Senin, 6 Oktober 2025

Ramadan 2019

Perbedaan Jumlah Rakaat Tarawih, Representasi dari Keragaman di Indonesia

Perbedaan jumlah rakaat merupakan representasi keragaman di Indonesia, bahwa masyarakat dapat bersikap luwes tanpa menyalahkan golongan yang berbeda.

Editor: Dewi Agustina
SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
TARAWIH PERTAMA - Umat muslim menunaikan ibadah shalat Tarawih pertama di Masjid Nasional Al Akbar, Minggu (5/5). Pemerintah menetapkan satu Ramadhan 1440 Hijriah jatuh pada Senin (6/5). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ 

Penulis: M Warits
Alumni Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar
Mahasiswa Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

SETELAH selesai delapan rakaat salat tarawih, beberapa jamaah ada yang meninggalkan tempat salat.

Mereka kemudian melanjutkan salat witir sebanyak tiga rakaat di tempat lain yang memang sudah disediakan oleh pengurus masjid bersama beberapa jemaah lain.

Sementara sisanya tetap melanjutkan salat tarawih sampai selesai dua puluh rakaat yang kemudian dilanjutkan dengan tiga rakaat salat witir.

Situasi seperti inilah yang terjadi di masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta juga di beberapa masjid lainnya.

Memang terjadi perselisihan dan beberapa pendapat terkait rakaat salat tarawih, salat tahunan yang didirikan ketika malam hari bulan Ramadan.

Sebagian ada yang berpendapat delapan rakaat, dua puluh, dan bahkan ada juga yang mendirikan salat ini dengan tiga puluh enam rakaat.

Baca: TERPOPULER: Viral Video Pria Teriak Penggal Kepala Jokowi, Gibran Rakabuming: Kita Yang Sabar Saja

Beberapa masjid mungkin secara khusus dari tahun ke tahun mendirikan salat tarawih dua puluh rakaat, atau delapan rakaat atau lebih.

Tetapi tidak dengan yang berlangsung di masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Di sini secara sekaligus, baik yang ikut pemahaman delapan atau dua puluh, sama-sama melaksanakan salat tarawih dengan imam yang sama dalam satu atap.

TARAWIH PERTAMA - Umat muslim menunaikan ibadah shalat Tarawih pertama di Masjid Nasional Al Akbar, Minggu (5/5). Pemerintah menetapkan satu Ramadhan 1440 Hijriah jatuh pada Senin (6/5). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
TARAWIH PERTAMA - Umat muslim menunaikan ibadah shalat Tarawih pertama di Masjid Nasional Al Akbar, Minggu (5/5). Pemerintah menetapkan satu Ramadhan 1440 Hijriah jatuh pada Senin (6/5). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Jumhur ulama mengatakan bahwa jumlah rakaat salat tarawih dari Nabi Muhammad SAW tidak memiliki batasan yang pasti.

Oleh karenanya, tidak ada kesepakatan di antara para ulama terkait jumlah rakaat salat tarawih.

Pada masa Khalifah Umar, diriwayatkan bahwa kaum Muslimin mendirikan salat tarawih dua puluh rakaat.

Baca: Tidak Semua Puasa Setiap Orang Sama Derajatnya, Berikut 3 Tingkatan Puasa

Pada masa Umar Bin Abdul Aziz, umat Muslim mendirikan salat ini dengan jumlah rakaat tiga puluh enam.

Dua pendapat ini menurut Maliki sama-sama benar.

Kalangan yang berpendapat jumlah rakaat tarawih delapan, mengambil hadis yang diriwayatkan Abu Salamah Bin Abdurrahman.

Di sinilah contoh keragaman pengamalan bisa kita lihat dapat berjalan dengan harmonis.

Hal ini merupakan representasi dari keragaman yang terjadi di Indonesia, bahwa masyarakat dapat bersikap luwes tanpa menyalahkan golongan yang berbeda pendapat.

Keragaman yang dimaksud adalah latar belakang budaya, ras, suku, agama, dan juga praktik pengamalan dalam agama yang sama.

Sebab pada teks yang sama, bisa jadi terdapat penafsiran yang beragam.

Ilustrasi - Niat salat tarawih dan witir bulan Ramadan 2019/1440 H, simak juga jadwal salat isya 35 kota besar Indonesia di sini.
Ilustrasi - Niat salat tarawih dan witir bulan Ramadan 2019/1440 H, simak juga jadwal salat isya 35 kota besar Indonesia di sini. (http://www.quranreading.com)

Keragaman adalah realitas yang sangat baik jika kita sikapi dengan tangan terbuka.

Dalam konteks perbedaan jumlah rakaat salat tarawih misalnya, kita terpaut jauh beberapa abad dari masa Nabi Muhammad SAW, yang berdasarkan beberapa pendapat, tidak ada batasan rakaat pada masanya.

Bahkan generasi sahabat Nabi dan Tabiin, hanya bisa menafsirkan melalui riwayat-riwayat hadis yang sangat terbatas.

Demikian pula pada persoalan perbedaan hal-hal lainnya.

Dalam bingkai kebangsaan Indonesia, sering diistilahkan dengan Bhinneka Tunggal Ika, yakni berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan.

Adanya perbedaan antara satu dengan yang lainnya, jangan kemudian dijadikan sebagai kesimpulan bahwa salah satunya adalah yang terbaik dan terpuji. Semuanya sama.

Mari kita sikapi dengan tangan terbuka dan hati yang menerima. (ganaislamika)

Artikel ini telah tayang di ganaislamika dengan judul Perbedaan Jumlah Rakaat Tarawih, Representasi Pluralisme Indonesia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved