Ramadan 2014
Puasa Mengasah Kemanusiaan
Saat berpuasa berarti manusia telah menjaga martabatnya dari perbuatan hina di mata Allah SWT dan menjaga hubungan baik dan peduli dengan sesama.
Oleh KH Cholil Nafis Ph D
Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail PB NU
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia Pusat
MANUSIA adalah makhluk Allah SWT yang paling sempurna. Semua makhluk di muka bumi disediakan sebagai sarana hidup umat manusia. Manusia, tercipta dari materi dan nonmateri karena terdiri dari jiwa dan raga, merupakan makhluk yang paling tepat untuk menjadi khalifah memakmurkan bumi.
Namun acapkali manusia lupa terhadap martabat dirinya sehingga tak sedikit yang terjerumus pada kenistaan.Keunikan manusia dapat dilihat dari cara Al-Qur'an memanggil manusia sesuai dengan kecenderungannya.
Di dalam Al-Quran terdapat empat panggilan yang meskipun mengacu pada makna pokok manusia, tetapi memiliki makna signifikan berbeda-beda. Keempat istilah kunci itu adalah Bani Adam, Basyar, al-Nas, dan Insan. Perlu dipahami dalam konteks apa manusia disebut Bani Adam, Basyar, al-Nas, dan insan.
Bani Adam disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 9 kali. Kata Bani Adam lebih ditekankan pada aspek amaliah manusia, sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktivitas itu dilakukan.
Allah SWT memuliakan anak-anak Adam dengan karunia akal, bisa berbicara, bisa menulis, bisa membedakan mana baik dan buruk, bentuk tubuh yang baik, bisa mengatur kehidupan, sehingga manusia diangkat sebagai khalifah di muka bumi. Manusia adalah makhluk bermartabat sejak diciptakan.
Basyar dinyatakan dalam Al-Qur'an sebanyak 36 kali dan tersebar dalam 26 surat. Penamaan ini menunjukkan makna secara biologis yang mendominasi manusia adalah pada kulitnya. Sebab kata basyar artinya kulit.
Hanya manusia yang tampak kulitnya. Pada aspek ini terlihat perbedaan umum biologis manusia dengan hewan yang lebih didominasi oleh bulu atau sisik. Makna etimologis dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum kebahagiaan dan sebagainya, tak ubahnya makhluk hidup lainnya termasuk binatang, hanya manusia lebih sempurna secara biologis dan bentuknya.
Jika manusia yang lebih dominan sifat Basyar sehingga yang dilihat hanya dari aspek fisik dan biologisnya, manusia tak ubahnya hewan yang hanya melihat dari aspek yang tampak. Padahal ada aspek ruh dan jiwa dalam diri manusia sehingga memiliki martabat serta pantas menerima wahyu dari Allah SWT.
Karena itu, Allah SWT menyuruh Rasulullah saw untuk menegaskan bahwa secara biologis ia memang seperti manusia biasa, tetapi memiliki perbedaan dari yang lain yaitu kemampuan dan kewajiban untuk menyampaikan risalah-Nya. "Katakanlah (Muhammad kepada mereka bahwa) aku ini manusia biasa (basyar) seperti kamu. Hanya saja aku diberi wahyu." (QS.Al-Kahfi : 110)
Al-Nas dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar dalam 55 surat. Kata al-Nas menunjuk manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk politik. Sebagaimana firman Allah SWT, "Wahai manusia sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal." (QS.al-Hujurat : 13)
Kata Insan yang berasal dari kata al-uns dinyatakan dalam Al-Qur'an sebanyak 65 kali dan tersebar dalam 43 surat. Insan dapat diartikan secara etimologis adalah harmonis, lemah lembut, tampak atau pelupa.
Kata insan digunakan dalam Al-Qur'an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya. Panggilan insan untuk menunjukkan manusia yang sempurna. Yaitu manusia yang menjunjung martabatnya sebagai Bani Adam, memelihara kehormatan biologisnya sebaga basyar, dan interaksi, agama, sosial dan politik yang baik sebagai al-nas.
Adapun manusia yang utuh dengan memaksimalkan fungsinya sebagai Bani Adam, basyar dan al-nas oleh ulama sufi disebut insan kamil (manusia sempurna/ideal).
Puasa adalah sarana dan latihan untuk memaksimalkan fungsi kemanusiaan. Saat berpuasa berarti manusia telah menjaga martabatnya dari perbuatan hina di mata Allah SWT dan menjaga hubungan baik dan peduli dengan sesama.
Puasa dapat menajaga keremajaan organ tubuh manusia dengan mengontrol pola makan, minum, dan syahwat sehingga dapat mengembalikan kekuatan tubuh dan memaksimalkan fungsi biologisnya. Peremajaan biologis dengan terapi puasa benar-benar telah memaksimalkan fungsi basyar.
Ketika umat muslim telah melakukan ibada puasa, empati dan simpatinya telah diasah sehing dapat merevitalisasi jiwa kepedulian dan rasa sosial yang tinggi. Hal ini secara otomatis telah memaksimalkan fungsi al-nas sebagai makhluk sosial dan politik.
Tujuan Puasa guna menggapai takwa, adalah sebuah upaya untuk menjadi insan kamil. Sebab gelar muttaqin (orang yang bertakwa) bagi hamba Allah SWT adalah status paling tinggi bagi manusia. Ia telah bertindak sebaga khalifah yang sekaligus sebagai penyembah Allah SWT.