Kamis, 2 Oktober 2025

Ramadan 2019

Mutiara Ramadan: Ekspresi Beragama

Selama bulan Ramadan praktis merupakan bulannya umat Islam karena umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan segala implikasi dan kreasi sosial budaya

Editor: Dewi Agustina
Istimewa
Ilustrasi salat taraweh 

Prof Dr Komaruddin Hidayat
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah

SETIAP agama melahirkan tradisi yang khas dan unik. Yang mudah diamati adalah tradisi ritualnya.

Dalam masyarakat Islam tradisi ritual sangat mudah diamati mengingat satu di antara doktrinnya adalah mendirikan salat lima waktu dan diutamakan secara berjamaah.

Bahkan pelaksanaan salat Jumat masuk kategori wajib.

Oleh karenanya di mana ada komunitas muslim secara mudah ditemukan masjid dan salat Jumat.

Di berbagai perkantoran atau di luar negeri, khususnya di Barat, masjid bisa saja sifatnya bukan merupakan bangunan permanen, namun berupa ruang atau tempat sementara, yang penting bisa digunakan untuk berkumpul melaksanakan salat Jumat.

Di Indonesia tradisi dan upacara keagamaan sangat kaya dan beragam karena ekpresi agama dan budaya telah bercampur dan menyatu.

Bahkan negara telah menetapkan beberapa hari libur keagamaan, yang bisa jadi paling banyak di dunia, karena enam agama resmi diakui negara masing-masing memiliki hari besar.

Ritual dan upacara keagamaan yang berciri Islam tentu saja paling banyak dan paling menonjol.

Selama bulan Ramadan praktis merupakan bulannya umat Islam karena umat Islam menjalankan ibadah puasa dengan segala implikasi dan kreasi sosial budayanya.

Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI (TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi)

Diperkirakan di seluruh Indonesia terdapat 218 stasiun televisi dan selama bulan Ramadan menyiarkan mimbar keagamaan rata-rata tiga jam sehari, bahkan lebih.

Pasti angka ini memegang rekor tertinggi di dunia.

Kekayaan dan keragaman ekspresi Islam di Indonesia mudah sekali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan berbagai formatnya, sejak dari peringatan hari besar keagamaan, pesta pernikahan Idul Fitri, lebaran haji, doa bersama berkaitan dengan kelahiran dan kematian keluarga, dan lain sebagainya.

Semua tradisi keagamaan berakar pada keyakinan yang bersifat abstrak, tidak kelihatan (intangible), tetapi sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam perilaku individu maupun sosial, bahkan juga dalam kesenian dan panggung politik, keyakinan agama seseorang atau kelompok sangat berpengaruh.

Keyakinan, pemahaman, dan perilaku keagamaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tradisi keluarga dan masyarakat sangatlah besar perannya.

Dalam konteks individu, pengaruh itu datang dari guru agamanya, buku-buku bacaan, lingkungan sosial, mazhab pemikiran yang dianut, tingkat ekonomi, geografi, sistem pemerintahan, afiliasi organisasi, dan lain sebagainya.

Ilustrasi salat tarawih
Ilustrasi salat tarawih (Istimewa)

Problem Sosial

Dalam komunitas agama lingkungan agama selalu muncul berbagai mazhab. Ada yang bersifat dominan (mainstream), ada pula tergolong kecil.

Ada lagi yang disebut sempalan (splinter). Ini akan ditemukan dalam semua agama besar dunia.

Di Barat yang mayoritas Kristiani, misalnya, ada-ada saja kelompok yang dianggap 'sempalan' seperti Yehova atau Mormon.

Orang luar menganggap mereka itu Kristen, tetapi dalam komunitas Kristen sendiri dipertanyakan ke-Kristen-an mereka.

Hanya saja, keragaman itu tidak memicu bentrokan fisik karena negara memberi perlindungan hukum pada setiap warganya, terlepas apapun agamanya.

Lebih dari itu, mungkin saja mereka memilih damai dan menggunakan jalan dialog untuk berlomba menyampaikan misi ajarannya.

Ilustrasi
Ilustrasi ()

Perbedaan dan keragaman ekspresi beragama dalam Islam sangat dimungkinkan dan memang suatu kenyataan sosial, mengingat ajaran Islam begitu luas, ditambah lagi pemeluknya sangat beragam dari segi etnis, bangsa, pendidikan, ekonomi, dan mazhab pemikiran.

Warna-warni pemahaman dan pendekatan beragama itu akan berubah menjadi problem sosial politik manakala bertemu dan berkolaborasi dengan aktor-aktor politik atau kekuasaan yang memanipulasi umat.

Di sana-sini terdapat celah-celah disusupi aktor politik yang akan memanfaatkan emosi dan ekspresi agama untuk tujuan nonagama.

Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI (TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi)

Cerita seputar ini sudah lama terjadi dan berulang-ulang.

Wajah agama tercoreng, suhu politik memanas, wajah Indonesia di mata dunia dicemoohkan, agenda pokok membangun peradaban terbengkalai.

Yang diuntungkan adalah mereka yang memang pintar dan senang memancing di air keruh.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved