Menyongsong Ramadan
Ketika Hilal Terkendala Awan
Ia mengungkapkan, persiapan penelitian Rukyah Hilal ini masih terkendala dengan awan yang menutupi cahaya matahari.

TRIBUNNEWS.COM, BANGKALAN - Melihat hilal benar-benar sangat tergantung pada alam.
Wartawan Surya (TRIBUNnews.com Network) melaporkan dari Bangkalan, Madura, dua tim Rukyatul Hilal, Bosscha Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pondok Pesantren Al Fitrah, Kenjeran Surabaya, sempat terkendala awan saat melakukan pemantauan terhadap hilal.
Lokasi penelitian Rukyatul Hilal dipusatkan di Desa Gebang Kecamatan Arosbaya setelah sebelumnya pihak BOSSCHA ITB melakukan penyisiran di wilayah Kabupaten Bangkalan.
"Lokasi (Desa Gebang) sudah sesuai dengan titik koordinat 112 derajat dan 47.207 Bujur Timur, 6 derajat dan 59.142 Lintang Selatan," tutur peneliti Bosscha ITB Agus Triono, Kamis (19/7/2012) pukul 15.15 WIB.
Ia mengungkapkan, persiapan penelitian Rukyah Hilal ini masih terkendala dengan awan yang menutupi cahaya matahari.
"Pada kondisi seperti ini, diharapkab cuaca kembali terang agar cahaya matahari tidak memudar. Harusnya matahari terlihat bulat terang," paparnya.
Ia menambahkan, ketika nantinya matahari tenggelam, kesempatan melihat bulan hanya dengan waktu delapan menit.
"Itu adalah waktu yang amat singkat. Jadi potensi rukyah kecil karena potensi melihat bulan di hari ini sangat kecil," urai Agus Triono yang menggunakan perangkat William Optik dengan penyangga Vixen Spinhx.
Hal senada diungkapkan peneliti dari Al Fitrah, Fathorrozi. "Belum nampak karena masih terkendala awan," terangnya yang menggunakan perangkat Teodolit Nikon 102 sesuai standar NU.(*)