarhum dimakamkam

Laporan Wartawan Tribun Jogja

TRIBUNNEWS.COM, KLATEN - Sejak pagi saat kabar meninggalnya tokoh dan sesepuh Nahdlatul Ulama (NU), KH Muslim Rifa'i Imampuro atau yang dikenal dengan nama Mbah Liem, ratusan bahkan ribuan umat NU mendatangi Dukuh Sumberejo, Desa Troso, Kecamatan Karanganom, tempat tinggal Mbah Liem.

Mereka yang datang, baik dari wilayah Klaten, maupun dari luar daerah, ikut mendoakan jenasah silih berganti dan mengikuti upacara berkabung tersebut.

Tak hanya rakyat kecil, para pejabat pemerintah daerah dari berbagai wilayah maupun Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan keluarga Gus Dur datang dalam upacara tersebut.

Kehadiran mereka sebagai bentuk penghormatan terhadap tokoh NU yang terkenal nyentrik, kharismatik, dan mendukung pluralisme itu.

Namun bagi para tokoh muda NU, santri, dan keluarga, Mbah Liem merupakan sosok yang memberikan keteladanan dengan contoh tindakan untuk menjaga kerukunan umat beragama.

Contoh tindakan tersebut dilihat langsung seorang tokoh muda NU, Gus Jazuli, yang juga merupakan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Klaten.

Dia mengaku melihat saat Mbah Liem melayani seorang non muslim saat umat Islam berpuasa. Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muttaqien itu menghidangkan minum bagi orang non muslim meski dia sendiri sedang berpuasa.

"Si Mbah (Mbah Liem) bertanya kepada seseorang apakah orang itu sama dengannya. Orang itu berbalik bertanya maksudnya apa. Si Mbah menjelaskan apakah dia juga sedang berpuasa seperti dirinya, dan ternyata tidak."

"Lalu dia menawarkan, mau minum apa, dan kemudian dilayani oleh Si Mbah. Ini nyata sekali di tengah-tengah kami. Di tengah perbedaan, beliau masih bisa menghargai orang lain. Kami belum apa-apa dibandingkan Si Mbah," tutur Gus Jazuli, di Klaten, Kamis (24/5/2012).

Menantu dari anak keenam Mbah Liem itu juga mengatakan, berbagai tindakan baik dari yang kecil hingga besar ditunjukkan Mbah Liem kepada keluarga maupun santri ponpes yang diasuhnya.

Dia merupakan orang yang lebih banyak memberi contoh dibandingkan memberikan perkataan. Mbah Liem pernah memunguti sobekan bungkus shampo di kamar mandi di depan santri-santrinya untuk mengajari penduduk Sumberejo menjaga kebersihan.

"Dia tidak pernah berbicara dalam menyampaikan didikannya tetapi dengan memberikan contoh tingkah lakunya. Kami sebagai putranya pun tidak berani bertanya, takutnya dia tersinggung. Terakhir, dia pernah mencoba naik sepeda untuk berkeliling kampung dan menyapa petani. Si Mbah juga sempat membeli sayur kemudian dibagi-bagikan ke warga lain," papar Gus Jazuli saat berada di rumah duka.

Mbah Liem yang dikenal dekat dengan Gus Dus meninggal sekitar pukul 05.00 WIB, di RSI Klaten, Kamis (24/5/2012). Pada Senin (21/5/2012) kemarin, Mbah Liem mengalami sesak nafas ketika berada di rumahnya.

Lalu pihak keluarga membawanya ke rumah sakit. Namun setelah menjalani scan pada paru-parunya ternyata, sesuai dengan keterangan dokter, tidak ditemukan gangguan pada paru-parunya.

Meski menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi Mbah Liem membaik dan hasil general check-up pada Selasa (22/5/2012) kemarin dinyatakan bagus.
Namun ketika Kamis pagi dia sempat mengalami batuk-batuk dan kemudian meninggal dunia. Hal itu tidak disangka-sangka anak ketiganya, Khoiri Syaifudin Zuhri Alhadi.

"Kami tidak menyangka hal itu terjadi. Dari hasil pengecekan dan scan, Abah (Mbah Liem) dinyatakan kondisi kesehatannya bagus. Bahkan dokter menyatakan pada hari ini Abah dapat pulang dari RS. Namun terjadi gangguan nafas lagi," ucapnya.

Percakapan terakhir Khoiri dengan Mbah Liem, 30 menit sebelum meninggal sempat makan dan akhirnya batuk-batuk, ialah Khoiri berjanji akan mengajak almarhum ke Jakarta setelah sembuh.
Bahkan dia akan mengantarkan Mbah Liem untuk pergi umroh.

Mbah Liem dimakamkan di samping makam mendiang istrinya, Hj Umi As'adah, yang berada di sebuah joglo yang terletak di area komplek Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muttaqien Pancasila Sakti, Dukuh Sumberejo, Wangi, Desa Troso, Kecamatan Karanganom. Pemakaman tersebut dilakukan sekitar pukul 19.30 WIB, Kamis (24/5/2012).

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved