Sabtu, 4 Oktober 2025

Tradisi Meugang Tetap Dipelihara Masyarakat Aceh di bulan Ramadan

Tinggal menghitung hari umat Islam di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan tentunya dalam bulan suci Ramadan.

SERAMBI INDONESIA/BUDI FATRIA
Warga membeli daging meugang di Peunayong, Banda Aceh, Senin (8/7). Hari meugang merupakan suatu momen yang sakral bagi masyarakat Aceh untuk berkumpul bersama keluarga dan makan bersama. Harga daging meugang di Banda Aceh dijual Rp 120.000 hingga Rp 130.000 per kilogram. SERAMBI INDONESIA/BUDI FATRIA 

Ditulis oleh : Mawardi, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia  Unsyiah 

TRIBUNNERS - Tinggal menghitung hari  umat Islam di seluruh dunia akan melaksanakan ibadah puasa Ramadan tentunya dalam bulan suci Ramadan.

Bulan suci Ramadan merupakan salah satu bulan yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di dunia, karena banyak sekali pahala dan kelebihan-kelebihan yang akan Allah swt berikan dan hadiahkan pada bulan tersebut.

Ramadan merupakan bulan kesabaran dan balasan kesabaran adalah surga.

 Tradisi

Berbagai tradisi menyambut kedatangan bulan suci Ramadan sudah merupakan sebagai keunikan tersendiri di berbagai belahan dunia.

Seperti yang diulas Muhfachrizal.blogspot.com ada beberapa tradisi unik menyambut kedatangan bulan Ramadan di berbagai negara.

Seperti di Jepang, umat Muslim Jepang saling berbagi kebahagiaan dengan saudara sesama Muslim. Islamic Centre Jepang misalnya, telah membentuk sekelompok orang muslim yang bertugas menyusun kegiatan selama bulan puasa, mulai dari ceramah keagamaan, shalat tarawih berjamaah, majelis taklim, penerbitan buku-buku tentang Islam dan segala hal yang terkait dengan pelaksanaan ibadah puasa.

Sekelompok orang ini juga menerbitkan jadwal puasa dan mendistribusikannya ke masjid-masjid maupun ke rumah-rumah keluarga Muslim.

Jadwal puasa ini juga dibagikan ke restoran-restoran halal di Jepang. Dan yang uniknya sekelompok orang ini melakukannya dari  muncul hilal dan mereka baru berhenti pada saat Idul Fitri.

Mesir, mereka akan memasang lampu tradisional di setiap rumah yang disebut dengan lampu Fanus.

Palestina, mereka akan memasang lampu Ramadan di rumah masing-masing dan di sepanjang kota. Nigeria, mereka akan pergi secara berombongan ke seluruh pelosok negeri untuk menyiarkan Islam.

Baghdad, menyambut datangnya bulan Ramadan dengan berbelanja di pasar Shorja (pasar tertua di Irak), dan masih banyak lagi tradisi lainnya.

Di indonesia sendiri juga terdapat berbagai jenis tradisi untuk menyambut bulan suci Ramadan.

Berikut ini beberapa tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat. Dugderan di Semarang, Tradisi ini sejenis pasar malam.

Para pedagang menjual macam-macam barang, mulai dari mainan anak hingga pakaian. Selain itu,  juga ada tersedia hiburan yang positif. Diyakini dugderan asalnya dari gabungan dua kata, yaitu 'dug' (suara bedug) dan 'der' (suara meriam). Bedug dan meriam dahulu kala dipakai untuk menandai datangnya bulan suci Ramadan.

Balimau di Sumatera Barat, Balimau sendiri dalam bahasa Minangkabau memiliki arti mandi disertai keramas.

Tradisi balimau merupakan lambang pensucian atau membersihkan diri sebelum mulai berpuasa. Balimau juga dilakukan secara beramai-ramai. Balimau dapat dilakukan  di sungai, danau, atau kolam.

Perlon unggahan di Banyumas, masyarakat mengadakan acara makan besar yang disebut dengan Perlon Unggahan.

Berbagai macam makanan tersedia, namun yang tidak boleh ketinggalan adalah nasi bungkus, sayur becek, dan serundeng sapi.

Nah yang uniknya, serundeng sapi dan sayur becek harus disiapkan laki-laki dan jumlah mereka harus 12 orang, terutama disebabkan banyaknya kambing dan sapi yang disembelih dan masih banyak tradisi lainnya.

Meugang atau Mak Meugang

Meugang atau mak meugang merupakan sebuah istilah yang telah disepakati bersama para indatu Aceh untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.

Meugang ini terdapat di Aceh. Satu atau dua hari menjelang ramadhan masyarakat aceh menyembelih beberapa ekor lembu atau kerbau untuk dinikmati dengan anggota keluarganya.

Zaman dahulu lembu atau kerbau dibeli secara patungan yakni mengumpulkan uang dari seluruh masyarakat yang mampu untuk kemudian dibeli lembu atau kerbau yang dagingnya nanti akan dibagikan kembali kepada masyarakat termasuk kepada keluarga yang kurang mampu.

Kini umumnya masyarakat tidak lagi menyembelih lembu atau kerbau di hari meugang tetapi masyarakat lebih memilih membeli daging lembu atau kerbau yang sudah di sembelih dan dijual di pasar.

Jika anda singgah keaceh pada hari meugang khususnya di pasar, anda akan disuguhkan dengan pemandangan pajangan-pajangan daging lembu atau kerbau yang akan dijual oleh para pedangang. Bagi masyarakat aceh kurang afdzal rasanya kalau tidak memasak daging pada hari meugang walaupun hanya sekilo daging.

Nilai kebersamaan sangat kental dalam tradisi meugang ini, pasalnya pada hari meugang semua anggota keluarga berkumpul dalam satu rumah atau biasanya rumah orang tua untuk menikmati daging bersama-sama.

Ada berbagai jenis masakan yang diolah dari daging misalnya rendang, sop, asam keu-eung (asam pedas) dan yang tidak boleh ketinggalan Sie ReubÔh (daging rebus).

Cara membuat daging rebus tergolong mudah karena tidak memerlukan banyak bahan hanya menggunakan bumbu dapur sederhana dan direbus dengan menggunakan asam cuka nira.

Daging rebus ini dapat bertahan lama hingga beberapa bulan. Pada hari meugang inilah semua anggota keluarga harus berkumpul untuk makan daging dan menyambut Ramadan bersama.

Meskipun adanya perbedaan tradisi dalam menyambut ramadhan kita mengharapkan supaya kita dapat menerima keunikan suatu daerah dan menjadikannya sebagai keunikan tersendiri bukan merupakan dalih untuk bermusuhan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved