Polisi Tewas di Maros
Aiptu Rahim Tewas Dikira Akibat Bentrokan Polisi dan TNI
Banyak yang menduga jika peristiwa tewasnya Aiptu Abdul Rahim terjadi akibat bentrokan antara aparat kepolisian dengan tentara.

TRIBUNNEWS.COM, MAROS - Banyak yang menduga jika peristiwa tewasnya Aiptu Abdul Rahim terjadi akibat bentrokan antara aparat kepolisian dengan tentara.
Pasalnya, Ahad bersama tiga rekannya menggunakan baju tentara saat peristiwa itu terjadi.
Informasi yang dihimpun Tribun di lapangan, hampir setiap hari Ahad bersama pengikutnya selalu mengenakan pakaian tentara.
Kapolres Maros AKBP Ferdinan menegaskan jika peristiwa tersebut murni merupakan peristiwa kriminal karena berawal dari tewasnya anggota Polres Maros.
Karena kondisi saat itu sudah membahayakan, Ia pun kemudian memerintahkan anak buahnya menembak tangan kanan Ahad yang memegang parang.
Namun, tembakan polisi tak ada yang tepat mengarah ke tangan pelaku, justru peluru bersarang di beberapa bagian perut, belakang, dan kaki Ahad.
Akibatnya, pria ini tewas di tempat. Warga sempat mendengar delapan kali suara tembakan saat polisi berupaya melumpuhkan Ahad.
Polisi sangat tertutup terkait peristiwa bentrokan terebut. Ferdinan yang coba dikonfirmasi lebih jauh tentang bagian luka tembak pada korban tidak berkomentar banyak.
Bupati Maros HM Hatta Rahman melalui Kabag Humas Pemkab Maros Kamaluddin Nur mengungkapkan jika kasus ini ditangani sepenuhnya Polresta Maros.
Sementara Kamaluddin sedikit menyayangkan proses penanganan Ahad dengan cara kekerasan.
"Seharusnya, saat Ahad membawa parang, ia harus didekati dengan baik. Jangan dikasari dengan memukul menggunakan bambu dan balok," katanya sembari menambahkan pada dasarnya Ahad tidak akan brutal jika tidak diganggu.
Sejumlah staf di DPRD Maros sempat melihat badik dan parang yang dibawa Ahad ketika ia datang ke gedung Dewan. Ahad sempat mengatakan jika badik itu hanya dibawa dan tidak untuk dipakai macam-macam.