Ramadan 2019
Mutiara Ramadan: Beragama Secara Lapang
Apakah orang yang beda agama bisa masuk surga? Tentu saja jawabannya beragam, dipengaruhi sikap pribadi dan buku yang dibaca serta guru agama.
Prof Dr Komaruddin Hidayat
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah
DALAM forum-forum diskusi kadang muncul pertanyaan, apakah orang yang beda agama, Tuhan-nya juga berbeda? Ataukah sama namun hanya satu jalan dan pintu menuju kepada-Nya?
Apakah orang yang beda agama bisa masuk surga? Tentu saja jawabannya beragam, dipengaruhi sikap pribadi dan buku yang dibaca serta guru agama yang diikutinya.
Jika sikap tidak rela melihat pemeluk agama hanya untuk diri dan komunitasnya, itu masih bisa diterima.
Tetapi jika berkembang menjadi konstruksi ideologi dan gerakan yang mengambil sikap permusuhan terhadap umat lain, agama akan jadi sumber keresahan sosial.
Tuhan lalu diposisikan untuk dibela, kalau perlu dengan pertumpahan darah.
Perbedaan agama serta merta menciptakan garis pemisah bagi umat yang berbeda keyakinan.
Muncul konstruksi teologis, di sana hanya ada satu pintu ke surga lalu diperebutkan secara berdesak-desakan, bahkan terjadi saling bunuh.
Bukankah ada doktrin membunuh orang kafir itu memperoleh pahala dari Tuhan?

Jika sikap ini yang berkembang membesar, pemeluk agama akan terus terlibat konflik, kebencian dan peperangan sepanjang sejarah.
Lalu perangnya pun disebut perang suci (holy war). Siapa yang membunuh lawannya pintu surga terbuka di depan matanya.
Penduduk bumi mesti bersiap untuk melihat dan terlibat perang antar umat beragama yang kian seru dan merata.
Mengapa? Karena populasi penganut agama semakin besar jumlahnya dan semakin tersebar ke berbagai penjuru dunia.
Masyarakat dunia pun semakin berdekatan jaraknya, namun pluralitas agama juga semakin kental dirasakan.
Betapa pesimisnya masa depan masyarakat dunia kalau perbedaan agama bukannya membuat kehidupan semakin nyaman dan peradaban semakin maju, tetapi eksistensi agama-agama malah menjadi sumber keresahan.