Ramadan 2013
Makna di Balik Tradisi Ruwahan
Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia.
TRIBUNNEWS.COM - Ruwahan merupakan tradisi kebudayaan Jawa untuk mendoakan orang yang telah meninggal dunia, seperti oran tua, kakek, nenek, tokoh pendiri kampung, wali, dan lainnya.
Tradisi ini dilakukan mulai pertengahan bulan Ruwah (bulan ke-8 dalam kalender Jawa atau bersamaan dengan Sya'ban dalam kalender Hijriah). Oleh karena itu disebut ruwahan.
Pada pertengahan bulan Ruwah, masyarakat melakukan sedekah dengan membagikan makanan berupa kolak pisang, kue apem, dan ketan kepada para tetangga.
ruwahan
Biasanya saat ruwahan ada makanan yang wajib ada seperti kolak, kue apem, dan ketan.Konon, makanan tersebut mengandung makna.
Kolak untuk mengingatkan adanya Sang Khaliq atau Sang Maha Pencipta. Kue apem untuk mengingatkan agar kita minta ampun atau bertobat. Ketan untuk mengingatkan hati yang bersih dan selalu lekat dengan sesama.
Kalau sedekah dengan membagikan makanan dilakukan sendiri-sendiri, ada pula sedekah yang dilakukan bersama-sama. Dalam ruwahan bersama-sama, warga kampung berkumpul untuk mendoakan arwah leluhur.
Setiap keluarga besar mengeluarkan sedekah dengan membuat nasi tumpeng, lengkap dengan lauk pauknya. Nasi tumpeng tersebut lalu dibagi-bagikan kepada warga kampung yang datang.
ziarah kubur
Setelah melakukan sedekah, acara pun dilanjutkan dengan membersihkan makam keluarga. Dalam budaya Jawa, mendoakan orang tua, kakek, nenek, dan para leluhur merupakan bentuk penghormatan.
Memberi makan merupakan bentuk amal. Sedangkan membersihkan makam merupakan bentuk perhatian, sekaligus bukti bahwa ia tidak akan pernah lupa pada orang tua dan para leluhurnya.
Meskipun ruwahan dilakukan sebagian masyarakat Jawa beragama Islam menjelang Ramadan, ruwahan itu tidak wajib karena tidak ada dalam ajaran Islam.
Ruwahan bisa menjadi perbuatan mulia, bila mereka mendoakan atau mengirim doa kepada Allah untuk orang yang sudah meninggal dan melakukan sedekah dengan memberi makan kepada sesama.
Namun, bila penghormatan kepada leluhur itu berlebihan, ruwahan bisa menjadi perbuatan syirik. Misalnya, memberikan sesaji berupa kepala kerbau agar leluhur tidak marah atau memohon sesuatu kepada leluhur.