Lebaran 2021
Teks Khotbah Idul Fitri, Tema: Idul Fitri sebagai Awal Pembaharuan Diri
Bagi Anda yang ingin tetap berkhutbah saat shalat Id di rumah, berikut contoh naskah khotbah Idul Fitri.
TRIBUNNEWS.COM - Idul Fitri 1442 H/2021 tahun ini masih dalam suasana pandemi virus corona (Covid-19).
Kementerian Agama (Kemenag) telah menerbitkan panduan penyelenggaraan malam takbiran, sholat Ied dan silaturahmi di saat Pandemi Covid.
Panduan ini tertuang dalam Surat Edaran No SE 07 tahun 2021 tentang Panduan Penyelenggaraan Salat Idul Fitri Tahun 1442 H/2021 M di saat Pandemi Covid.
Dalam SE tersebut dijelaskan bahwa pelaksanaan salat Idul Fitri di lapangan atau masjid diperbolehkan untuk wilayah dengan zona hijau dan kuning.
Sementara untuk daerah zona merah dan orange, salat Idul Fitri diminta dilakukan di rumah masing-masing.
Selain itu, pelaksanaan salat Idul Fitri di lapangan harus dikoordinadikan dengan Pemda dan Satgas Covid-19 serta harus menerapkan protokol kesehatan.
Pelaksanaan shalat Idul Fitri di rumah saja ini diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona di zona merah dan orange, mengingat penyebaran virus corona masih terjadi dan belum bisa diatasi.
Baca juga: Kapan Lebaran Idul Fitri 2021? Ini Penetapan oleh Muhammadiyah dan Pemerintah
Baca juga: Resep Opor Ayam yang Praktis dan Enak, Cocok Dihidangkan Saat Lebaran Hari Raya Idul Fitri
Salat Id di Rumah
Pelaksanaan shalat Id di rumah ini sama seperti tata cara shalat Id bila dikerjakan di lapangan atau masjid.
Namun jika jumlah jamaah kurang dari empat orang, maka shalat Idul Fitri boleh dilakukan berjamaah tanpa khotbah.
Selain itu, apabila dalam pelaksanaan shalat Id di rumah tidak ada yang berkemampuan untuk khotbah, maka boleh dilakukan tanpa khotbah.
Namun, bagi Anda yang ingin tetap berkhotbah saat shalat Id di rumah, berikut contoh naskah khotbah Idul Fitri.
Baca juga: Teks Naskah khotbah Idul Fitri 2021: Idul Fitri dalam Kondisi Pandemi Covid-19
TEMA :IDUL FITRI, AWAL PEMBAHARUAN DIRI
Oleh: Misbachul Munir, Lc., Staf Pengajar di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah...
Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala puji kita panjatkan ke hadhirat Allah Swt.
Dialah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam raya. Dialah satu-satunya Dzat yang wajib disembah dan tiada sekutu bagi-Nya. Dia pula yang telah memberikan anugerah kepada kita petunjuk hidup yang lurus dan risalah yang adil lagi sempurna, yakni Islam.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah Saw, beserta keluarga, para shahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh
pelosok dunia hingga akhir zaman.
Marilah pada pagi hari ini, kita tingkatkan rasa ketaqwaan kita kepada Allah SWT. seraya bersyukur kepada-Nya bahwa sampai saat ini kita masih diberi kesehatan dan kesempatan sehingga bisa menunaikan ibadah sholat Idul Fitri yang
diberkati oleh Allah swt ini.
Allâhu Akbar Allâhu Akbar Walillâhilhamd
Jamaah yang dirahmati Allah...
Ibadah puasa sesungguhnya merupakan sarana latihan agar orang beriman mampu mengalahkan godaan nafsu dan setan.
Puasa diperintahkan agar manusia memperoleh pengalaman-pengalaman jasmaniyah dan ruhaniyah yang akan membentuk dan mempertinggi daya kekebalan fisik dan jiwanya, sehingga dia menjadi orang yang sehat secara jasmani maupun rohani.
Inilah manusia takwa yang ingin dicapai melalui ibadah puasa. Jadi, orang yang berpuasa pada hakikatnya adalah orang yang menang dalam arti mampu mengalahkan godaan nafsu dan setan.
Sebagai pemenang, maka di penghujung bulan Ramadhan ini, mereka layak mendapat ucapan selamat dengan iringan doa: Minal 'Aidin wal Faizin; Selamat kembali kepada jiwa yang suci dan Selamat telah menjadi pemenang di arena jihad akbar melawan godaan nafsu dan setan.
Allâhu Akbar Allâhu Akbar Walillâhilhamd
Jamaah yang dirahmati Allah...
Dalam konsep Islam, Idul Fitri merupakan akhir dari proses panjang berpuasa selama satu bulan penuh, sekaligus juga merupakan awal hidup baru.
Pada hari ini, umat Islam diwajibkan makan dan minum, bahkan diharamkan berpuasa. Tetapi, bukan lantas berarti hakekat puasa -yakni, menahan diri- yang selama ini mereka terapkan dalam berpuasa menjadi berakhir.
Justru, kemampuan untuk menahan diri itu harus terus diasah dan ditingkatkan sampai Ramadhan berikut tahun depan. Begitulah konsep ideal berpuasa.
Hari Raya adalah hari kemenangan dan kejayaan seandainya kaum muslimin dapat meletakkan diri dalam ketaatan, kepasrahan, ketaqwaan dan kasih sayang.
Hari Raya ini akan terus menjadi hari yang penuh dengan berkah dan kebahagiaan sekiranya kaum muslimin terus maju menghadapi masa depan dengan penuh amal sholeh, amal kebajikan dan akhlak yang terpuji.
Hari Raya tidak akan menjadi hari yang berbahagia bagi mereka yang mengekalkan sifat-sifat keji, sifat-sifat buruk, sifat-sifat tercela, sifat-sifat syaithoniyyah, prilaku tidak bermoral dan tak beradab, seperti khianat, menipu, berbohong, takabbur, dzalim dan semacamnya.
Idul Fitri adalah konsep Sang Khalik untuk memperbarui kehidupan umat manusia dalam nuansa spiritual, bukan dalam nuansa material.
Karena itu, Idul Fitri tidak harus dirayakan dengan mengenakan baju baru atau mobil baru, apalagi jika untuk mendapatkannya seseorang harus menerobos jalur haram atau dengan mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
Sekali lagi, Idul Fitri adalah sarana untuk memperbarui dan memperbaiki kualitas kehidupan umat, bukan sebaliknya.
Allâhu Akbar Allâhu Akbar Walillâhilhamd
Jamaah yang dirahmati Allah...
Marilah selalu kita renungkan lembaran-lembaran amal yang telah kita perbuat selama ini dengan senantiasa berniat untuk terus menambah dan memperbaikinya.
Allah berfiman yang artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran (QS Sl-Ashr: 1-3).
Demikian khotbah singkat yang dapat saya sampaikan, semoga ada manfaatnya dalam menggugah diri kita masing-masing dalam menapak kehidupan ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita ke jalan-Nya yang benar. Jalan orang-orang yang diridhai bukan jalannya orang yang dimurkai. Amein.
Akhirnya marilah kita akhiri ibadah shalat Id kita ini dengan berdoa, memohon kepada Allah untuk kebaikan kita, keluarga kita, saudara kita, tetangga kita dan seluruh kaum muslimin :

(Tribunnews.com)