Ramadan 2013
Salat Tarawih Itu Santai
Istilah Tarawih tidak ditemukan dalam hadits Rasullullah saw, tetapi ditemukan dalam kitab fiqh yang disusun setelah abad kedua hijriah.
TRIBUNNEWS.COM - Banyak kegiatan yang dilakukan umat Islam saat Ramadan seperti ibadah salat Tarawih dan Witir. Menurut riwayat, Rasulullah Saw melaksanakan Tarawih secara berjamaah sebanyak delapan rakaat, lalu menambah sisanya di rumah. Sedangkan pada masa khalifah Umar bin Khattab dilaksanakan dua puluh rakaat secara berjamaah.
Hal itu disampaikan Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Kota Banda Aceh, Tgk Mulyadi Nurdin Lc MH dalam "Dialog Serambi Ramadhan" di Studio Radio Serambi FM 90,20 Mhz, Rabu (10/7) lalu. Dialog interaktif ini berlangsung setiap hari selama Ramadhan, pukul 10.00-11.00 WIB.
Kegiatan yang terlaksana atas kerja sama Serambi FM 90,20 Mhz, IKADI Kota Banda Aceh, dan Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) ini, diisi oleh tujuh narasumber, dengan bahasan seputar amalan utama pada bulan Ramadhan.
Tgk Mulyadi menjelaskan, istilah Tarawih tidak ditemukan dalam hadits Rasullullah saw, tetapi ditemukan dalam kitab fiqh yang disusun setelah abad kedua hijriah. Sedangkan dalam hadits Nabi, Tarawih disebut sebagai shalat malam (qiyam Ramadhan).
Menurutnya, asal-usul penamaan Tarawih disebabkan suasana shalat tersebut yang tergolong santai dan banyak istirahatnya. "Tarawih adalah bentuk jamak dari kata Tarwihah yang berarti santai atau istirahat, hal itu karena tarawih adalah shalat yang di dalamnya terdapat beberapa istirahat atau waktu santai," jelas Tgk Mulyadi Nurdin.
Menurutnya, salat Tarawih merupakan bagian dari salat Tahajjud. Hanya saja, pada bulan Ramadhan diberikan kekhususan, sehingga boleh dilaksanakan sebelum tidur, secara berjamaah, dan setelah shalat Isya. Sedangkan shalat Tahajjud di bulan lain harus dilaksanakan lewat tengah malam. Tgk Mulyadi Nurdin menambahkan, adanya keringanan untuk melaksanakan shalat Tarawih di awal malam, merupakan kekhususan Ramadhan, supaya semua umat Islam punya kesempatan lebih banyak untuk melaksanakannya.
"Kalau saja Tarawih tidak boleh di awal malam, pasti banyak umat Islam yang sulit melaksanakannya," ujar Tgk Mulyadi.
Demikian juga dengan Witir, dalam bulan lain dilaksanakan di akhir shalat malam, biasanya menjelang shalat Subuh, sehingga identik dengan penutup shalat malam. Tetapi di bulan Ramadhan dilaksanakan sebelum tidur, sehingga sangat memudahkan.
"Walau demikian bukan berarti setelah Witir tidak boleh shalat sunat lagi. Shalat sunat lain tetap boleh dilaksanakan walaupun sudah witir. Hanya saja tidak perlu witir lagi di akhir shalat, karena witir hanya dilaksanakan sekali saja dalam satu malam," jelasnya.
Dalam dialog interaktif tersebut, Tgk Mulyadi Nurdin menekankan supaya dalam pelaksanaan shalat Tarawih tetap memperhatikan kekusyukan, suasana tenang dan santai, supaya tidak lari dari subtansinya. "Pelaksanaan shalat Tarawih sesuai dengan nama dan sejarahnya, harus dilaksanakan secara santai dan penuh ketenangan. Kalau dilaksanakan dengan terburu-buru berarti sudah keluar dari subtansinya," tambahnya. (nal)